Home / Romansa / Chemistrick / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Chemistrick: Chapter 61 - Chapter 70

113 Chapters

If Love is Blind [4]

“Aku sering nyalahin si korban karena nggak mau membela diri,” cetus Vivian.”“Bukannnya nggak mau membela diri, Vi. Tapi karena korbannya udah kesulitan untuk pakai logikanya. Contohnya temanku itu. Belakangan ketahuan gimana cara cowoknya memanipulasi. Dan jurus-jurus yang dipakai itu memang klasik banget. Artinya, memang para tukang bully itu punya cara-cara yang sama.”“Detailnya gimana, Bin? Aku pengin tau,” komentar Vivian.“Awalnya, si korban dikritik. Dari hal-hal sepele sampai yang memang nggak bisa diubah. Intinya, bikin yang dikritik jadi frustrasi. Ujung-ujungnya berusaha nyenengin pasangannya. Ada yang sampai nekat mengubah penampilan supaya cowoknya nggak komplain lagi. Nyatanya, apa pun yang dilakuin, nggak akan bisa memuaskan orang yang suka menyiksa pasangannya. Kritik-kritik itu seringnya cuma dicari-cari. Cuma untuk bikin dia punya kuasa dan membuat pacarnya jadi kehilangan rasa percaya
last updateLast Updated : 2021-04-23
Read more

When Love Kills Love [1]

“Aku nggak bisa bayangin ada orang yang tega ngelakuin itu sama pacarnya sendiri,” Vivian bersuara. Gadis itu mengusap tengkuknya. “Aku beneran merinding, Bin. Serem amat.”Robin pun menceritakan bagaimana Fida menghilang yang berujung pada penyelidikan pihak berwajib. Lalu, jenazahnya yang ditemukan belakangan. Penyelidikan intensif oleh polisi mengerucut pada satu tersangka, yaitu Jim.“Jim mencekik Fida sampai mati. Setelah itu, dia ninggalin apartemen Fida dan bilang ke polisi kalau itu kali terakhir mereka ketemu. Katanya, Fida pengin ngabisin waktu sama keluarganya. Gara-gara itu, mereka menunda acara kencan untuk ulang tahun itu. Jim awalnya ngaku Fida ngontak dia lewat WhatsApp selama beberapa hari, bilang masih bareng keluarganya. Karena ada saudara Fida yang baru datang dari Jakarta.“Ketika Jim nggak bisa jelasin kenapa ada sidik jarinya di unit yang letaknya pas di depan apartemen Fida, dia akhirnya ngaku. Setelah
last updateLast Updated : 2021-04-24
Read more

When Love Kills Love [2]

“Ya, aku pernah beberapa kali nonton film-film kriminal. Dan memang pernah dengar soal cairan bernama luminol ini. Tapi kukira itu … hmmm … apa ya? Nggak nyangka kalau memang efektif banget dalam penyelidikan kasus yang melibatkan jejak darah,” ucap Vivian. “Berarti dalam kasus ini, luminol itu jadi salah satu kuncinya, ya?”“Karena aku pernah kuliah di jurusan ilmu forensik, aku bisa yakinkan kamu kalau luminol itu memang ngebantu banget. Setauku, luminol itu bereaksi sampai sepuluh ribu kali lipat dengan darah yang udah coba dibersihkan,” beri tahu Robin dengan nada serius.“Sepuluh ribu kali lipat?” Pupil mata Vivian melebar. Robin merespons dengan anggukan mantap. “Wow! Berarti memang luar biasa banget.”“Nah, selain jejak darah, polisi juga nemuin banyak banget sidik jari. Itu bukan hal yang aneh karena unit apartemen itu pernah ditinggali banyak orang. Karena
last updateLast Updated : 2021-04-24
Read more

When Love Kills Love [3]

Berdamai dengan Serena sungguh terlalu sulit untuk diwujudkan oleh Vivian. Rasanya mustahil melupakan semua perbuatan ibunya selama belasan tahun. Gadis itu makin sedih tiap kali mengingat perasaan ayahnya. Menikahi perempuan yang dicintainya mati-matian, pasti hal yang sangat membahagiakan. Namun semuanya berbeda karena sang istri justru teramat membenci suaminya. Parahnya lagi, Serena tidak sungkan menunjukkan perasaannya terang-terangan sehingga orang-orang sekitarnya pun tahu. Hal semacam itu pasti sangat melukai harga diri Barry.Mengapa ada orang seperti ibunya? Jika tidak melihat sendiri apa yang terjadi bertahun-tahun, niscaya Vivian sulit untuk percaya bahwa perempuan seperti Serena memang eksis di dunia ini. Membenci suami dan darah dagingnya dengan begitu rupa.Setelah perceraian orangtuanya, Vivian berjuang untuk memaafkan masa lalu. Dia berusaha keras menghapus kebencian pada ibunya. Melupakan hal-hal buruk yang pernah terjadi dan berkonsentrasi pada masa
last updateLast Updated : 2021-04-25
Read more

When Love Kills Love [4]

“Pa, kali ini menurutku Papa udah salah banget. Mama nggak pernah cinta sama Papa. Tapi Papa tetap bertahan. Okelah, sampai di sini aku masih bisa menghargai keputusan Papa. Karena Papa mikirin aku, nggak mau aku punya orangtua yang bercerai. Tapi kalau Papa tau Mama cinta sama laki-laki lain, bahkan sampai nyimpan foto-foto mereka berdua, itu nggak masuk akal. Seharusnya nggak kayak gitu, Pa.”Barry membela diri panjang lebar. Berusaha menjelaskan pada remaja berumur delapan belas tahun tentang cintanya yang tulus pada Serena. Serta bahwa dia tak bisa memaksa agar perempuan itu melupakan masa lalunya. Makin lama Barry bicara, Vivian justru menilai ayahnya sudah membuat kesalahan fatal.“Sekarang aku bisa ngasih penilaian lebih objektif. Papa salah besar, itu menurutku. Kalau memang cinta, Papa nggak boleh maksa Mama untuk bertahan. Papa beralasan nggak mau aku jadi produk keluarga broken home. Trus Papa juga cinta banget sama Mama, dan lain-
last updateLast Updated : 2021-04-25
Read more

Destiny? [1]

Perjalanan menuju Jhinu Danda harus kembali melewati Chomrong yang medannya berat itu. Robin mencemaskan Vivian meski dia tak mengutarakan pikirannya terang-terangan. Alasannya, karena gadis itu pilek dan kakinya lecet. Apalagi, mereka harus berjalan cukup lama dan tak ada alternatif kendaraan lain yang bisa digunakan.. Menurut perkiraan Ben, mereka akan berjalan kaki antara enam hingga tujuh jam.“Kamu nggak apa-apa? Kaki yang lecet gimana?” tanya Robin saat mereka meninggalkan Bamboo. Vivian yang berjalan di depannya, menoleh sebentar. Gadis itu menghadiahi Robin senyum, membuat cowok itu menahan napas selama sesaat.Ya gendonglah, Bin. Percuma ada kamu,” sela Allan yang tampaknya mendengar kata-kata cowok itu. “Anggap aja sebagai semacam tes untuk nyari tau sejauh mana kamu peduli sama Vivian. Bukan sekadar omong doang,” imbuh Allan lagi.“Jangan didengerin, Bin,” larang Vivian sambil tertawa. Dia mendorong punggung s
last updateLast Updated : 2021-04-26
Read more

Destiny? [2]

“Dipasang aja semua, Vi. Tapi harus beneran nempel, jangan sampai plesternya bergeser lagi. Trus, jalannya ntar pelan-pelan aja. Nggak apa-apa kalau rada ketinggalan. Yang penting, lecetnya nggak makin parah,” urai Robin.“Siap, Komandan,” gurau Vivian.Robin tersenyum mendengar candaan gadis itu. Tadi malam, mereka menghabiskan waktu lumayan panjang untuk mengobrol. Itu agak di luar dugaan karena tadinya Robin cuma ingin mengobrol sebentar seraya memastikan Vivian menghabiskan makan malamnya dan meminum obat. Siapa sangka jika ada pasangan yang bertengkar dan berakhir dengan curhat panjang Robin tentang Fida.Seolah ingin mengimbangi cerita yang dibagi Robin, Vivian dengan mengejutkan berkisah lebih detail tentang keluarganya. Bagaimana gadis itu berusaha menjodohkan ayahnya dengan perempuan yang kelak memang menjadi ibu baru Vivian. Yang paling mengejutkan bagi Robin, sosok Serena Ivaninna. Siapa sangka perempuan itu ternyata ibu kandun
last updateLast Updated : 2021-04-26
Read more

Destiny? [3]

“Ngerasa nggak sih, kalau kamu itu dimatangkan sama pengalaman-pengalaman yang nggak ngenakin? Nggak semua orang sepeduli kamu pas ngeliat ada cowok yang kasar sama pasangannya. Jujur aja nih, aku masih shock karena kamu nggak keberatan kena pukul gara-gara belain orang asing. Padahal, besok-besok si istri mungkin udah mesra-mesraan lagi sama suaminya.” Vivian menunjuk dengan dagunya. “Tuh, baru aja dibilang.”Robin menoleh ke arah yang ditunjuk Vivian dengan gerakan tak kentara. Mereka sedang duduk di bawah payung lebar yang dipasang di halaman tea house. Pasangan asal Australia yang kemarin bertengkar hebat itu, kini tampak berbisik-bisik mesra. Tanpa sadar, Robin meraba hidungnya. Keputusannya mengompres hidung dan pipi mendatangkan manfaat yang melegakan. Tidak ada bagian wajahnya yang membengkak.“Cinta memang buta, kan?” gumam Robin pelan. Ada rasa takut yang mulai menyelusup di dadanya. Orang yang terlalu mud
last updateLast Updated : 2021-04-27
Read more

Destiny? [4]

Mereka juga banyak membahas tentang pekerjaan masing-masing. Vivian memang nyaris tidak bicara tentang pengalamannya bekerja pada Cynthia. Mungkin karena terkait perjanjian kerahasiaan dengan sang aktris. Vivian cuma membahas garis besar aktivitasnya selama setahun, memuji Cynthia sebagai bos yang baik dan tidak pelit. Akan tetapi, gadis itu tak keberatan membagi cerita tentang aktivitasnya di Super Bakery. Sementara Robin membahas langkah-langkah yang dilakukannya untuk merancang cincin.“Banyak yang heran karena aku memilih untuk jadi desainer cincin dan batal lanjut sekolah. Aku sendiri kadang bingung jelasinnya. Dulu, sempat lupa kalau aku punya minat besar di dunia rancang-merancang ini. Pas kelar kuliah, diingetin Papa. Sekaligus dimintai tolong untuk bantuin Papa dan kakakku. Nggak nyangka juga kalau ternyata aku betah. Tapi, memang belum mutusin bakalan tetap di Jakarta atau lanjut sekolah lagi. Dua-duanya aku suka,” urai Robin ketika Vivian bertanya alasa
last updateLast Updated : 2021-04-27
Read more

Missing You [1]

Robin sangat ingin mempercepat kepulangannya ke Jakarta agar dia bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama Vivian. Sayangnya hal itu agak sulit karena dia sudah memesan tiket pulang. Jadwalnya, tiga hari setelah mereka tiba di Pokhara. Sedangkan Vivian bertolak ke Tanah Air hanya sehari setelah mereka menyelesaikan trekking.“Sampai ketemu lagi di Jakarta ya, Bin,” ucap Vivian saat mereka berada di lobi hotel pagi itu. Allan dan Vivian bersiap untuk terbang ke Kathmandu. Sorenya, mereka berdua akan bertolak ke Jakarta.“Hati-hati di jalan, Vi,” gumam Robin dengan hati berat. Dia tak menemukan kalimat lain yang lebih bagus untuk diucapkan.Semua rekan satu tim mereka berkumpul di lobi untuk mengucapkan selamat jalan pada Vivian dan Allan. Keduanya sedang menunggu kedatangan sopir yang akan mengantar ke bandara. Pihak hotel sudah menyiapkan kendaraan untuk Vivian dan Allan.“Bin, nggak sekalian ikut pulang?” g
last updateLast Updated : 2021-04-28
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status