Setelah melalui semua kejutan dan emosi yang naik turun, Arianne membenamkan dirinya di kursi mobil, merasa hampa. “Ayo pulang,” sahutnya lemah.Mengingat panggilan dari Helen yang ia tolak sebelumnya, dia meraih ponselnya dan balik menghubunginya. Panggilan itu dengan cepat terangkat dan Arianne kontan membahas inti persoalan. “Kau tahu Aery yang menabrakku, kan?”Helen yang berada di ujung panggilan, tercekat. “Ari… maafkan aku… aku tak bisa apa-apa. Kalian berdua sama-sama penting bagiku, tetapi aku juga kesulitan… maafkan aku…”Arianne mendengus. “Tentu, kau juga punya kesulitan. Aku layak mendapatkannya. Aku layak keguguran, aku layak hampir terbunuh. Bukankah kau memohon bantuan padaku sebelumnya karena kau melahirkanku? Aku berhutang atas hidup yang kau berikan padaku, jadi sekarang…Aku telah membayarnya dengan nyawa anakku. Mulai sekarang, aku tidak berhutang apapun lagi padamu.”Dia segera menutup teleponnya setelah berkata demikian lalu memblokir nomor ponsel Helen.Sete
Read more