Mas Abi memelukku sangat erat, kami terdiam dalam hening yang cukup lama, aku membiarkan keheningan meraja, memberi cukup waktu untuk meraup aroma keringatnya yang tidak sekalipun melunturkan rindu-rinduku. Hingga Mas Abi yang lebih dulu melepas pelukan kami setelah beberapa detik yang terlalu singkat."Udara di luar cukup dingin, jangan menyalakan AC dengan suhu terlalu rendah." Suaranya terdengar lirih. Ekspresi wajahnya tak terbaca. Aku tertegun dengan sikapnya, dia menatapku sangat lama. Jangan seperti ini, jangan membuat nelangsaku menguar hingga kau akan tahu, detik-detik pe
Read more