Home / Romansa / Chemistrick / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Chemistrick: Chapter 81 - Chapter 90

113 Chapters

One More Try [1]

Vivian tidak punya pilihan, kan? Dia terpaksa menekan dalam-dalam rasa penasarannya. Gadis itu menunggu waktu melaju dengan tidak tenang. Dia lebih banyak mondar-mandir tak tentu arah meski berusaha menyibukkan diri membantu Rima. Pikirannya pun melompat-lompat ke sana dan kemari. Entah berapa juta kali Vivian mereka-reka apa yang terjadi nanti malam, adegan demi adegan. Bukannya kian tenang, Vivian justru merasa makin merana dan tak sabar menunggu pertemuannya dengan Robin.Sorenya, Vivian berencana untuk pulang ke rumah sebentar, mandi  dan berganti pakaian. Paling tidak, meski tak ahli berdandan, gadis itu ingin tampil lebih rapi dan wangi. Bukan beraroma roti yang baru dikeluarkan dari panggangan.Apalagi, ini kali pertama Robin mengajak makan malam dengan pemberitahuan terlebih dahulu. Biasanya, cowok itu langsung datang ke Super Bakery. Setelah itu, mereka berdua akan berdiskusi untuk memilih restoran yang akan didatangi. Tak jarang mereka membeli makanan ya
last updateLast Updated : 2021-05-06
Read more

One More Try [2]

“Halo, Mbak? Ada apa? Kangen sama aku, ya?” canda Vivian. Sebenarnya, saat itu jantungnya berdenyut dengan kecepatan tinggi. Dia cemas akan mendengar kabar buruk.“Cynthia bener-bener butuh bantuanmu, Vi. Bisa kamu lupain kejadian terakhir kemarin itu, kan? Ini kondisi darurat,” kata Sally tanpa banyak basa-basi.Vivian tak sanggup menolak permintaan dari Sally meski dia harus mengorbankan beberapa hal. Salah satunya, janji makan malam dengan Robin. Namun dia mengingatkan diri sendiri, akan menghubungi Robin secepatnya. Di sisi lain, Vivian juga berharap urusannya seputar Cynthia bisa segera selesai sehingga janjinya dengan Robin tak perlu dijadwal ulang.Setengah jam kemudian, Vivian dijadwalkan sudah berada di rumah Cynthia, untuk menghadapi puluhan pewarta yang ingin mencari tahu berita tentang kandasnya hubungan asmara sang aktris dengan Eric. Oskar menjemputnya di toko, mendandani Vivian di dalam mobil dengan tergesa-gesa.Viv
last updateLast Updated : 2021-05-06
Read more

One More Try [3]

“Cynthia kan paling anti sama orang yang datang telat. Dulu aku pernah terlambat lima menitan, habis diomeli sampai kupingku mau copot.”Jawaban Oskar membuat Vivian berjengit. “Nantilah kamu tanya sama Sally aja, ya? Siapa tau dia dikasih izin untuk memuaskan rasa penasaranmu itu,” canda Oskar. “Yang pasti, situasinya makin parah gara-gara penangkapan Eric kemarin.”“Hah? Eric ditangkap?” suara Vivian agak meninggi. “Ditangkap polisi kan maksudnya?” Vivian mendadak bodoh.Oskar tertawa pahit. “Ya iyalah, Vi. Masa iya ditangkap alien? Pokoknya, beritanya bikin heboh jagat dunia hiburan Tanah Air. Ujung-ujungnya, Cynthia juga yang dicari sama wartawan. Dia ikut-ikutan terseret kasusnya Eric,” desah Oskar.“Eric kenapa bisa ditangkap polisi? Kasusnya apa?”“Udah kubilang, nanti nanyanya sama Sally aja. Atau nonton tayangan infotainment. Atau baca berita
last updateLast Updated : 2021-05-07
Read more

One More Try [4]

Vivian bukannya melupakan janji makan malam yang sudah disanggupinya. Akan tetapi, dia tak bisa meninggalkan rumah Cynthia karena masih ada wartawan yang menunggu di depan pintu gerbang. Sally melarang gadis itu untuk pulang dan meminta Vivian untuk menunggu. Namun Vivian optimis, dia dan Robin bisa makan malam tepat waktu.Rumah itu sepi, hanya ada asisten rumah tangga. Oskar langsung pergi setelah mengantar Vivian. Sally sibuk bicara di telepon sejak Vivian tiba. Sementara itu, sang aktris tidak terlihat di mana-mana. Padahal tadinya Vivian mengira jika Cynthia ada di kamarnya.“Maaf ya, Vi, kamu terpaksa nunggu sebentar. Ada beberapa urusan yang harus kuberesin. Kalau lapar, di dapur ada banyak makanan,” kata Sally sambil menunjuk ke arah telepon genggam yang menempel di telinga kanannya.“Nggak apa-apa, Mbak. Santai aja,” sahut Vivian, tak tahu harus merespons apa. Ini risikonya karena sudah bersedia memenuhi permintaan Sally untuk da
last updateLast Updated : 2021-05-07
Read more

One More Try [5]

Menjelang pukul enam sore, Vivian akhirnya menelepon Robin dengan perasaan bersalah yang memberati kepala dan bahunya. Harapan untuk makan malam dan menghabiskan waktu istimewa bersama Robin, tampaknya harus dibuang jauh-jauh. Padahal, meski sejak siang suara jantung Vivian seakan memekakkan kedua telinganya, dia sudah menunggu untuk bertemu Robin.“Bin, aku minta maaf banget. Kita nggak bisa makan malam karena aku ada keperluan yang nggak bisa ditunda,” ujarnya begitu Robin mengucapkan salam.“Kenapa? Kamu lagi ada masalah?” tanya Robin cemas. Vivian mengulum senyum menangkap kekhawatiran di suara cowok itu.“Nggak, kok. Nanti deh aku ceritain detailnya.” Vivian mengusap tengkuknya dengan tangan kiri. “Maaf, ya. Padahal aku pengin banget ditraktir lagi sama kamu. Udah hampir dua minggu kamu absen bayarin makan malamku,” tambahnya, mencoba bergurau.Robin mendesah, merefleksikan kekecewaan yang juga dirasaka
last updateLast Updated : 2021-05-08
Read more

Right Here Waiting [1]

Robin menatap ponselnya dengan perasaan mulas sebelum mengantongi benda itu. Sejak Vivian setuju untuk makan malam dengannya, Robin sudah berjuang mencari referensi restoran yang menurutnya pas untuk mereka. Dia bahkan minta izin untuk pulang lebih cepat hari ini. Untungnya Angie tak merasa keberatan. Perempuan itu bahkan tak mengajukan pertanyaan apa pun selain mengangguk, mengiyakan.Siapa sangka, sebuah janji makan malam saja bisa begini menyusahkan?“Kamu hari ini mau pulang lebih cepat? Ada urusan penting, ya?” tanya Ariel yang sempat mampir ke ruang kerja Robin.“Iya, Pa. Tapi, mohon maaf, aku nggak bisa ngasih tau Papa detailnya. Karena inilah yang disebut privasi,” gurau Robin sambil membereskan mejanya.“Ah, Papa juga nggak tertarik pengin tau, kok! Papa sudah pernah melewati momen itu,” balas Ariel. “Papa juga pernah muda lho, Bin.”“Momen apa? Papa sok tau,” komentar Robin. Dia
last updateLast Updated : 2021-05-10
Read more

Right Here Waiting [2]

Seperti biasa, cowok itu harus mengisi buku tamu di pos satpam. Meski sudah puluhan kali menginjakkan kaki di tempat itu, semua relawan harus melakukan hal yang sama. Pengecualian hanya dibuat untuk para pendiri dan karyawan di Fit dan Bugar. Sementara para pecandu yang direhab tidak diperkenankan keluar dari kompleks bangunan yang cukup luas.“Halo, Bin. Ke mana aja? Kamu sekarang udah jarang ke sini. Sibuk banget, ya?” tanya salah satu satpam yang bertugas.“Lagi agak sibuk sama kerjaan, Pak,” sahut Robin.Fit dan Bugar menempati sebidang tanah yang dimiliki keluarga besar Tessa. Ada total dua puluh kamar yang diperuntukkan bagi para pecandu yang siap memutus ketergantungan dari alkohol. Juga ada semacam aula yang disulap menjadi gym. Panti rehabilitasi itu juga memiliki sebuah ruang pertemuan, tempat praktik dokter dan psikolog. Di halaman belakang yang luas, ada kolam renang dan lapangan bulutangkis.Tempat rehabilitas
last updateLast Updated : 2021-05-11
Read more

Nervous [1]

Robin akhirnya bisa duduk di depan Vivian untuk makan malam, tiga minggu kemudian. Selama ini, keduanya tak bisa bertemu karena gadis itu mengaku sedang sibuk. Awalnya, Robin tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia penasaran tapi tak berani mengajukan banyak pertanyaan. Alasannya sederhana saja. Tampaknya Vivian ingin menyimpan rahasianya sendiri. Oleh karena itu, Robin tak memaksa untuk mencari tahu.Itulah sebabnya Robin hanya menunggu, tidak berani mendesak. Dia berusaha menaklukkan keingintahuannya. Jika Vivian ingin Robin tahu apa yang sebenarnya terjadi, tentulah gadis itu akan memberi informasi padanya, kan?“Aku belum bisa membahas apa aja aktivitasku sekarang ini, sampai nggak bisa ketemu kamu dulu, Bin. Tapi nanti aku bakalan cerita, kok!” janji Vivian saat mereka kembali bicara di telepon. Menekan rasa kecewanya, Robin hanya mengiyakan.“Pokoknya, kamu jangan bete atau marah, ya?” ucap Vivian lagi. “Sekarang memang ak
last updateLast Updated : 2021-05-12
Read more

Nervous [2]

Robin mustahil memberi tahu gadis itu bahwa pengetahuannya didapat karena Cynthia berada di Fit dan Bugar sampai hari ini. Itu adalah bagian kerahasiaan yang harus dijaga ketat. Itulah sebabnya panti rehab itu memberlakukan sederet ujian termasuk tes psikologi untuk para relawan dan karyawan. Meski relawan tidak mendapat insentif atau imbalan apa pun, mereka tetap harus lolos melewati setumpuk seleksi.“Aku sering ngeliat kamu di tivi atau portal gosip belakangan ini. Nggak akan sulit bedain kalian walau kamu pakai wig dan didandani semirip mungkin kayak Cynthia,” beri tahu Robin, setengah berdusta. “Apalagi, di saat yang bersamaan, kamu ngaku sibuk sampai nggak bisa ketemuan sama aku. Trus, aku juga ingat obrolan kita soal pekerjaanmu di masa lalu. jadi, nggak sulit untuk ngambil kesimpulan, kan?”Pengakuan itu membuat glabela Vivian berkerut. “Oh, ya? Berarti kamu memang jeli banget, ya? Semua sepupuku nggak pernah bisa bedain kami kalau
last updateLast Updated : 2021-05-13
Read more

Nervous [3]

“Kamu nggak perlu minta maaf,” sahut Vivian dengan ekspresi serius. “Aku malah hepi karena kamu berani ngakuin perasaanmu, Bin. Yang penting, setelah ini, kamu jangan berubah dan malah menjauh. Aku pengin kita tetap kayak biasa.”“Iya, tentu,” sahut Robin. Padahal, itu hal yang mustahil, kan? Mana mungkin hubungan mereka bisa kembali seperti sediakala setelah apa yang terjadi hari ini? Jika mereka bertemu lagi, sudah pasti situasi akan berubah canggung. Minimal, dari sisi Robin.“Bin, kamu nggak apa-apa, kan? Jangan marah, ya?” pinta Vivian sebelum mereka berpisah. Kata-katanya membuat Robin tertawa kecil.“Kenapa aku harus marah? Perasaan kan nggak bisa dipaksa, Vi. Aku nggak apa-apa, kok,” komentar Robin. “Aku pulang dulu, ya. Udah malam, nih!”Robin kembali ke apartemennya dengan hati babak belur. Akhirnya, semua ketakutannya menjadi nyata. Cowok itu mengutuki diri sendiri entah be
last updateLast Updated : 2021-05-14
Read more
PREV
1
...
789101112
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status