Chapter 34
Nick, He is Your World
Charlotte memegangi selimut yang ditarik oleh ibunya. “Ayolah, Mom. Aku masih mengantuk.”
“Kau dan Charlie sama saja, aku tidak mengerti mengapa aku memiliki tiga anak tetapi hanya Charles yang bisa diandalkan,” gerutu Betrisa, ibu Charlotte. “Lagi pula bukankah kau harus pergi bekerja?”
“Kemarin adalah hari terakhirku bekerja di perusahaan temanmu itu,” ucap Charlotte kesal.
“Dan itu berarti mulai hari ini kau harus bekerja di perusahaan kira.” Betrisa kembali menarik selimut Charlotte.
Charlotte membuka matanya, menatap ibunya dengan tatapan memohon. “Beri aku waktu satu hari untuk istirahat, oke?”
Betrisa menggeleng. “Cari Charlie dan minta tanda tangannya, aku memerlukannya tanda tangannya hari ini juga.”
Charlotte menguap. “Akan kulakukan asal
Chapter 35Little Princess"Sepertinya ada yang spesial, kau kembali lebih awal." Vanilla menuruni tangga menyambut Nick yang baru saja pulang dari bekerja lalu melingkarkan lengannya di leher pria itu dengan cara yang sangat mesra."Kita akan menghadiri pesta malam ini." Nick meraih pinggang Vanilla lalu mendaratkan sebuah kecupan di antara kedua alis calon istrinya."Pesta?" Satu tangan menelusuri kerah kemeja Nick, lalu perlahan mengendurkan dasi yang mengikat leher pria itu.Nick membantu Vanilla mengendurkan dasi di lehernya lalu melepaskan benda itu. "Ya, pesta pertunangan Charles.""Siapa Charles?""Kakak Charlotte."Vanilla melepaskan satu persatu kancing kemeja Nick. "Apa kita merayakan pertunangan?""Kau ingin?" Nick setengah menggeram saat kulit lembu
Chapter 36An Admit of Sin“Bagus, Nona Muda.” Beck berkacak pinggang di depan Charlotte.Tatapan mata Beck tajam menyorot Charlotte yang mempermainkannya, ia datang ke pesta pertunangan Charles karena diseret oleh ibunya. Di sana ia tidak mengira jika bertemu Charlotte yang ternyata putri satu-satunya keluarga Danish.Charlotte menyeringai lebar lalu mengerutkan hidungnya. “Kenapa kau marah?”“Jelas aku marah, kailan mempermainkan aku,” sungut Beck.Charlotte terkekeh. “Salah siapa kau tidak mencari tahu.”Beck menyipitkan kedua matanya.“Oh, aku melupakannya. Kau tidak pernah peduli kepada gadis mana pun selain Sophie.” Charlotte tertawa mengejek lalu menjulurkan lidahnya.Beck mem
Chapter 37Spell of Love"Kau memenangkan taruhan itu, akan kuberikan mobil itu tapi kembalikan Vanilla padaku," ucap Beck lagi penuh tekanan emosi.Ucapan Beck membuat kebahagiaan yang menggebu-gebu selama bersama Nick seolah hancur menjadi debu. Tubuh Vanilla nyaris merosot ke lantai karena lututnya terasa lemas tetapi Nick memeganginya dengan kuat.Nick meraih telapak tangan Vanilla, menggenggamnya dengan kuat. Matanya menatap Vanilla tanpa keraguan. "Beck memintaku mendekatimu agar kau tidak mengganggu hubungannya dengan Sabun," ucap Nick setelah menelan ludah dengan susah payah."Kau menyetujuinya?" tanya Vanilla lemah setalah mengatur napasnya yang terasa sesak dan dadanya yang terasa teriris-iris belati.Nick mengangguk. "Tapi, sejak awal aku serius padamu.""Kalian mempermainkanku," gumam Vanilla.&nbs
Chapter 38Armistice"Tolong, antarkan aku ke rumah Mommy," ucap Vanilla tanpa menatap Nick yang baru saja memasang seat belt-nya. Nadanya terdengar datar."Mi Amor...." Nick menjeda ucapannya sebentar, ia menatap Vanilla. "Kita perlu berbicara berdua, aku akan menjelaskan semuanya.""Aku perlu waktu sendiri," sahut Vanilla. "Untuk berpikir dengan jernih."Nick menghidupkan mesin mobilnya dan mulai mengemudikannya tanpa membuka suaranya meninggalkan halaman rumah keluarga Danish. Keduanya larut dalam pikiran masing-masing hingga Vanilla melayangkan protesnya karena jalan yang Nick ambil adalah jalan menuju tempat tinggal mereka, bukan jalan menuju tempat tinggal Xaviera."Aku ingin kembali ke rumahku. Apa kau tidak bisa mendengarkan aku sekali ini saja?" tanya Vanilla terdengar sinis.Tanpa menjawab pertanyaa
Chapter 39Wanna F*ckPagi yang indah karena perasaan bahagia yang memenuhi rongga dada Nick hingga seolah rongga dadanya tidak mampu menampung kebahagiaan itu. Ia menatap Vanilla yang masih memejamkan mata, mengagumi kecantikan wanita yang kini menguasai jiwanya. Gadis biasa yang mengubah dunianya dan akan menjadi ibu dari anak-anaknya kelak.Nick menyentuh salah satu alis Vanilla. "Terus saja berpura-pura tidur."Vanilla tertawa kecil, lalu membuka matanya, langsung menatap mata Nick yang sedang menatapnya dengan sorot lembut dan semakin melembut saat kedua mata itu bersobok."Selamat pagi, Baby." Suara Vanilla terdengar pelan dan serak."Aku mencintai kalian." Bibir Nick mengulas senyum, ucapannya terdengar sangat lembut.Vani
Chapter 40Surprising"Apa yang kau lakukan pada gadis itu?" Charlotte menatap Charlie dengan tatapan tajam seolah ia membenci kakaknya.Menanggapi sikap adiknya, Charlie mengerutkan kedua alisnya karena ia sama sekali tidak mengerti masalah apa yang membuat adiknya tampak sangat marah padanya. "Apa yang kau bicarakan?""Jika gadis itu mati over dosis saat bersamamu, kau sama saja mempermalukan keluarga kita, Charlie." Charlotte menjeda ucapannya, ia menghela napasnya dalam-dalam lalu mengembuskannya dengan sedikit kasar. "Jangan seret nama keluarga kita dalam masalah obat-obatan terlarang."Charlie menatap adiknya dengan tatapan bingung sementara kerutan ke kedua alisnya semakin dalam. "Bicara yang jelas, Charlotte.""Gadis yang bersamamu itu... masuk rumah sakit karena nyaris over dosis.""Yang mana?"
Chapter 41All of You, Fake"Kalian menjijikkan," ucap Vanilla dengan nada jijik lalu tanpa ragu-ragu berbalik meninggalkan Xaviera dan Rafael yang sama terkejutnya mendapati keberadaan Nick dan Vanilla di sana.Nick menatap ayahnya dengan tatapan lurus tanpa berkata apa-apa sedangkan Xaviera, wanita itu segera menjauhi Rafael untuk menyusul Vanilla yang menaiki tangga menuju lantai atas rumah itu."Vanilla, dengarkan Mommy." Xaviera berusaha meraih pergelangan tangan putrinya.Sayangnya Vanilla mempercepat langkahnya menaiki tangga lalu dengan kasar membuka pintu kamarnya."Sayang, dengarkan penjelasan Mommy." Xaviera berbicara dengan nada sangat lembut, nyaris memohon.Vanilla mengatur napasnya yang bercampur dengan emosi hingga membuat dadanya terasa seolah terimpit batu yang sangat besar. Ternyata bukan hanya Beck yang mendorongnya k
Chapter 42About the PastNick berbalik, dengan langkah kaki panjang ia mendekati Vanilla, dan membawa wanita itu ke dalam pelukannya. Dengan posesif ia mendekap tubuh Vanilla seolah hanya wanita itu yang ia miliki di dunia ini."Sudah kukatakan jika aku tidak peduli siapa dirimu," ucap Nick dengan suara serak."Jangan tinggalkan aku," erang Vanilla.Ia tidak ingin kehilangan Nick, ia hanya ingin menjadi wanita yang dicintai oleh Nick sebagai pasangan, bukan saudara. Karena setelah apa yang terjadi antara dirinya dan Nick, mereka tidak akan pernah bisa menjadi saudara yang normal.Nick merenggangkan lengannya yang melingkar di tubuh Vanilla, ia menangkup kedua pipi wanita yang ia cintai. "Bahkan jika benar kau adalah adikku, aku tetap akan menikahimu.""Janji?" Vanilla menatap Nick penuh harap.Nick mengangguk. "A
Epilogue
Chapter 57
Chapter 56
Chapter 55
Chapter 54
Chapter 53
Chapter 52
Chapter 51
Chapter 50I ApologiesVanilla menikmati paginya dengan menatap wajah tampan Nick yang tersaji di depannya, pria itu tampaknya masih dibuai mimpi. Ia mengulurkan tangannya, jemarinya menyentuh alis tebal Nick, senyum bahagia mengembang di bibir indah Vanilla. Pemuda yang dulu ia kagumi di sekolah menengah atas kini menjadi miliknya, berada di atas ranjangnya, menjadi calon suaminya, dan mereka juga akan segera memiliki buah hati. Masih seperti mimpi. Terlepas dari segala konflik keluarga, kehadiran Nick bagi Vanilla memang seperti mimpi. Seperti seorang gadis biasa yang mendapatkan seorang pangeran berkuda putih di dalam dongeng anak-anak. Jemari Vanilla turun menyentuh sudut bibir Nick, matanya menatap bibir kenyal itu seolah ia sedang mendamba. Perlahan ia mendekatkan bibirnya dan men