Tak terasa sudah larut malam, hati berdecak gelisah menunggu Andrean menghubungi, menunggu pernyataan cinta darinya tapi tidak ada. Aku masih duduk di kasur dengan harapan terlalu jauh, sambil ditemani Renata yang sudah terbuai di alam mimpi.Benar kata Alan, Andrean sangat santai dan tanpa beban. Jiwanya mengalir bagai air tapi alirannya seret tidak deras, jika ditimpa kemarau akhirnya kering juga. Aku menurunkan ego, yang tadinya menunggu menjadi maju duluan. Mungkin, aku bisa mengawali kisah kami dengan mengajaknya menengok neneknya Renata. Aku mengirim pesan. "Selamat malam, Dean. Besok kamu ada waktu? Aku mau mengajakmu nengok neneknya Flora, Tante Lusi.""Malam, Flora. Kebetulan besok aku ke luar kota, gimana kalau lusa kita nengoknya?""Oh gitu, tapi biasanya Tante Lusi suka ngomel kalau aku gak segera datang menemuinya. Kalau aku pergi aja besok tanpamu, gak apa-apa 'kan?""Iya, gak apa-apa. Lusanya kamu bisa datang lagi denganku."
Last Updated : 2021-05-16 Read more