Home / Romansa / Melupa Rasa / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Melupa Rasa: Chapter 21 - Chapter 30

49 Chapters

Chapter 21: End It All

Dirga ingin langsung keluar dari persembunyiannya begitu melihat air mata Lyan yang jatuh karena dosen yang sangat dicintainya itu. Namun pegangan tangan Deana mencegahnya. Dirga melotot  ke arahnya. Namun Deana hanya menggeleng."Lyan harus berhenti menjadi pengecut," bisiknya dengan nada tegas. Dirga mengernyit."Lyan harus menyelesaikan masalahnya dengan cinta pertamanya. Dan kita jangan ikut campur," lanjut Deana lagi.Dirga terdiam. Dalam hati ia setuju meskipun sesungguhnya dia ingin sekali segera menarik Lyan menjauh dari sana. Akhirnya ia kembali menunggu di tempat persembunyiannya bersama Deana. Sudah beberapa menit mereka disini sejak Lyan tak juga kembali. Mereka pun mencarinya, namun begitu ketemu, ternyata Lyan terlihat sedang berbicara serius dengan Pak Abi. Dan Deana pun segera menarik Dirga agar jangan mendekat."Kita harus pergi," ujar Deana tiba-tiba."Apa?!""Kita harus menghormati privasi mereka,""Apa kau nggak pena
Read more

Chapter 22: STORY OF ANARA AND ABI (Part 1)

"Hei! Kau nggak capek ya terus-terusan sok baik?? Dasar cowok munafik!"Kenangan itu melintas sejenak kala Anara tengah memejamkan matanya. Kenangan masa lampau yang tidak akan pernah dia lupakan. Kenangan ketika pertama kalinya dia berbicara langsung dengan Abi. Dan selamanya, Anara akan selalu mensyukuri hari itu sebagai hari terbaik dalam hidupnya.Hari itu sebelas tahun yang lalu, ketika Anara masih berstatus sebagai mahasiswi tahun pertama. Siapa yang tidak kenal dirinya? Putri keluarga Aryasena yang meskipun prestasinya tidak pernah terdengar gaungnya, tapi setidaknya ia cantik jelita."Kamu Anara kan? Aku udah lama lho naksir kamu. Pacaran yuk!"Kalimat langganan yang selalu terdengar membosankan di telinga Anara. Ia melirik cowok yang tengah berdiri di hadapannya. Ia bahkan sudah malas menghitung sudah di urutan keberapakah cowok ini yang mendamba dirinya sambil memamerkan mobil mewahnya di depan Anara, berharap benda mahal itu akan semakin meningkatk
Read more

CHAPTER 23: STORY OF ANARA AND ABI (Part 2)

"Kau dan Abi, kalian pacaran ya?"Sebuah pertanyaan meluncur dari salah seorang anggota organisasi yang ditujukan pada Anara. Anara gugup. Jantungnya berdebar kala mendengar pertanyaan itu."Hmm...itu...kami cuma lumayan akrab aja kok," sahut Anara seadanya. Ya, nyatanya hubungannya dan Abi hingga saat ini hanya sebatas itu.Beberapa bulan sudah berlalu sejak peristiwa itu. Anara memutuskan untuk bergabung dengan organisasi kemasyarakatan yang juga diikuti Abi. Ia sangat tertarik. Ia bertanya tentang banyak hal. Dan ia pun mulai melakukan banyak hal.Mau tak mau, ia juga mulai akrab dengan Abi. Tak disangka, meskipun berbeda sifat, nyatanya keduanya nyambung kala berbicara. Selain itu, Abi juga rutin selalu mengantar dan menjemputnya.Anara tak memikirkan banyak hal selain fokus pada kuliahnya dan juga membantu di organisasi ini. Hingga kemudian pertanyaan barusan mulai mengusik pikirannya.Mendengar kata 'pacaran', kenapa jantungnya berdeba
Read more

CHAPTER 24: STORY OF ANARA AND ABI (Part 3)

"Aku langsung mendapat tawaran pekerjaan yang bagus begitu lulus kuliah. Lalu aku bekerja keras dan mengumpulkan uang sebanyak mungkin agar bisa menikahi Anara," ujar Abi yang masih melanjutkan ceritanya. Lyan masih setia mendengarkan. Ekspresinya berubah. Tak ada lagi rasa benci yang tersirat di wajahnya. Ia mulai bersimpati pada kisah Abi dan Anara semasa muda."Jadi aku memutuskan untuk menemui orang tua Anara untuk melamarnya. Saat itu Anara terlihat sangat bahagia. Kami sudah merencanakan banyak hal untuk masa depan kami. Jadi saat itu aku cukup percaya diri kalau kami pasti bisa mendapatkan restu. Tapi ternyata hari itu adalah hari terburuk bagiku di dunia. Dan selamanya, aku tidak akan pernah melupakannya..."Abi memejamkan matanya sesaat demi mengingat kembali momen menyakitkan saat itu. Momen ketika ia berbicara langsung dengan keluarga Aryasena untuk melamar Anara."Nak Abi, kamu pasti tahu fungsinya cermin, bukan?" tanya Tuan Wisnu Aryasena, ayah Anar
Read more

Chapter 25: IT'S (NOT) OVER

Anara memandang pemandangan di luar jendela kamarnya dengan tatapan hampa. Ia mendesah. Lelah. Sampai kapan dia harus terus hidup seperti ini. Seorang wanita cantik yang terkurung di istana yang antik. Dan ia kembali mengingat sepotong percakapannya dengan Abi di masa lampau. "Abi, bagimu, aku ini seperti apa?" tanya Anara dengan nada manja sambil menyandarkan kepalanya di dada Abi. Abi membelai lembut rambut Anara sambil menjawab, "hmm...kamu itu pelita." Anara langsung menengadah. "Pelita?" Abi mengangguk sambil tersenyum manis. "Ya, kamu seperti cahaya yang menerangi kehidupanku yang gelap. Aku selalu bersyukur bisa bertemu denganmu, Nara," Anara terpana mendengarnya. Ia tak lagi sempat menyusun kata-kata untuk membalas ucapan manis Abi. Melainkan ia langsung membalasnya dengan memberi kecupan manis di bibir Abi. Anara memejamkan matanya. Mengingat kembali
Read more

Chapter 26: NOT OVER

Abi tersentak ketika menyadari bahwa apa yang sedang ia lakukan kini bukanlah mimpi. Tubuh yang ia rengkuh. Kulit mulus yang ia sentuh. Semuanya nyata! Abi langsung bangkit dan mengerjap tidak percaya melihat sosok di hadapannya. "Na....Nara...." desisnya tidak percaya.  "Sayang...." wanita itu, Anara, mendesah memanggilnya ketika secara tiba-tiba Abi menghentikan kemesraan mereka. Tatapan cantiknya masih penuh damba. Menginginkan Abi kembali ke pelukannya. Abi menatap tidak percaya terhadap apa yang sudah ia lakukan. Bekas gigitan cintanya di beberapa bagian atas tubuh Anara membuatnya terbata-bata, tak mampu berkata-kata. Abi segera memalingkan wajahnya. Ia sangat malu. Malu terhadap apa yang sudah ia lakukan pada wanita yang kini telah resmi berstatus sebagai istri orang. Abi segera meraih pakaian yang terjatuh di lantai dan melemparnya pelan ke arah
Read more

Chapter 27: I'M SERIOUS

Ini semua belum berakhir, Lyan. Kebahagianmu, dan juga kebahagiaanku... '   Kata-kata Dirga terus terngiang-ngiang di benak Lyan. Entah kenapa selalu membuat Lyan memikirkannya.    Kebahagiaan?    Bukankah selama ini toh dia baik-baik saja? Lyan tidak tahu apa itu kehidupan sempurna, namun setidaknya dia menyukai kehidupannya selama ini, dan itu sudah cukup.    Tapi, semua terasa begitu sebelum Abi datang. Pria itu seperti domino yang jatuh. Kedatangannya terus memicu masalah lain yang timbul dalam kehidupan Lyan yang biasanya tenang. Dan salah satu masalah itu termasuk kehadiran Dirga.    Lalu bagaimana bisa salah satu pembawa masalah itu kini menawarkan kebahagiaan padanya...?    Lyan menarik napas sesaat. Sebetulnya Lyan tidak berencana untuk bisa akrab dengan Dirga. Cowok itu sangat populer dan jelas Lyan tidak ingin berada dalam
Read more

Chapter 28: I'M SERIOUS (Part 2)

Raut kecewa di wajah Anara terus terbayang-bayang di benak Abi. Ada rasa tidak tega, namun dia harus tetap pada logika.  Entah bagaimanapun kehidupan wanita itu saat ini, dia sudah berstatus sebagai istri orang. Dan setahu Abi, suami Anara itu, Pram Sanjaya, bukanlah pria sembarangan.  Meskipun cukup mengejutkan ketika akhirnya Anara memilih untuk menikahi kakak iparnya sendiri. Tapi, siapa juga yang bisa menolak pesona seorang Pram? Meskipun saat itu berstatus duda, kualifikasinya jelas melebihi pria lajang biasa. Dan saat itu Abi jelas tidak ada apa-apanya.  Ya, Anara telah memilih untuk menghabiskan sisa hidupnya bersama pria itu ketimbang pergi bersama Abi ke luar negeri. Jadi kalau sekarang wanita itu masih merengek bahwa dia tidak bahagia, itu bukanlah urusan Abi.  Memang, darah Aryasena semuanya sama saja.  Abi mencibir. Kini, dia harus tetap fokus
Read more

Chapter 29: The Secret

"Mau apa waria itu kesini?" Tanya Pram pada Anara yang masih sibuk membereskan kumpulan katalog properti yang berserakan di atas meja di hadapannya. "Namanya Sisca. Dia itu temanku!" sahut Anara cuek.  "Wah, selera pertemananmu cukup unik." Anara masih sibuk membereskan katalognya dan tidak berminat membalas perkataan Pram. Sementara itu, Pram mulai memperhatikan katalog yang sedang dibereskan Anara.  "Apa kau berniat cari tempat pelarian baru? Mau kurekomendasikan?"  Anara mendengus kesal sambil menatap Pram sebal. "Bukan urusanmu!" Ia langsung bangkit, namun ketika melalui Pram, tiba-tiba pria itu menarik tangannya lembut.  "Apalagi??" Bentak Anara. Pram hanya tersenyum sambil mengusap lembut kepala Anara. "Ada kotoran di kepalamu. Lain kali, keramaslah lebih bersih." Anara melongo tak percaya. Kemudian ia reflek iku
Read more

Chapter 30: FIRST LOVE

9 tahun yang lalu...  Pram berdecak kesal mengutuk kemacetan panjang yang sudah sekitar satu jam melanda. Ia melirik arlojinya. Seharusnya dia sudah tiba di tempat pertemuan setengah jam yang lalu. Namun kemacetan yang tak terduga ini justru membuatnya akan terlambat!  Klien yang akan ditemuinya sangat penting, dan bagaimana bisa Pram memberikan kesan buruk dengan datang terlambat pada pertemuan pertama mereka?!  Sekretaris Pram, Ammar, Wiguna, menelepon klien tersebut dan memberitahu mengenai perihal keterlambatan mereka. Dan beruntungnya, ternyata sang klien juga sedang terjebak kemacetan panjang di ruas jalan yang berbeda. Keduanya pun memutuskan untuk mengundur waktu pertemuan mereka.  Pram menarik napas lega. Ia meminta dokumen yang akan mereka bahas nantinya pada Ammar. Ia ingin mempelajarinya sekali lagi sebelum bertemu dengan sang klien.  Tiba-tib
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status