หน้าหลัก / Romansa / Melupa Rasa / บทที่ 11 - บทที่ 20

บททั้งหมดของ Melupa Rasa: บทที่ 11 - บทที่ 20

49

Chapter 11: LILY (Part 3)

"Ly... kenapa nangis?" tanya Deana cemas melihat Lyan yang berdiri didepan pintunya sambil berurai air mata. Sekian lama bersahabat dengan Lyan, baru kali ini ia melihat Lyan menangis. Deana mulai berpikir macam-macam. Apakah pernyataan cinta Dirga membuat Lyan di bully para penggemar fanatiknya? Apa mereka menghinanya? Menyakitinya secara fisik karena merasa tak terima?Deana merasa miris melihat Lyan yang seperti ini. Meskipun belum tahu pasti apa penyebabnya kesedihan Lyan, namun Deana serasa ingin menangis bersamanya."Ma...maaf De, a...aku... nggak bawa...buah untukmu..." sahut Lyan sambil sesenggukan. Ia sibuk mengusap air matanya yang tak henti mengalir.Deana memeluknya. "Nggak perlu pikirin itu. Lagian aku juga udah mulai enakan. Yuk masuk dulu. Kamu tenangin diri didalam,"Lyan mengangguk. Deana menuntunnya masuk lalu segera menutup pintu. Lyan segera duduk di tepi kasur sementara Deana mengambilkan segela
อ่านเพิ่มเติม

Chapter 12: CONFIRM ME

Abi masih tidak bisa berhenti memikirkan Lyan. Di satu sisi ia terpana, Lily-nya telah tumbuh dewasa dan cantik meskipun hanya berpakaian kasual ala mahasiswa. Namun, sorot matanya tidak lagi ceria. Atau, apa tatapan itu hanya ditujukan padanya saja?Abi menggeliat gelisah. Pertemuan kembali dengan Lyan yang tak terduga telah mengubah fokusnya untuk sesaat. Ia menatap nomor ponsel Retania yang telah ia simpan. Bukankah seharusnya ia langsung saja mendekati gadis ini dengan gencar sesuai rencananya? Namun entah kenapa ia mulai tidak tertarik. Meskipun ternyata aslinya Retania begitu cantik.Ia mulai iseng membuka akun sosial medianya. Dan tiba-tiba terpikir untuk mencari akun Lyan. Tak butuh waktu lama, dalam beberapa detik, ia berhasil menemukannya. Sebuah akun bernama Lyan Keshwari. Abi tersenyum menatap foto profilnya yang ceria. Namun sayang, akunnya terkunci. Tanpa pikir panjang, Abi langsung meng-klik tombol permohonan pertemanan.***
อ่านเพิ่มเติม

Chapter 13: CONFIRM ME (Part 2)

"Pasti sengaja, kan?"Lyan dan Deana kompak menengadah, membatalkan suapan mereka begitu mendengar suara yang familiar ini. Dihadapan mereka, Dirga berdiri menjulang dan menatap lurus ke arah Lyan. Lyan memperhatikan sekeliling. Seisi kantin sibuk berbisik-bisik memperhatikan mereka. Ia menghela napas berat. Lagi-lagi cowok di hadapannya ini suka sekali berulah dengan membuat drama. Dan Lyan benci sekali ini.Lyan melirik Deana sekilas. Sahabatnya itu tampak menatap cemas ke arahnya. Kemudian Lyan kembali beralih menatap Dirga."Apa maksudmu sengaja?" tanya Lyan pura-pura tidak mengerti. Sedikit banyak, dia tahu apa yang dimaksud Dirga."Akun sosmedmu. Kenapa mendadak isinya kosong semua? Bahkan foto profilmu pun nggak ada," protes Dirga."Kan terserah aku. Itu akunku. Lagian aku udah konfirmasi akunmu. Apalagi yang kurang?" sahut Lyan santai.Dirga berdecak k
อ่านเพิ่มเติม

Chapter 14: HUMAN

"Kita bisa sepakat untuk ini," ujar Dirga. Lyan menatapnya bingung, "maksudmu?""Aku tahu kau nggak mau berurusan dengan dosen itu. Kalian pernah ada sesuatu, kan? Aku bisa bantu,""Nggak usah!" tolak Lyan cepat. "Kenapa?"Lyan menatap Dirga serius,"karena kita nggak lagi main drama sekarang. Kau mau bantu apa? Kita pura-pura pacaran, gitu? Mau bikin orang lain cemburu? Aku tahu, kau suka Retania, kan?""Ap...apa?""Jangan remehkan insting perempuan," Dirga tertawa kecil. Dalam hati, ia benar-benar mengagumi Lyan."Satu lagi. Jangan pernah berpikir untuk menjadikan aku umpan hanya demi memancing perhatian Retania. Aku sibuk, nggak punya waktu untuk main-main dengan itu. Kau cuma perlu berhenti jadi playboy. Fokus aja ngejar Retania,"Dirga tertawa lagi. Lyan mengernyit heran menatapnya. "Aku heran kenapa kau terus tertaw
อ่านเพิ่มเติม

Chapter 15: BE MY REAL WIFE

"Ma..."Anara melirik cepat ke arah Lila sebagai kode untuk merubah panggilannya."Tante..." Lila meralat panggilannya. Anara tersenyum lalu bertanya, "ada apa, sayang?"Lila menunjukkan sehelai kertas berisi gambar hasil karyanya. Gambar sebuah pemandangan pedesaan. "Bagus nggak, Tante?" Anara memperhatikannya dengan seksama, namun akhirnya ia tak terlihat berminat. "Bagus," jawabnya sekenanya."Tante suka?" tanya Lila lagi dengan mata berbinar. Anara menarik napas sesaat. "Suka. Tapi tante akan lebih suka lagi kalau Lila bisa menang di kompetisi piano," sahutnya. Wajah Lila lantas berubah murung. "Tapi piano sulit, Tante. Lila nggak berbakat. Lila lebih suka menggambar,"Anara menghela napas sesaat lalu mengusap lembut rambut Lila. "Tapi piano penting untuk masa depanmu, sayang. Kakek dan nenek, semuanya menginginkan Lila untuk jadi pianis hebat suatu hari nanti. Seperti ibu
อ่านเพิ่มเติม

Chapter 16: INVITATION

Chapter 16: INVITATIONBeberapa detik kemudian, Anara segera tersadar dan langsung menampar Pram dengan ekspresi marah yang mendominasi wajah cantiknya. Pram tak membalas. Ia hanya menatap Anara tenang lalu berkata, "bahkan kau sendiri tak bersedia jadi istri yang baik untukku. Sudahlah. Setidaknya kita akan sama-sama ada disana nantinya," Pram bangkit, melangkah dengan tenang meninggalkan Anara yang masih terkejut dan marah.Sepeninggal Pram, Anara menghela napas berat. Ia selalu tak suka keintiman fisik seperti ini. Bahkan sejak awal pernikahannya dulu, ketika Pram menyentuhnya, ia merasa jijik. Tak pernah ia bayangkan bahwa suatu saat Pram lah pria pertama yang menyentuhnya, kakak iparnya sendiri.Sebetulnya, saat masih menikah dengan Amira, Pram memang sosok pria yang baik. Bahkan sebelum menikah dengan Amira pun, ia yang saat itu datang pertama kali ke kediaman Aryasena dalam rangka pesta perayaan pernikahan orang tua Anara dan
อ่านเพิ่มเติม

Chapter 17: HOME

Dirga menghentikan motornya tepat di sebuah bangunan yang tak asing baginya. Bangunan yang selalu menjadi tempat bernaungnya dulu.Panti Asuhan Muara CahayaDirga menatap plang nama bangunan itu yang kini mulai melapuk akibat termakan usia. Ia menghela napas. Ia begitu merindukan tempat ini. Meskipun beberapa teman sebayanya sudah tak lagi ada disini. Beberapa tahun telah berlalu sejak Dirga diambil oleh Hardian Hadinata dari panti asuhan ini. Sejak itu pula ia tak pernah lagi menginjakkan kakinya disini.Saat itu semua teman-temannya iri karena Dirga akan tinggal bersama keluarga kaya raya. Kehidupannya pasti akan sejahtera. Dirga pun sama yakinnya. Bahwa ia pasti akan bahagia. Asanya melambung tinggi ke angkasa.Tapi nyatanya?Ia begitu malu untuk kembali ke tempat ini. Untuk memberi tahu bahwa bukannya merasa bahagia, ia justru sangat terluka. Tak disangka, dunia di luar bangunan ini terasa begit
อ่านเพิ่มเติม

Chapter 18: NEW FRIEND

"Nak Dirga, kenalkan, ini Nak Lyan. Ibu ketemu sama Nak Lyan minggu lalu di pasar. Nak Lyan ini baik sekali. Dia nolongin ibu yang lagi di copet. Nak Lyan berhasil mengambil kembali dompet ibu dan menghajar pencopetnya. Sejak itu Nak Lyan berminat untuk bantu bantu disini. Sudah beberapa kali dalam minggu ini Nak Lyan bantu mengajar anak-anak panti," cerita Bu Sumia pada Lyan dan Dirga yang kini berdiri berhadapan. Dirga sendiri tercengang menatapnya. Tak menyangka, karena sepertinya Lyan akan terus memasuki kehidupannya.Lyan tersenyum canggung pada Bu Sumia yang memujinya. Lalu menatap Dirga dengan kaku."Nah, Nak Lyan, ini Nak Dirga. Dia ini sudah ibu anggap seperti putera kandung ibu sendiri karena sejak kecil dia tinggal disini. Nak Dirga ini juga anak yang baik. Lihat, walaupun dia sudah tidak lagi tinggal di panti ini, tapi dia masih mau datang kesini,"Dirga tersenyum miris. Lyan menatapnya dengan pandangan yang kini berbeda
อ่านเพิ่มเติม

Chapter 19: NEW FRIEND (Part 2)

Siang ini di kantin kampus seharusnya sama seperti biasanya. Sama tenangnya, sama serunya. Namun kali ini Deana mendengus kesal. Tak lain tak bukan karena lagi-lagi ia dan Lyan menjadi pusat perhatian penghuni kantin. Siapa lagi penyebabnya kalau bukan si mahasiswa penuh kontroversi, Dirga Hadinata?Dirga melangkah cepat ke arah mereka dan kemudian langsung duduk dihadapan mereka. Namun anehnya, kali ini Lyan diam saja. Ia bahkan menatap Dirga dengan tenang. Deana bergerak-gerak gelisah.Ada apa ini?"Hai!" sapa Dirga singkat. Lyan hanya menggumam kecil sebagai balasannya. Sementara Deana masih menatap heran kepada keduanya.Dirga meraih buku menu dan segera memanggil penjual kantin. Mbak Ratmi, sang penjual kantin, tergopoh-gopoh mendekati mereka."Kalian mau makan apa? Pesan aja. Biar aku yang traktir," ujar Dirga."Nggak usah!" sahut Deana cepat. Dirga mengernyit heran ke arahnya."Ayam penyet dua," sahut Lyan kemudian."Wha
อ่านเพิ่มเติม

Chapter 20: STAY AWAY

"Wah...ternyata nggak sulit juga," komentar Dirga begitu Lyan selesai menjelaskan materi. "Kau cocok jadi guru. Kau pintar mengajar," lanjut Dirga lagi, memuji dengan tulus.Lyan tersenyum. "Mungkin karena kau juga sebetulnya mudah diajari,""Mungkin karena pengajarku cantik" goda Dirga sambil mengerling. Lyan langsung melempar pelan sehelai kertas ke wajah Dirga. "Berani gombal sekali lagi privatnya nggak gratis,""Oke! Mau aku traktir lagi? Atau mau kubelikan hadiah?" tawar Dirga antusias. Lyan memutar bola matanya sebal, "lupakan!"Tiba-tiba ponsel Lyan berbunyi. Sebuah nomor asing tertera di layar. Lyan segera mengangkatnya."Halo," sapa Lyan."Ini aku,"Sebuah suara yang tidak asing di seberang telepon. Tidak dibutuhkan kejeniusan bagi Lyan untuk segera mengetahui sang penelepon tak lain tak bukan adalah Abi. Ia terdiam sesaat, kemudian bangkit. "Sebentar ya guys," pamitnya. Deana mengiyakan sambil tetap fokus pa
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
12345
DMCA.com Protection Status