Lahat ng Kabanata ng Time love chronicles: Kabanata 1 - Kabanata 10

43 Kabanata

Satu

"Mati kau, Shenling," teriak seorang gadis berpakaian mewah dengan dandanan ala tradisional lengkap sambil menghunus pedang. Di hadapannya, seorang gadis lain tengah terikat dengan tubuh lemah dan babak-belur.   'Akankah nasibku berakhir di tempat mengerikan ini? Atau mungkin Leewan akan kembali datang menolongku seperti yang selalu dilakukannya?' bisik gadis itu dalam hati. Masih terngiang di benak gadis tersebut janji yang terucap dari bibir sang pemuda.    "Shenling, apa pun yang terjadi, aku akan selalu melindungimu. Kamu harus tetap percaya padaku."***   Yuan Shenling bergegas mengikat rambut panjangnya. Berulang kali dia mematut diri di cermin. Beberapa pakaian berserakan di atas tempat tidur bernuansa biru muda tersebut.   'Rasanya ini sudah pas. Semoga aku tidak membuat kesalahan lagi dan membuat Pak Huang semakin marah padaku,' ujarnya dalam hati.    Terbayang o
Magbasa pa

Dua

Tanah gersang tersebut hanya ditumbuhi sedikit tumbuhan serta rerumputan. Beberapa di antaranya tampak meranggas karena terik sang surya.   Seorang pria muda bertubuh tegap terlihat terjatuh di tanah berdebu. Wajahnya tampak kotor oleh pasir. Baju zirah lengkap yang dikenakan tidak kalah kotor. Meski begitu, pedang tetap terhunus di tangan. Di sekelilingnya tampak puluhan mayat bergelimpangan. Darah dan debu melumuri tubuh mereka.    "Jenderal Lee yang terhormat, Anda sudah kalah. Lihat semua pasukan Anda, mereka semua sudah tewas!" ujar seorang berkuda di hadapannya dengan nada suara dibuat-buat dan mengejek.    "Aku belum kalah," sahut sang jenderal muda itu sambil bangkit berdiri. Dia berdiri dengan sedikit sempoyongan, meski begitu tetap saja berusaha untuk berdiri tegak dan menghunus pedang.    "Maju kalian. Aku pastikan mayat kalian semua juga akan terkubur di tempat ini!" desisnya.    "Sombon
Magbasa pa

Tiga

Shenling berjalan pelan. Pria paruh baya bertubuh tambun segera mengikuti sambil menggendong   punggung sosok pria muda yang ditemukan gadis itu.   Gadis muda tersebut akhirnya mengambil keputusan untuk menyelamatkan lelaki tidak dikenal itu. Ia bahkan membayar orang untuk membawa lelaki itu pulang ke rumahnya. Sebenarnya, Shenling sempat ingin membawa pemuda yang membuatnya jatuh itu ke rumah sakit, tetapi masalahnya dia tidak punya uang. Ini saja dia sudah habis-habisan untuk menyewa paman gemuk itu agar membantu membawa orang itu ke rumahnya.    'Ah, Shenling, kau terlalu baik hati. Seharusnya kau pergi dan tidak ikut campur. Sekarang lihat saja bagaimana nasibmu selanjutnya,' gerutunya pada diri sendiri.   'Sudahlah. Mungkin dia nanti akan membayarku. Lagipula meski habis dirampok, para perampok itu meninggalkan pedang ini. Aku bisa menjualnya,' ucapnya sambil menatap pedang yang berada di genggaman tangan.
Magbasa pa

Empat

"Tempat ini. Apa ini adalah pondok penyihir?" tanya Leewan setelah beberapa saat.    "Apa katamu?" tanya Shenling sedikit bingung.   "Apa kau seorang penyihir dan sedang menahanku sekarang?"   "Apa?" ucap Shenling sekali lagi dengan keras. Gadis itu lalu menggeleng."Kau ini bicara apa?"   'Ck, sayang sekali, pemuda ini tampan, tapi kelihatannya otaknya agak terganggu. Apa para perampok itu telah memukul kepalanya dengan sangat keras?' gumam gadis itu dalam hati.   "Kalau begitu, apa kau akan membebaskan aku?" tanya pemuda di hadapannya itu lagi setelah beberapa saat. Shenling hanya diam sambil menggeleng.   "Kau tidak mau membebaskan aku? Dengar aku adalah jenderal negeri ini. Satu kata dariku akan bisa menghancurkan pondokmu ini," ucap Leewan cepat.   "Aku ... aku tidak mengerti apa yang kaubicarakan," jawab Shenling yang masih kebingungan. 
Magbasa pa

Lima

Leewan bergegas keluar dari rumah. Shenling yang berada di dalam masih membeku ketakutan. Tadi Leewan sempat memaksa dan mengancam untuk menunjukkan pintu keluar.    'Aku telah menolong orang yang salah. Dia hampir saja membuatku celaka," gumam Shenling dalam hati.    Di luar, justru Leewan yang tertegun bengong. Jalanan dipenuhi benda-benda yang tidak pernah dilihat. Ada besi bergerak dengan orang di dalamnya. Lalu orang-orang juga berpakaian aneh. Pakaian yang sejenis dengan yang dipakai Shenling. Beberapa orang tampak mengamati benda di tangan mereka. Semua itu membuat Leewan menyadari ia berada di dunia asing yang aneh.     "Kau masih di sini?" tegur Shenling membuat pemuda itu terperanjat. Ia langsung melompat mundur.    "Kau ... kau memang penyihir," ujarnya sambil menuding gadis itu.    "'Kan sudah kubilang. Aku ini penyihir yang sangat hebat. Begitu pula orang-orang di sini. Jadi kau ti
Magbasa pa

Enam

   Hari berikutnya, Leewan tetap saja meminta diantar ke istana, saat Shenling mendesak untuk memberitahu alamat rumahnya.   "Ah sudahlah. Semua percuma saja. Biar kukatakan satu hal padamu. Tidak ada istana di daerah ini. Semua sudah berubah menjadi museum. Tidak ada raja, ratu, atau apa pun itu," sergah gadis itu cepat.   "Itu tidak mungkin. Kemarin aku melihat di kotak hitam itu, semua ada. Meski aku bingung, kenapa wajah mereka semua terlihat berbeda?" ujar pemuda itu sembari menunjuk ke arah televisi.   "Nah, kau lihat sendiri, 'kan? Itu semua adalah tipuan. Iru hanya permainan orang-orang. Raja dan ratu sudah tidak ada."   "Tidak. Itu tidak mungkin!" seru Leewan sambil memegang erat bahu Shenling."Kau pasti sedang berbohong. Aku tidak percaya padamu. Aku harus melihatnya sendiri. Kemarin kerajaan masih berdiri kokoh, tidak mungkin hancur begitu saja. Antar aku ke sana sekarang!"  &
Magbasa pa

Tujuh

   "Ini aneh. Kenapa istana berubah menjadi seperti taman hiburan begini? Suasana juga begitu ramai. Apa istana bebas dimasuki sembarangan orang? Lalu di mana raja dan ratu? Juga pangeran dan tuan putri?" ucap Leewan setelah beberapa saat. Dia benar-benar tidak mengerti dengan yang terjadi. Kerajaan berantakan hanya dalam beberapa hari saja dan semua itu karena para penyihir itu.   'Padahal mereka kelihatan seperti orang biasa. Apa aku terlalu meremehkan mereka?' ujarnya dalam hati. Dia lalu menoleh kepada Shenling yang memberikan sebungkus camilan padanya.    "Makanlah," ucap gadis itu pelan. Leewan menerima sambil mengucapkan terima kasih.    'Shenling begitu baik padaku. Meski aku hanya tahanan, dia selalu peduli dan memperhatikan aku. Bahkan saat ini, meski dia terlihat marah dengan kata-kataku, dia tetap saja masih peduli. Apa aku bisa pergi begitu saja dan tidak bertemu dia lagi?' gumam Leewan ragu. Ia tahu ini baru
Magbasa pa

Delapan

   "Kau mau apa?" tanya Shenling saat melihat Leewan mengikuti dia keluar dari rumah. Penampilannya sudah bersih dan rapi. Kue yang dibuat telah dimasukkan di dalam kotak berwarna-warni."Kau di rumah saja."    "Aku akan ikut denganmu," sahut Leewan."Aku akan membantumu mencari uang."   "Tidak usah. Aku akan melakukannya sendiri. Kau diam saja di rumah."   "Aku akan tetap ikut denganmu. Aku tidak mau kau pergi seorang diri. Bagaimana kalau terjadi sesuatu padamu? Bagaimana kalau ada yang berniat jahat padamu?"   "Itu tidak akan terjadi. Kau tahu 'kan aku penyihir hebat? Aku bisa menjaga diri. Jadi, kau tidak perlu ikut denganku."   "Tidak bisa. Pokoknya aku ikut denganmu. Kalau tidak, kau tidak boleh pergi ke mana pun!"    Shenying akhirnya mengalah dan mengangguk.***   Lanshang membuka pintu kamar dengan
Magbasa pa

Sembilan

   Semua bermula dari rasa iri. Iri yang lalu berubah menjadi cemburu. Cemburu yang terus membesar menjadi kebencian dan rasa amarah. Hal itu terjadi sudah cukup lama. Shenling begitu disukai oleh banyak orang. Ia menjadi idola dari kaum adam dan gadis-gadis menjadikan dia semacam trendsetter. Mereka mengikuti setiap hal yang Shenling lakukan. Model rambut hingga pakaian dan sepatu, mereka selalu meniru Shenling.    Semula Chenyang senang memiliki seorang sahabat yang begitu disukai banyak orang. Namun semua berubah setelah mendengar percakapan orang-orang tentang dirinya dan Shenling. Percakapan yang membuat Chenyang akhirnya sadar bahwa dirinya tidak pernah dianggap ada oleh yang lain. Bahwa dirinya hanya bayangan Shenling. Tanpa sahabatnya itu, dia bukan siapa-siapa.    Chenyang lalu melihat betapa populernya Shenling. Betapa tidak ada yang peduli padanya. Padahal dia lebih kaya dari gadis itu, tetapi mengapa tidak ada yang melihat
Magbasa pa

Sepuluh

   Langit mendung tampak menghias malam. Cahaya purnama serta pijar sang bintang enggan untuk muncul dan memilih untuk bersembunyi di balik tebal awan. Perlahan, tetes-tetes rintik air tercurah dari langit seolah ikut menemani tangis kesedihan Shenling.   Shenling tidak pernah mengerti mengapa Chenyang begitu membencinya. Dulu persahabatan mereka begitu baik. Dia juga selalu memperlakukan Chenyang dengan baik, tetapi kenapa gadis itu justru malah membencinya? Menaruh dendam yang begitu dalam hingga berniat merusak setiap kebahagiaan yang dimiliki Shenling.   'Di mana letak kesalahanku? Kenapa Chenyang begitu membenciku? Mengapa dia tega berbuat sejauh itu hanya untuk menghancurkanku?' ucap gadis itu bertanya-tanya.   Shenling juga teringat pada sosok Leewan.  Pemuda itu langsung begitu saja mempercayai semua perkataan Chenyang hanya karena wajah Chenyang mirip dengan tuan putri Lanshang.   'Dia sama s
Magbasa pa
PREV
12345
DMCA.com Protection Status