Share

Empat

"Tempat ini. Apa ini adalah pondok penyihir?" tanya Leewan setelah beberapa saat. 

   "Apa katamu?" tanya Shenling sedikit bingung.

   "Apa kau seorang penyihir dan sedang menahanku sekarang?"

   "Apa?" ucap Shenling sekali lagi dengan keras. Gadis itu lalu menggeleng.

"Kau ini bicara apa?"

   'Ck, sayang sekali, pemuda ini tampan, tapi kelihatannya otaknya agak terganggu. Apa para perampok itu telah memukul kepalanya dengan sangat keras?' gumam gadis itu dalam hati.

   "Kalau begitu, apa kau akan membebaskan aku?" tanya pemuda di hadapannya itu lagi setelah beberapa saat. Shenling hanya diam sambil menggeleng.

   "Kau tidak mau membebaskan aku? Dengar aku adalah jenderal negeri ini. Satu kata dariku akan bisa menghancurkan pondokmu ini," ucap Leewan cepat.

   "Aku ... aku tidak mengerti apa yang kaubicarakan," jawab Shenling yang masih kebingungan.

   "Jangan berpura-pura bodoh. Begini saja kembalikan pedangku dan bebaskan aku, aku akan meminta Kaisar untuk mengampuni nyawamu!" 

   Shenling tertawa terbahak.

"Apa kau sedang bermain drama? Aku benar-benar tidak tahu apa yang kaubicarakan. Kau bebas saja, kok, kalau mau pergi. Untuk pedangmu, aku akan menyita pedang itu. Kalau kau bisa membayarnya, aku akan mengembalikan, kalau tidak maka aku terpaksa menjualnya."

   "Jangan sembarangan!" bentak Leewan sambil menatap tajam gadis itu.

"Pedang itu adalah hadiah pemberian kaisar. Kau tidak bisa menjual seenaknya."

   "Aku tidak peduli. Sekarang keuanganku sedang menipis. Kalau kau dan kaisarmu itu menginginkan pedang tersebut kembali, kalian harus membayarku."

   "Benar-benar sembarangan. Orang yang tidak menghargai Kaisar layak untuk mati!" gusar Leewan sambil mengangkat tangan untuk memukul gadis itu.

    Shenling mengkeret ketakutan.

'Pemuda tidak waras ini akan membunuhku. Apa aku mengatakan sesuatu yang salah sampai dia begitu marah?'

    Suara nada sambung ponsel mengalihkan perhatian Leewan dari Shenling.

    "Apa itu? Suara apa yang bising itu? Apa kau mencoba mengaktifkan alat sihirmu?" tanya Leewan sambil menatap sekeliling dengan waspada. Shenling menatap geli.

    'Pemuda ini sepertinya benar-benar percaya dengan keberadaan penyihir. Apa sebaiknya aku takut-takuti saja dia agar tidak macam-macam denganku?' gumamnya dalam hati.

    "Tentu saja," ujar gadis itu akhirnya.

"Aku memiliki kekuatan sihir yang sangat hebat. Karena itu, kau tidak boleh macam-macam denganku. Kalau tidak, aku akan mengerahkan seluruh kekuatanku untuk mengalahkanmu."

    Leewan menatap gadis di hadapannya itu untuk beberapa waktu. 

'Gadis ini sepertinya serius dengan kata-katanya. Sebaiknya aku berhati-hati dulu, baru kemudian mencari cara untuk melawannya,' putusnya.

   

***

   "Namaku Shenling. Yuan Shenling dan namamu siapa? Aku harus tahu agar bisa menagih utang darimu," ucap Shenling beberapa saat setelah menerima telepon yang ternyata hanya promosi barang.

   "Aku Leewan. Dan pedang itu sangat penting untukku. Sebaiknya kau kembalikan sekarang," sahut Leewan setelah melihat sekeliling.

   "Pedang itu akan kukembalikan setelah kau membayar utang."

   "Baiklah, kalau begitu, ijinkan aku kembali ke kerajaanku. Aku akan membayarmu setelahnya. Percuma kau menahanku di sini karena aku tidak punya uang sepeserpun," bujuk Leewan.

   Shenling berpikir sejenak kemudian menggeleng.

"Bagaimana kalau kau mengingkari janji?" 

   "Aku seorang jenderal. Aku pasti tidak akan ingkar."

   "Baiklah kalau begitu. Kali ini aku percaya padamu," ucap Shenling.

'Lebih baik dia cepat membayar utang sebelum kesadarannya kembali dan mencoba membunuhku.'

    'Kelihatannya dia percaya padaku,' ujar Leewan dalam hati.

'Ternyata meski dia adalah penyihir andal dari kerajaan musuh, dia tidak terlalu pintar.'

***

    PRANG!

    Suara benda yang pecah karena dibanting tersebut terdengar membahana hingga keluar ruangan. 

   "Aku tidak mau makan. Aku tidak akan makan sebelum Leewan ditemukan!" teriak Lanshang yang berada di dalam kamar.

    "Tuan putri, ...."

    "Pergi. Pergi kalian semua dari sini!"

    Para dayang dan pelayan hanya berdiri diam. Pintu kamar tersebut terbuka dan seseorang bergegas masuk.

    "Kakak!" seru Lanshang saat melihat orang tersebut.

    "Ada apa ini, adikku?" tanya sang pangeran.

    "Kak, kau dan ayah telah berjanji bahwa Leewan akan segera ditemukan, tapi mana buktinya? Sampai sekarang belum juga berhasil. Mungkin aku harus keluar istana untuk mencari dia."

    "Jangan bodoh, Lanshang. Kau ingin membuat masalah semakin pelik? Percayalah, Leewan pasti akan segera ditemukan."

    Sang putri termangu sesaat.

"Aku tahu. Aku ingin mempercayai dirimu dan ayahanda, tapi aku takut kalau Leewan tidak akan kembali. Akhir-akhir ini aku selalu bermimpi bahwa Leewan mengucapkan selamat tinggal dan pergi dengan gadis lain. Aku sangat takut, Kak. Bagaimana kalau itu benar terjadi? Bagaimana kalau Leewan memang tidak kembali karena bersama gadis lain?"

    Kakaknya serta-merta menggeleng.

"Hal itu tidak akan terjadi, Adikku. Leewan pasti akan tetap menjadi milikmu. Kamu adalah tuan putri negeri ini. Tidak ada satu gadispun yang bisa mengalahkanmu," ucapnya dengan penuh keyakinan. 

    Sebagai dua bersaudara, Pangeran Lanzhou dan Putri Lanshang memang sangat akrab. Kesibukan ayah dan ibu mereka membuat keduanya saling bergantung satu sama lain. Pangeran Lanzhou juga bertekad untuk selalu membahagiakan adiknya dengan mengabulkan semua keinginan gadis itu. Namun kali ini iapun nyaris menyerah, karena Leewan yang menghilang belum juga ditemukan keberadaannya. Ia hanya bisa berharap sahabatnya itu segera kembali demi kebahagiaan sang adik.

    

***

    Leewan tertegun melihat benda-benda di rumah tersebut. Semua benda tersebut sama sekali belum pernah dia lihat.

    "Jadi ini semua benda sihir?" tanya pemuda itu.

    Shenling yang berada di sampingnya mengangguk.

"Benar. Lihat ini!" ujarnya sambil membuka kulkas. Hawa dingin menyeruak keluar.

    "Dengan benda ini, aku akan membekukanmu kalau kau macam-macam denganku. Lalu ini," 

Shenling menyalakan televisi.

    "Dengan ini, aku bisa menemukanmu di manapun kau berada."

    "Tapi kenapa mereka semua tertawa, bernyanyi, dan menari?" tanya Leewan sambil menatap layar.

    "Itu karena ...."

Shenling diam sejenak. Memutar otak untuk memikirkan jawaban yang tepat. Jika pemuda yang bersamanya itu sadar tengah ditipu, mungkin nasibnya akan tragis.

    "Karena mereka adalah rekan-rekanku, juga anak buahku. Mereka sangat senang karena berhasil menangkapmu. Jadi mereka sedang berpesta."

    "Benarkah? Lalu apa mereka semua itu penyihir?"

    "Ya, tentu saja. Mereka penyihir yang sangat hebat. Jadi jangan coba-coba mengingkari janji untuk membayar utangmu. Dengan bantuan mereka, aku pasti bisa menemukanmu ke mana pun kau pergi."

    Leewan mengangguk, sedang Shenling hanya tersenyum kecil.

    'Ada apa dengan pemuda ini? Otaknya pasti rusak parah. Dia benar-benar menganggap serius semua ucapanku.'

    "Baiklah aku mengerti. Aku akan membayarmu, tapi sekarang ijinkan aku pulang ke kerajaan," ujar Leewan. 

    "Kalau begitu, di mana rumahmu? Aku akan mengantarmu agar kau tidak melarikan diri."

    "'Kan sudah kubilang, aku ingin kembali ke istana. Rumahku berada di istana. Di sanalah aku tinggal, di kamp untuk prajurit istana."

    'Kenapa dia bersikeras ingin ke istana? Aku harus mencegahnya dan membuat dia pulang ke rumah.'

    "Bukankah lebih baik kau pulang ke rumah? Keluargamu pasti mencarimu."

    "Rumahku berada di istana!" seru Leewan sambil menatap Shenling tajam.

"Apa kau berniat mempermainkanku dan menjadikan aku sandera? Kalau kau macam-macam, aku tidak akan segan padamu!"

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status