Home / Romansa / Chemistrick / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Chemistrick: Chapter 101 - Chapter 110

113 Chapters

Back for Good [1]

Robin membuka sabuk pengaman sebelum keluar dari dalam mobil. Vivian mengikutinya dengan wajah datar tanpa senyum. Robin mendekati Vivian, meraih tangan kiri gadis itu sebelum berderap menuju ruang praktik dokter umum yang tidak terlalu ramai. Untungnya Vivian menurut dan tidak berusaha melepaskan tangannya.“Hari ini, aku nggak akan ngebiarin kamu pulang sebelum masalah kita kelar. Pokoknya, semua harus jelas hari ini juga,” ucapnya dengan nada tegas.“Kamu lagi sakit, masalah kita bisa ditunda nanti-nanti. Yang—”“Nggak ada penundaan lagi,” potong Robin. “Aku nggak bisa kalau harus nunggu lebih lama lagi. Mungkin keburu balik ke Aussie dan ngelanjutin sekolah.”Vivian berhenti di ambang pintu. “Kamu mau balik ke Aussie?” tanyanya dengan pupil mata membesar. “Kapan? Ini udah direncanain lama atau gimana?”“Nanti aja ngebahas soal itu. Sekarang, aku mau ke dokter du
last updateLast Updated : 2021-05-25
Read more

Back for Good [2]

Vivian terdiam lama sebelum akhirnya menyerah, ditandai dengan anggukan. “Aku juga mikirnya kayak gitu. Nggak ada bagian masa lalu Mama dan papamu yang bisa kuubah. Tapi kalau apa yang terjadi dulu malah ngefek ke masa sekarang dan bikin aku nggak bahagia, memang rasanya nggak masuk akal.”Robin cukup kaget dengan kalimat gadis itu. Namun dia belum sempat merespons karena Vivian sudah keluar dari mobil. Robin masih sempat menyambar obatnya sebelum menyusul gadis itu. Dia memutari mobil, memegang kedua bahu Vivian. Gadis itu mendongak kaget, menghentikan gerakan membenahi posisi tas selempangnya.“Vi, aku mau tanya sekali lagi,” suara Robin melembut. “Aku jatuh cinta sama kamu, nggak pengin cuma jadi temenmu doang. Maaf kalau aku bukan tipe cowok romantis yang diidamkan cewek-cewek. Maaf juga karena aku nggak pinter ngerayu. Tapi yang pasti, aku cintanya nggak main-main ke kamu.” Robin mengambil napas sejenak. “Vivian, kamu mau
last updateLast Updated : 2021-05-26
Read more

Back for Good [3]

Ariel tertawa geli mendengar ucapan putranya. “Maaf, Papa nggak sengaja mau nyari tau, kok. Tapi sekarang Papa sih beneran lega, karena kamu ada yang jagain. Jangan jahat sama pacarmu, Robin. Itu ultimatum. Jangan bikin Vivian kecewa dan sakit hati,” pesannya.“Makasih, Om,” Vivian yang menjawab.Ariel mendadak menyipitkan mata. “Om baru nyadar kalau kamu mirip sama cewek yang kemarin digosipin jadi pacar Robin. Tapi, Vivian ini lebih cakep.”Robin dan Vivian saling pandang lalu keduanya bertukar senyum. “Iya dong, Pa. Aku pinter kalau urusan milih-memilih,” sesumbar Robin. “Bukan cuma Papa yang ngomong gitu. Udah terlalu banyak orang yang bilang kalau Vivian mirip Cynthia Pasha,” imbuhnya.Ariel berdiri dari tempat duduknya. “Kalau gitu, Papa pulang dulu ya, Bin. Kamu kayaknya udah berada di tangan yang tepat. Papa nggak perlu cemas lagi,” tambahnya, setengah bercanda. “Sampai
last updateLast Updated : 2021-05-27
Read more

I Found Heaven [1]

Bertemu muka dan berbincang dengan Ariel adalah salah satu hal paling mengejutkan yang terjadi tanpa aba-aba bagi Vivian. Namun tak dinyana, ternyata dia bisa menghadapi saat itu dengan cukup baik. Vivian tidak pernah mengira jika dirinya mampu duduk di depan mantan kekasih ibunya dengan tenang.Jantungnya memang sempat berdetak luar biasa kencang saat mendapati pintu apartemen Robin mendadak terbuka. Ariel memiliki kunci sendiri dan langsung masuk ke unit yang ditempati putranya. Begitu melihat Vivian, lelaki itu tampak sama kagetnya. Vivian buru-buru memperkenalkan diri. Karena tak ingin dikira sebagai orang yang masuk ke apartemen itu tanpa izin, dia pun memberi tahu statusnya. Yaitu, sebagai pacar Robin.Ariel menyalami Vivian dengan sikap hangat. Senyum lelaki itu luar biasa lebar. “Om papanya Robin. Dan Om baru tau kalau Robin udah punya pacar. Mudah-mudahan kalian bisa jadi pasangan yang tangguh. Robin itu anak baik, lho! Bukan karena dia darah daging Om.
last updateLast Updated : 2021-05-28
Read more

I Found Heaven [2]

Tadinya Vivian mengira bahwa hubungannya dengan Robin akan berat untuk dijalani. Namun pertemuannya dengan Ariel itu justru memberi efek yang tak terduga. Vivian akhirnya bisa percaya bahwa hidupnya baik-baik saja dan berlimpah cinta. Dari keluarga dan juga Robin. Semua masa lalu yang pahit itu justru membuatnya lebih kuat. Satu lagi, hubungannya dengan Serena ternyata tidak mustahil untuk diperbaiki. Meski mungkin saja interaksi mereka tidak akan pernah benar-benar cair.“Jujur aja, tadinya aku nggak berani ngebayangin bakalan ketemu sama papa kamu, Bin. Aku udah mikir yang jelek-jelek. Tapi kadang Tuhan memang ngasih kejutan yang sama sekali nggak disangka. Pas beneran ketemu papamu di apartemen kemarin, ternyata nggak seberat yang ada di kepalaku,” aku Vivian jujur.“Makanya, jangan suka mikir yang negatif melulu,” komentar Robin. Telunjuk kanan lelaki itu diusapkan di kening Vivian. “Seringnya, bayangan di kepala kita jauh lebih dramat
last updateLast Updated : 2021-05-29
Read more

I Found Heaven [3]

Serena sempat menawari putrinya untuk menginap, tapi Vivian merasa itu langkah yang terburu-buru. Karena itu dia pun menolak dengan halus. “Lain kali aja ya, Ma,” balas gadis itu tanpa merinci alasan penolakannya. “Nggak apa-apa, kan?”Serena menjawab sambil tersenyum. Matanya berkaca-kaca. “Iya, lain kali juga nggak apa-apa.” Tangan kanannya mengelus pipi putrinya dengan lembut.Saat berjalan bersisian meninggalkan lantai sembilan belas yang dihuni Serena, Vivian menggenggam tangan Robin dengan erat. Perasaannya sulit untuk digambarkan dengan detail. Tadi pun Vivian masih mengira harus melewatkan satu malam yang menyiksa bersama ibunya. Namun dia memaksakan diri karena mempertimbangkan dorongan dari Robin dan juga ayahnya. Ternyata, yang terjadi sama sekali tidak mengerikan. Malah, bisa dibilang, Vivian menikmati makan malam tadi.“Makasih ya, Bin. Karena kamu … bikin semuanya terwujud. Makasih juga karena kamu n
last updateLast Updated : 2021-05-30
Read more

You are The Reason [1]

Robin duduk di depan Barry dengan bahu tegang dan keringat membasahi punggung. Padahal, suhu di dalam Super Bakery sama sekali tidak panas karena dilengkapi dengan pendingin udara yang suaranya berdengung samar. Di sebelah kirinya, Vivian berceloteh santai tentang sahabatnya yang akan pulang untuk berlibur.“Kamu kok diam aja dari tadi, sih?” Vivian menyenggol Robin dengan bahunya.“Kan aku lagi dengerin kamu ngomong,” elak Robin. Cowok itu mati-matian menekan rasa gugup yang meremas-remas sekujur tulangnya.Sebenarnya, dia ingin menolak saat Vivian menelepon dan memintanya datang ke toko roti tadi sore. Selain karena dia masih belum menyelesaikan desain cincin terbaru yang diminta ayahnya, Robin juga belum siap untuk bertemu Barry. Mendatangi Super Bakery seusai magrib, hampir pasti akan bertemu pemiliknya. Robin belum menemukan ide cemerlang untuk membuat ayah Vivian menyukainya meski tahu dirinya adalah putra bungsu Ariel.Bahka
last updateLast Updated : 2021-05-31
Read more

You are The Reason [2]

“Hah?” Tubuh Robin mendadak tegak. “Kenapa telat?”“Karena aku udah ngomong sama Papa soal kamu.” Vivian tersenyum lebar. “Nggak ada masalah sama sekali, Bin. Jadi, kamu nggak perlu cemas lagi.”Robin memajukan tubuh dengan pupil mata melebar. “Serius, kamu udah ngomong?”“Iya, udah.” Sebagai penegasan, Vivian mengangguk. “Kaget pastinya, tapi cuma sebatas itu doang. Papa malah cemas akunya yang bakalan ribet karena inget semua yang udah kejadian. Kubilang, masa-masa itu udah lewat.” Gadis itu tertawa kecil.“Papamu nggak keberatan sama sekali?” Robin tak percaya.“Nggak, Bin. Buat Papa, yang terpenting kamu itu orang yang bertanggung jawab. Bukan playboy murahan yang bakal bikin anak kesayangannya patah hati,” respons Vivian.“Playboy murahan,” ulang Robin sambil tergelak. “Aku cowok baik-baik, Vi.
last updateLast Updated : 2021-06-01
Read more

Beautiful Goodbye [1]

Vivian benar-benar kehilangan tenaga. Dia terduduk di tepi ranjang dengan tubuh seolah baru saja berubah menjadi jeli. Dia cuma memandangi Debby dan Barry yang sibuk menyiapkan koper berikut segala keperluan gadis itu. Dia akan terbang ke Bali beberapa jam lagi untuk melihat sendiri kondisi Serena.Sekitar satu jam lalu, Barry ditelepon oleh asisten rumah tangga Serena di Bali, Shinta. Perempuan itu mengontak ayah Vivian karena kondisi Serena memburuk usai kembali dari Jakarta. Alhasil Serena terpaksa dirawat di rumah sakit. Ini sudah hari ketiga. Dan Shita memutuskan bahwa ini saatnya memberi tahu mantan suami Serena.Namun, bukan itu bagian yang paling mengejutkan Vivian. Melainkan fakta yang selama ini diam-diam disimpan ibunya. Bahwa Serena menderita kanker serviks stadium awal. Dokter bahkan meramalkan bahwa perempuan itu takkan bisa bertahan hingga tiga bulan ke depan karena penyakitnya telat ditangani. Serena bahkan menolak kemoterapi karena dinilai tak ada guna
last updateLast Updated : 2021-06-02
Read more

Beautiful Goodbye [2]

“Jangan marahin Mbak Shinta, Ma. Memang udah seharusnya aku dan Papa tau kalau kondisi Mama lagi sakit. Kenapa selama ini Mama nggak pernah ngomong apa-apa?” tanyanya dengan suara bergelombang. Serena tak segera menjawab. Perempuan itu mengelus punggung putrinya dengan lembut. Vivian juga menangkap isak halus yang meluncur dari bibir ibunya. “Karena Mama nggak mau nyusahin siapa pun, Vi. Apalagi, Mama punya banyak salah sama kamu dan Papa. Mama nggak punya nyali untuk ngomongin penyakit Mama.” Hati Vivian tercabik-cabik. Dia memang memiliki banyak sekali kebencian pada ibunya sejak bertahun silam. Namun, di detik ini, Vivian tahu bahwa semua perasaan negatifnya itu sudah mendebu. Membayangkan ibunya tak ada lagi di dunia ini sebelum hubungan mereka membaik, membuat Vivian susah untuk bernapas. “Aku akan tinggal di sini, nemenin Mama. Sampai Mama sembuh,” ungkap Vivian sembari merenggangkan dekapannya. Gadis itu mengusap air matanya dengan punggung tangan kana
last updateLast Updated : 2021-06-02
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status