Chapter 40
Surprising
"Apa yang kau lakukan pada gadis itu?" Charlotte menatap Charlie dengan tatapan tajam seolah ia membenci kakaknya.
Menanggapi sikap adiknya, Charlie mengerutkan kedua alisnya karena ia sama sekali tidak mengerti masalah apa yang membuat adiknya tampak sangat marah padanya. "Apa yang kau bicarakan?"
"Jika gadis itu mati over dosis saat bersamamu, kau sama saja mempermalukan keluarga kita, Charlie." Charlotte menjeda ucapannya, ia menghela napasnya dalam-dalam lalu mengembuskannya dengan sedikit kasar. "Jangan seret nama keluarga kita dalam masalah obat-obatan terlarang."
Charlie menatap adiknya dengan tatapan bingung sementara kerutan ke kedua alisnya semakin dalam. "Bicara yang jelas, Charlotte."
"Gadis yang bersamamu itu... masuk rumah sakit karena nyaris over dosis."
"Yang mana?"
Chapter 41All of You, Fake"Kalian menjijikkan," ucap Vanilla dengan nada jijik lalu tanpa ragu-ragu berbalik meninggalkan Xaviera dan Rafael yang sama terkejutnya mendapati keberadaan Nick dan Vanilla di sana.Nick menatap ayahnya dengan tatapan lurus tanpa berkata apa-apa sedangkan Xaviera, wanita itu segera menjauhi Rafael untuk menyusul Vanilla yang menaiki tangga menuju lantai atas rumah itu."Vanilla, dengarkan Mommy." Xaviera berusaha meraih pergelangan tangan putrinya.Sayangnya Vanilla mempercepat langkahnya menaiki tangga lalu dengan kasar membuka pintu kamarnya."Sayang, dengarkan penjelasan Mommy." Xaviera berbicara dengan nada sangat lembut, nyaris memohon.Vanilla mengatur napasnya yang bercampur dengan emosi hingga membuat dadanya terasa seolah terimpit batu yang sangat besar. Ternyata bukan hanya Beck yang mendorongnya k
Chapter 42About the PastNick berbalik, dengan langkah kaki panjang ia mendekati Vanilla, dan membawa wanita itu ke dalam pelukannya. Dengan posesif ia mendekap tubuh Vanilla seolah hanya wanita itu yang ia miliki di dunia ini."Sudah kukatakan jika aku tidak peduli siapa dirimu," ucap Nick dengan suara serak."Jangan tinggalkan aku," erang Vanilla.Ia tidak ingin kehilangan Nick, ia hanya ingin menjadi wanita yang dicintai oleh Nick sebagai pasangan, bukan saudara. Karena setelah apa yang terjadi antara dirinya dan Nick, mereka tidak akan pernah bisa menjadi saudara yang normal.Nick merenggangkan lengannya yang melingkar di tubuh Vanilla, ia menangkup kedua pipi wanita yang ia cintai. "Bahkan jika benar kau adalah adikku, aku tetap akan menikahimu.""Janji?" Vanilla menatap Nick penuh harap.Nick mengangguk. "A
Chapter 43My DestinyVanilla berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya, sesekali ia memeriksa layar ponsel yang ada di tangannya."Sayang, duduklah. Jangan panik," ucap Xaviera mencoba menenangkan Vanilla.Vanilla menatap Xaviera dengan tatapan permusuhan. "Kau mudah berkata seperti itu karena tidak merasakan sakitnya berada diposisi kami."Faktanya, Vanilla masih tidak bisa menerima kenyataan jika ia bukan anak dari Chase. Xaviera bisa memahami dan memaklumi putrinya karena Chase, selama hidupnya sangat memanjakan Vanilla sebagai putrinya. Mereka bertiga hidup rukun, ia juga bisa mencintai Chase dan mendedikasikan dirinya sebagai istri yang baik untuk suaminya yang telah menyelamatkan dirinya dan Vanilla.Ketika orang yang diyakini seumur hidup ternyata adalah orang lain yang tidak memiliki hubungan darah, tentu saja hal itu menjadi sebuah
Chapter 44You Have Nothing“Seorang mantan tunangan sedang berusaha menjadi pahlawan kesiangan, betapa konyolnya...,” ejek Charlotte kepada Beck saat mereka berada di bangku pesawat yang melaju menuju Madrid.Beck tersenyum miring. “Dan seorang sekretaris tidak masuk bekerja selama tiga hari tetapi memiliki waktu untuk menemani bosnya pergi di luar jam kerja, betapa anehnya,” balas Beck tidak kalah mengejek.Charlotte memutar bola matanya. “Ini demi calon anak baptisku, oke?”“Kalau begitu aku juga akan menjadi Ayah baptisnya.”Charlotte tertawa pelan. “Itu jika Nick mengizinkanmu.”“Dia harus mengingat momen ini.”“Ternyata kau tidak ikhlas menolong Vanilla.”Beck tersenyum hambar. “Seharusnya sejak dulu aku menyadari perasaanku.”“Akhirnya kau sadar, sayangnya
Chapter 45DramaKetukan lembut di pintu menginterupsi pembicaraan Clara, wanita itu menoleh ke arah sumber suara. "Ada apa?"Seorang bodyguard melangkah masuk ke dalam kamar menghampiri Clara. "Tuan Danish bersama Nona Charlotte ada di bawah."Ekspresi Clara berubah melunak. "Aku akan menemuinya." Clara kembali menatap Nick. "Keluarga Danish sepadan dengan keluarga Knight, jika kau memang cerdas, kau seharusnya menikahi Charlotte. Kekayaan mereka bisa kau gunakan untuk mendanai kampanye saat kau mendaftar menjadi perdana menteri."Nick sama sekali tidak bereaksi, ia hanya menatap ibunya dengan tatapan dingin.Clara mendengus karena Nick tidak menggubrisnya. "Kebetulan sekali Charlotte dan kekeknya ada di sini, aku akan mencoba mendiskusikan hal ini."Wanita itu menjauh dari Nick, berjalan menuju pintu dan menutup kembali pintu kamar pu
Chapter 46Your Love Story"Nick, jangan bermain-main. Jauhkan senjatamu, Sayang. Itu berbahaya." Clara berusaha mendekati putranya."Jangan mendekat," ucap Nick, ia menatap ibunya dengan nada dingin dan sorot mata penuh kekecewaan.Clara berhenti. "Sayang, kita bisa berbicara baik-baik." Clara berbicara dengan nada sangat lembut. "Sayangku, dengarkan aku. Aku tidak akan memaksamu lagi.""Buka borgolku!" perintah Nick.Bodyguard tampak menatap Clara seolah meminta persetujuan.Clara menghela napas. "Buka," ucapnya dengan mulut bergetar."Berhenti!" ucap Nick tegas saat salah satu bodyguard hendak melangkah mendekatinya. Ia menatap Beck. "Berikan kunci itu padanya."Bodyguard suruhan Clara memberikan kunci borgol kepada Beck yang langsung disambut dengan kasar oleh Beck dan bergegas membuka b
Chapter 47Just VanillaBeck menimang senjata api di tangannya, menatapnya dengan perasaan geli setelah Nick meninggalkannya dengan Charlotte. Ia datang ke Madrid untuk mencari Nick, demi Vanilla. Tetapi, sekarang justru orang yang ia cari meninggalkannya di Madrid."Kurasa kau harus diberi penghargaan sebagai mantan tunangan terbaik di muka bumi ini," ucap Charlotte dengan nada mengejek sambil menarik pintu mobil.Beck membasahi bibirnya, ia memasukkan senjata api yang diberikan oleh Nick ke pinggangnya. "Kurasa aku berhak mendapatkan hadiah lebih pantas dari pada sebuah senjata api," ucapnya seraya terekeh.Seumur hidup, ia baru pertama kali menyentuh senjata api. Nick menghadiahkan benda itu dan berpesan untuk belajar menggunakannya. Senjata api yang sekarang menjadi miliknya berjenis FN 57, FN Five-seven. Senjata api semi otomatis yang di produksi oleh perusahaan FN Herstal di
Chapter 48Vanilla WestNick mengemudikan sebuah Roll Roysce Cullinan dengan kecepatan sedang, di sampingnya Rafael duduk sambil menatap jalanan di depannya. Senyum di bibir keduanya tampak tergambar dengan sangat indah, tidak satu pun dibuat-buat."Apa kau akan menikahi Xaviera?" Nick melirik Rafael.Senyum Rafael semakin lebar. "Menurutmu bagaimana?""Jika kalian ingin menikah, tidak perlu memikirkan prasangka orang lain."Senyum di bibir Rafael memudar. "Vanilla masih belum bisa menerimaku.""Aku yang akan mengurusnya, kupastikan Vanilla akan menerimamu dengan cepat." Nick menjeda ucapannya, ia menoleh ke arah Rafael. "Terima kasih.""Untuk?" Kening Rafael berkerut dalam."Telah menghadirkan Vanilla di dunia ini." Nick kembali menatap jalan di depannya.Rafael tertawa reny
Epilogue
Chapter 57
Chapter 56
Chapter 55
Chapter 54
Chapter 53
Chapter 52
Chapter 51
Chapter 50I ApologiesVanilla menikmati paginya dengan menatap wajah tampan Nick yang tersaji di depannya, pria itu tampaknya masih dibuai mimpi. Ia mengulurkan tangannya, jemarinya menyentuh alis tebal Nick, senyum bahagia mengembang di bibir indah Vanilla. Pemuda yang dulu ia kagumi di sekolah menengah atas kini menjadi miliknya, berada di atas ranjangnya, menjadi calon suaminya, dan mereka juga akan segera memiliki buah hati. Masih seperti mimpi. Terlepas dari segala konflik keluarga, kehadiran Nick bagi Vanilla memang seperti mimpi. Seperti seorang gadis biasa yang mendapatkan seorang pangeran berkuda putih di dalam dongeng anak-anak. Jemari Vanilla turun menyentuh sudut bibir Nick, matanya menatap bibir kenyal itu seolah ia sedang mendamba. Perlahan ia mendekatkan bibirnya dan men