Home / Romansa / I Win You (Indonesia) / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of I Win You (Indonesia): Chapter 31 - Chapter 40

60 Chapters

29. Possessive

Chapter 29PossessiveVanilla dan Nick keluar dari kamar mandi, keduanya mengenakan kimono hotel tempat mereka menginap. Vanilla tampak memberengut karena hingga dua hari mereka berada di Los Angeles, ia belum mendapatkan pakaian. "Sampai kapan kita hanya berada di dalam kamar seperti ini?" tanya Vanilla sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk di tangannya. Nick mendekati Vanilla, ia meraih handuk di tangan kekasihnya lalu mulai mengambil alih pekerjaan itu. "Kita seperti Adam dan Hawa." Vanilla memutar bola matanya. "Persis." Tanpa pakaian, tanpa ponsel. Hanya berdiam diri di dalam kamar hotel, bercinta, makan, menonton televisi, lalu tidur. "Mommy pasti mengira anak gadisnya diculik," gerutu Vanilla. "Dia tahu segalanya." Vanilla mencebik. "Aku tidak mengerti, Mommy sangat percaya
last updateLast Updated : 2020-11-21
Read more

30. Crazy Party

Chapter 30Crazy PartyCharlotte memutar bola matanya karena jengah. Bagaimana tidak jengah? Klien yang makan malam bersamanya dan Beck adalah Charlie, kakaknya. Sudah jelas jika orang tuanya menginginkan kerja sama dengan perusahaan Beck dan dipastikan setelah satu bulan ia menjadi sekretaris Beck, ia masih harus berurusan dengan Beck nanti. Ia menatap saudaranya dengan tatapan meminta penjelasan tetapi Charlie hanya mengedikkan bahu, sama sekali tidak peka. Bahkan ketika Charlotte kembali menatap untuk memperingatkan agar Charlie tidak menyetujui rencana kerja sama yang dicetuskan orang tua mereka, Charlie jelas tidak peduli. Yang kakaknya pedulikan hanya uang dan keuntungan. Diam-diam ia menggertakkan gigi dan menatap Charlie dengan sorot memperingatkan, ia akan m
last updateLast Updated : 2020-11-21
Read more

31. Mr. Playboy

Chapter 31Mr. Playboy"Akhir-akhir ini kau sangat sibuk dan jarang datang ke sini," keluh Sophie sambil meletakkan cangkir yang berisi kopi di meja lalu duduk di samping Beck. Beck mengelus sebelah alisnya menggunakan ujung ibu jarinya. "Ada proyek baru, aku sedikit sibuk." Sophie mengulurkan tangannya membelai dagu Beck. "Kurasa ini jangka waktu terpanjang kita tidak bertemu." Berck menaikkan kedua alisnya, menarik napas dalam-dalam sambil meraih cangkir kopinya. Ia menempelkan bibirnya di cangkir, mulai menyeruput kopi tanpa gulanya, dan diam-diam tersenyum di balik cangkir. "Mama ingin bertemu denganmu, lusa," ucap Beck sambil meletakkan kembali cangkir di tangannya ke tempat semula. Sophie ternganga. "Mama?" "Ya, Mama." Sophie menegang. "U-untuk?" Ada rasa gentar
last updateLast Updated : 2020-11-21
Read more

32. Second Option

Chapter 32Second OptionCharlotte meletakkan sebuah kotak makanan berisi sarapan untuk Beck. "Apa-apaan kau ini? Merepotkan saja memintaku membawakan sarapan."Aku tidak sempat sarapan." Charlotte memutar bola matanya. "Kenapa kau tidak meminta kekasihmu membuatkan sarapan? Bukankah kau tidur bersamanya tadi malam." Ia merapatkan giginya karena merasa geram, belum pernah ia diperintah oleh orang lain untuk membawakan sarapan.Beck membuka kotak makanan, mengambil garpu plastik yang ada di dalamnya lalu menusuk sosis dan mulai menikmati makanannya tanpa menjawab pertanyaan sekaligus tudingan Charlotte yang duduk sambil bersedekap menatap tajam ke arahnya. "Dari pada uring-uringan karena aku tidur dengan tunanganku, sebaiknya kau pesankan aku tiket ke Los Angeles," ucap Beck sambil mengunyah sosisnya. "Jangan besar kepala, aku sama sekali tidak tert
last updateLast Updated : 2020-11-21
Read more

33. Thank You, Beck

Chapter 33Thank You, BeckMilan. Vanilla membungkuk untuk menyapukan bibirnya di bibir pria yang ia cintai. "Kau mengatakan jika aku boleh menanyakan apa saja padamu. Apa hal itu masih berlaku?" Nick yang merebahkan diri di sofa dengan posisi kepala berada di atas paha Vanilla menatap kekasihnya, satu telapak tangannya menyentuh bagian belakang kepala Vanilla seraya menjawab, "Berlaku selamanya." Jemari Vanilla menyentuh alis tebal Nick. "Kurasa kita harus membuat komitmen." Pendar di mata Nick tampak berkilau, nyaris menyilaukan. "Kau bersedia menikah denganku secepatnya?" Vanilla tersenyum, ia membalas tatapan mesra Nick. Ujung jemarinya beralih menyentuh jambang di wajah kekasihnya yang mulai memanjang. "Kurasa kau harus bercukur." "Kau harus belajar membantuku bercukur." 
last updateLast Updated : 2020-11-23
Read more

34. Nick, Your World

Chapter 34Nick, He is Your WorldCharlotte memegangi selimut yang ditarik oleh ibunya. “Ayolah, Mom. Aku masih mengantuk.” “Kau dan Charlie sama saja, aku tidak mengerti mengapa aku memiliki tiga anak tetapi hanya Charles yang bisa diandalkan,” gerutu Betrisa, ibu Charlotte. “Lagi pula bukankah kau harus pergi bekerja?” “Kemarin adalah hari terakhirku bekerja di perusahaan temanmu itu,” ucap Charlotte kesal. “Dan itu berarti mulai hari ini kau harus bekerja di perusahaan kira.” Betrisa kembali menarik selimut Charlotte. Charlotte membuka matanya, menatap ibunya dengan tatapan memohon. “Beri aku waktu satu hari untuk istirahat, oke?” Betrisa menggeleng. “Cari Charlie dan minta tanda tangannya, aku memerlukannya tanda tangannya hari ini juga.” Charlotte menguap. “Akan kulakukan asal
last updateLast Updated : 2020-11-23
Read more

35. Little Princess

Chapter 35 Little Princess "Sepertinya ada yang spesial, kau kembali lebih awal." Vanilla menuruni tangga menyambut Nick yang baru saja pulang dari bekerja lalu melingkarkan lengannya di leher pria itu dengan cara yang sangat mesra. "Kita akan menghadiri pesta malam ini." Nick meraih pinggang Vanilla lalu mendaratkan sebuah kecupan di antara kedua alis calon istrinya.  "Pesta?" Satu tangan menelusuri kerah kemeja Nick, lalu perlahan mengendurkan dasi yang mengikat leher pria itu.  Nick membantu Vanilla mengendurkan dasi di lehernya lalu melepaskan benda itu. "Ya, pesta pertunangan Charles."  "Siapa Charles?"  "Kakak Charlotte."  Vanilla melepaskan satu persatu kancing kemeja Nick. "Apa kita merayakan pertunangan?"  "Kau ingin?" Nick setengah menggeram saat kulit lembu
last updateLast Updated : 2020-11-23
Read more

36. An Admit of Sin

Chapter 36 An Admit of Sin  “Bagus, Nona Muda.” Beck berkacak pinggang di depan Charlotte.  Tatapan mata Beck tajam menyorot Charlotte yang mempermainkannya, ia datang ke pesta pertunangan Charles karena diseret oleh ibunya. Di sana ia tidak mengira jika bertemu Charlotte yang ternyata putri satu-satunya keluarga Danish.  Charlotte menyeringai lebar lalu mengerutkan hidungnya. “Kenapa kau marah?”  “Jelas aku marah, kailan mempermainkan aku,” sungut Beck.  Charlotte terkekeh. “Salah siapa kau tidak mencari tahu.”  Beck menyipitkan kedua matanya.  “Oh, aku melupakannya. Kau tidak pernah peduli kepada gadis mana pun selain Sophie.” Charlotte tertawa mengejek lalu menjulurkan lidahnya.  Beck mem
last updateLast Updated : 2020-11-23
Read more

37. Speel of Love

Chapter 37 Spell of Love "Kau memenangkan taruhan itu, akan kuberikan mobil itu tapi kembalikan Vanilla padaku," ucap Beck lagi penuh tekanan emosi.  Ucapan Beck membuat kebahagiaan yang menggebu-gebu selama bersama Nick seolah hancur menjadi debu. Tubuh Vanilla nyaris merosot ke lantai karena lututnya terasa lemas tetapi Nick memeganginya dengan kuat.  Nick meraih telapak tangan Vanilla, menggenggamnya dengan kuat. Matanya menatap Vanilla tanpa keraguan. "Beck memintaku mendekatimu agar kau tidak mengganggu hubungannya dengan Sabun," ucap Nick setelah menelan ludah dengan susah payah.  "Kau menyetujuinya?" tanya Vanilla lemah setalah mengatur napasnya yang terasa sesak dan dadanya yang terasa teriris-iris belati.  Nick mengangguk. "Tapi, sejak awal aku serius padamu."  "Kalian mempermainkanku," gumam Vanilla.&nbs
last updateLast Updated : 2020-11-23
Read more

38. Armistice

Chapter 38 Armistice "Tolong, antarkan aku ke rumah Mommy," ucap Vanilla tanpa menatap Nick yang baru saja memasang seat belt-nya. Nadanya terdengar datar.  "Mi Amor...." Nick menjeda ucapannya sebentar, ia menatap Vanilla. "Kita perlu berbicara berdua, aku akan menjelaskan semuanya."  "Aku perlu waktu sendiri," sahut Vanilla. "Untuk berpikir dengan jernih."  Nick menghidupkan mesin mobilnya dan mulai mengemudikannya tanpa membuka suaranya meninggalkan halaman rumah keluarga Danish. Keduanya larut dalam pikiran masing-masing hingga Vanilla melayangkan protesnya karena jalan yang Nick ambil adalah jalan menuju tempat tinggal mereka, bukan jalan menuju tempat tinggal Xaviera.  "Aku ingin kembali ke rumahku. Apa kau tidak bisa mendengarkan aku sekali ini saja?" tanya Vanilla terdengar sinis.  Tanpa menjawab pertanyaa
last updateLast Updated : 2020-11-23
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status