Chapter 46
Your Love Story
"Nick, jangan bermain-main. Jauhkan senjatamu, Sayang. Itu berbahaya." Clara berusaha mendekati putranya.
"Jangan mendekat," ucap Nick, ia menatap ibunya dengan nada dingin dan sorot mata penuh kekecewaan.
Clara berhenti. "Sayang, kita bisa berbicara baik-baik." Clara berbicara dengan nada sangat lembut. "Sayangku, dengarkan aku. Aku tidak akan memaksamu lagi."
"Buka borgolku!" perintah Nick.
Bodyguard tampak menatap Clara seolah meminta persetujuan.
Clara menghela napas. "Buka," ucapnya dengan mulut bergetar.
"Berhenti!" ucap Nick tegas saat salah satu bodyguard hendak melangkah mendekatinya. Ia menatap Beck. "Berikan kunci itu padanya."
Bodyguard suruhan Clara memberikan kunci borgol kepada Beck yang langsung disambut dengan kasar oleh Beck dan bergegas membuka b
Chapter 47Just VanillaBeck menimang senjata api di tangannya, menatapnya dengan perasaan geli setelah Nick meninggalkannya dengan Charlotte. Ia datang ke Madrid untuk mencari Nick, demi Vanilla. Tetapi, sekarang justru orang yang ia cari meninggalkannya di Madrid."Kurasa kau harus diberi penghargaan sebagai mantan tunangan terbaik di muka bumi ini," ucap Charlotte dengan nada mengejek sambil menarik pintu mobil.Beck membasahi bibirnya, ia memasukkan senjata api yang diberikan oleh Nick ke pinggangnya. "Kurasa aku berhak mendapatkan hadiah lebih pantas dari pada sebuah senjata api," ucapnya seraya terekeh.Seumur hidup, ia baru pertama kali menyentuh senjata api. Nick menghadiahkan benda itu dan berpesan untuk belajar menggunakannya. Senjata api yang sekarang menjadi miliknya berjenis FN 57, FN Five-seven. Senjata api semi otomatis yang di produksi oleh perusahaan FN Herstal di
Chapter 48Vanilla WestNick mengemudikan sebuah Roll Roysce Cullinan dengan kecepatan sedang, di sampingnya Rafael duduk sambil menatap jalanan di depannya. Senyum di bibir keduanya tampak tergambar dengan sangat indah, tidak satu pun dibuat-buat."Apa kau akan menikahi Xaviera?" Nick melirik Rafael.Senyum Rafael semakin lebar. "Menurutmu bagaimana?""Jika kalian ingin menikah, tidak perlu memikirkan prasangka orang lain."Senyum di bibir Rafael memudar. "Vanilla masih belum bisa menerimaku.""Aku yang akan mengurusnya, kupastikan Vanilla akan menerimamu dengan cepat." Nick menjeda ucapannya, ia menoleh ke arah Rafael. "Terima kasih.""Untuk?" Kening Rafael berkerut dalam."Telah menghadirkan Vanilla di dunia ini." Nick kembali menatap jalan di depannya.Rafael tertawa reny
Chapter 49Not HereBibir Vanilla mengulas senyum tipis, ia memutuskan tatapan matanya dari Nick. "Aku tidak membencinya karena bagaimanapun dia ayah kandungku. Tetapi, aku tidak ingin mengubah namaku.""Apa karena aku?"Vanila kembali mengecup bibir Nick. "Karena kita." Ia menjeda ucapannya, menatap mata Nick. "Setelah kita menikah, kau adalah kepala rumah tangga, hidup kami bergantung padamu. Aku ingin membesarkan anak kita dengan tenang."Dunia politik sangat kejam, meski Vanilla tidak pernah berkecimpung di dalamnya, setidaknya ia pernah mendengar akan hal itu di berbagai media. Terlalu banyak trik dan intrik yang mungkin saja di masa depan akan mengancam kebahagiaan mereka jika keberadaan Nick diketahui oleh khalayak umum.Apa lagi setahu Vanilla, saat ini ada desas desus yang beredar di masyarakat tentang pergolakan yang sedang terjadi di dalam kerajaan.
Chapter 50I ApologiesVanilla menikmati paginya dengan menatap wajah tampan Nick yang tersaji di depannya, pria itu tampaknya masih dibuai mimpi. Ia mengulurkan tangannya, jemarinya menyentuh alis tebal Nick, senyum bahagia mengembang di bibir indah Vanilla. Pemuda yang dulu ia kagumi di sekolah menengah atas kini menjadi miliknya, berada di atas ranjangnya, menjadi calon suaminya, dan mereka juga akan segera memiliki buah hati. Masih seperti mimpi. Terlepas dari segala konflik keluarga, kehadiran Nick bagi Vanilla memang seperti mimpi. Seperti seorang gadis biasa yang mendapatkan seorang pangeran berkuda putih di dalam dongeng anak-anak. Jemari Vanilla turun menyentuh sudut bibir Nick, matanya menatap bibir kenyal itu seolah ia sedang mendamba. Perlahan ia mendekatkan bibirnya dan men
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Epilogue
Chapter 57
Chapter 56
Chapter 55
Chapter 54
Chapter 53
Chapter 52
Chapter 51
Chapter 50I ApologiesVanilla menikmati paginya dengan menatap wajah tampan Nick yang tersaji di depannya, pria itu tampaknya masih dibuai mimpi. Ia mengulurkan tangannya, jemarinya menyentuh alis tebal Nick, senyum bahagia mengembang di bibir indah Vanilla. Pemuda yang dulu ia kagumi di sekolah menengah atas kini menjadi miliknya, berada di atas ranjangnya, menjadi calon suaminya, dan mereka juga akan segera memiliki buah hati. Masih seperti mimpi. Terlepas dari segala konflik keluarga, kehadiran Nick bagi Vanilla memang seperti mimpi. Seperti seorang gadis biasa yang mendapatkan seorang pangeran berkuda putih di dalam dongeng anak-anak. Jemari Vanilla turun menyentuh sudut bibir Nick, matanya menatap bibir kenyal itu seolah ia sedang mendamba. Perlahan ia mendekatkan bibirnya dan men