All Chapters of Nur Cahaya Cinta (Bahasa Indonesia): Chapter 1 - Chapter 10

60 Chapters

BAB. 1

Nur menyeka peluh yang menetes di keningnya. Jarak yang harus ia tempuh, dari tempatnya bekerja, dengan rumah tempat ia tinggal, adalah dua kilometer jauhnya. Tapi sedikitpun ia tidak pernah mengeluh karena hal itu. Meski kadang ia merasakan pegal pada kakinya, karena harus mengayuh sepeda setiap hari. Nur merasa senang bekerja di butik itu. Ia bisa bertemu orang-orang baru setiap harinya. Karena terkadang, ia diminta membantu menjaga butik juga. Butik tempat ia bekerja, sebagai pemasang payet memang cukup terkenal di kota Banjarbaru. Banyak istri pejabat, dan istri pengusaha sebagai langganan butik tempatnya bekerja. Pekerjaan itu di dapat, setelah ia mendengar ada lowongan, dari salah satu teman sekolahnya semasa SMA. Sebenarnya Nur ingin sekali meneruskan kuliah, tapi ia kasihan dengan ibunya, dan juga merasa tidak enak, karena terus menerus dibiayai pendidikannya oleh keluarga Cantika, sahabatnya.Tiba di depan rumah yang ditempati, bersama Wahyu suaminya.
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

BAB. 2

Wahyu terbangun dari tidurnya, suara petir yang menggelegar disertai dengan padamnya listrik, yang membuatnya terjaga. Wahyu meraba-raba, ia mengambil ponselnya, ia melihat jam yang tertera di sana, pukul 3 dini hari. Wahyu turun dari ranjang, dengan penerangan dari ponsel, ia mencari lampu emergency di atas meja. Wahyu mencoba menyalakannya, namun lampu itu tak mau menyala, ia sudah lupa mencharge lampu emergency miliknya. Lalu Wahyu ke luar dari kamar. Tepat saat pintu kamar di sebelah terbuka juga.Keduanya sama-sama diam terpaku, hanya cahaya dari ponsel mereka berdua yang menjadi penerangan. Nur cepat berbalik, dan masuk lagi ke dalam kamar, ditutup pintu kamar dengan cepat. Suara pintu yang ditutup dengan cukup nyaring, membuat Wahyu tersadar dari terpana. Kemudian ia melanjutkan langkah, untuk menuju dapur. Baru saja sampai di dapur untuk mengambil lilin, listrik kembali menyala. Wahyu menarik napas lega. Ia berjalan kembali ke kamarnya. Saat melewa
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

BAB. 3

Nur tiba di dekat pagar rumah. Pagar tertutup tapi tidak terkunci."Ceroboh!" Desis Nur sambil membuka pintu pagar. Setelah menutup, dan mengunci pintu pagar, Nur memarkir sepeda di samping garasi seperti biasanya. Rinai hujan kembali turun, meski tidak lagi sederas tadi. Kata orang hujan seperti ini akan lama berakhirnya, alias awet hujannya.Nur mengambil kunci rumah dari dalam tas. Ia memasukan anak kunci ke dalam lubangnya. Tapi kuncinya tidak bisa masuk, ada benda yang mengganjal di dalam lubang kuncinya."Ya Allah, apa Kak Wahyu lupa mencabut anak kuncinya, lalu aku harus bagaimana?" Gumam Nur sendirian. Nur memutar gagang pintu, ternyata pintu bisa dibuka. "Syukurlah pintunya tidak dikunci. Tapi ini sebuah kecerobohan," gumam Nur lagi. Ia masuk ke dalam rumah, dikuncinya pintu, dicabut anak kunci. Ia letakan anak kunci di atas lemari kecil, yang berada di dekat pintu kamar Wahyu yang tertutup.
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

BAB. 4

Setelah Nur pergi, Wahyu terdiam di tempatnya, meski Nur tidak mengungkapkan secara nyata, tapi Wahyu tahu kalau Nur merasa marah kepadanya, itu bisa ia rasakan dari nada bicara, dan sikap Nur.Wahyu tidak ingin berpura-pura bisa menerima Nur. Ia ingin Nur tahu, kalau ia tidak tertarik sedikitpun pada Nur. Tapi untuk berpisah dengan Nur ia belum bisa, karena kondisi kesehatan Neneknya. Neneknya ternyata yang mengusulkan pada kedua orang tuanya agar ia menikahi Nur. Wahyu tidak ingin kondisi kesehatan Neneknya semakin memburuk, kalau ia, dan Nur berpisah.Wahyu menatap makanan di hadapannya. Sop ikan haruan sungguh menggodanya, apa lagi ia merasa sangat lapar, karena belum makan sejak semalam. Biasanya kalau tidak makan di luar, Wahyu makan dengan memesan on line. Tapi karena sakit sejak tadi malam, ia merasa tidak ada selera makan. Baru pagi ini, Wahyu merasakan perutnya lapar.Wahyu mulai menyuap makanannya, ia terdiam sejenak untuk
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

BAB. 5

Wahyu berusaha fokus pada berkas-berkas yang harus ia tanda tangani. Tapi suara tawa dari dapur sungguh membuatnya ingin beranjak dari duduknya, dan segera masuk ke dapur.Wahyu sungguh penasaran, apa sebenarnya yang Nur, dan Bayu bicarakan, sehingga mereka bisa tertawa selepas itu. Seakan yang mereka bicarakan adalah hal yang sangat lucu sekali. Akhirnya Wahyu beranjak dari duduknya, lalu melangkah menuju dapur, untuk memuaskan rasa penasaran di dalam hatinya."Apa yang kalian tertawakan, mengganggu pekerjaanku saja!" Serunya dari ambang pintu dapur. Sontak Bayu, dan Nur menolehkan kepala."Maaf Kak, kami berdua lagi mengenang masa kecil," jawab Bayu sambil memasukan ikan yang sudah digoreng ke dalam mulutnya."Hhhhh, jangan tertawa terlalu keras!" ujar Wahyu, sebelum meninggalkan ambang pintu dapur."Kak Bayu sih, Kak Wahyu jadi marahkan," Nur menatap Bayu dengan wajah cemberut."Dia memang pemarah, kamu s
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

BAB. 6

Setelah sholat Isya, dan makan malam. Nur membereskan meja makan, dan langsung mencuci semua perabotan yang kotor, dibantu oleh asisten rumah tangga orang tua Wahyu."Nur!" Tiba-tiba ibu Wahyu memanggil."Ya Bu." Nur menolehkan kepala, lalu memutar tubuhnya, untuk bisa berdiri berhadapan dengan ibu mertuanya. "Kalau besok mau menengok orang tuamu, atau mau sekalian ke rumah orang tua Cantika, kamu pergi saja ya. Biar nanti Paman Akim yang mengantarmu. Karena besok Wahyu, Bayu, dan Ayah mau meninjau lokasi perumahan yang baru." Ibu Wahyu menatap wajah Nur. Nur adalah menantu pertama baginya."Iya Bu." Kepala Nur mengangguk pelan. Bibirnya menyunggingkan senyuman."Ya sudah, kalau semua sudah selesai, kamu istirahat saja Nur." Ibu Wahyu menepuk lembut lengan Nur."Ya Bu." Nur kembali menganggukan kepala. Kebaikan keluarga Wahyu, menjadi salah satu alasan, ia tetap bertahan dalam pernikahan yang memberinya kesedihan."Ibu duluan masuk
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

BAB. 7

Wahyu terbangun dari tidurnya, ia mendengar suara air jatuh ke lantai dari kamar mandi. Ditengok jam yang ada di dinding. Saatnya sholat subuh akan segera tiba. Wahyu memijit kening, rasa pusing menyergap kepalanya. Mungkin karena ia kurang tidur, akibat menonton pertandingan sepak bola dini hari tadi. Refleks Wahyu menolehkan kepala, saat pintu kamar mandi terbuka. Nur muncul di sana dengan setelan baby doll lengan panjang, dan celana panjang. Rambutnya yang masih terlihat basah tergerai di atas bahu. Ini pertama kalinya Wahyu melihat rambut Nur.Tanpa sengaja Nur juga menatap ke arah ranjang, tatapan mereka bertemu. Cepat keduanya membuang pandangan mereka. Nur berjalan ke arah di mana tasnya berada. Ia mengambil sisir, dan hijab. Setelah menyisir rambut, Nur langsung memasang hijabnya.Suara ketukan di pintu mengagetkan mereka, cepat Nur beranjak untuk membuka pintu."Ibu.""Kalian sudah ditunggu yang lain untuk sholat subuh. Mana Wahyu?"
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

BAB. 8

"Kita harus bicara soal keinginan nenek. Ini memang rumit, dan ....""Ini bukan masalah rumit, Kak. Kakaklah yang membuat ini jadi rumit" potong Nur cepat."Apa maksudmu?" Wahyu membalas tatapan Nur yang terarah tepat ke matanya."Pilihan ada di tangan Kakak. Jika Kakak tidak menginginkan memiliki anak dariku, kita bisa berpisah, dan Kakak bisa mencari wanita la ....""Kau gila, Nur!" Wahyu menatap tajam bola mata Nur. Ia tidak menyangka, Nur akan berani mengatakan hal itu."Aku gila? Selama ini aku diam, karena aku tidak ingin ibuku juga tersakiti, kalau pernikahan ini berakhir. Tapi tadi siang ibu mengatakan, apapun yang bisa membuatku bahagia, ibu akan mendukungku. Kalau Kakak merasa jijik terhadapku, untuk apa ....""Tidak!" Wahyu bangkit dari duduknya, Nur ikut bangkit juga. Tatapan mereka berkonfrontasi. "Kenapa tidak, selama ini Kakak tidak pernah memberi aku kesempatan untuk melakukan tugasku sebagai seorang istr
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

BAB. 9

"Aku mau lewat, Kakak mau ke ...." Nur menghentikan ucapannya, saat Wahyu berbalik dan pergi meninggalkannya. Wahyu ke luar dari kamar tanpa mengucapkan apa-apa. Nur menatap punggung Wahyu dengan resah di dalam dadanya. Sampai subuh Nur tak bisa memejamkan matanya, dan Wahyu kembali lagi ke dalam kamar saat waktu azan subuh sudah terdengar dari musholla.Tak ada pembicaraan di antara mereka berdua. Saat sarapan Nur sesekali melirik ke arah Wahyu, ia sungguh penasaran apa yang sebenarnya ada di dalam benak Wahyu semalam."Nur, hari ini kamu dan Wahyu harus memeriksakan diri ke dokter. Ibu yang akan menemani kalian" ucapan ibu Wahyu membuat keduanya terjengkit kaget. Tatapan mereka bertemu, lalu keduanya sama-sama mengalihkan pandangan mereka."Aku rasa itu tidak perlu, Bu" ujar Wahyu menanggapi ucapan ibunya."Itu perlu Wahyu" sahut Neneknya."Bagaimana kalau salah satu diantara kami bermasalah?" Tanya Wahyu.Ibu Wahyu d
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

BAB. 10

Nur dan Wahyu sudah berada di dalam mobil Wahyu. Sikap keduanya lebih canggung dari biasanya. Tak ada satupun yang bersuara, bahkan diantara mereka berdua, seperti tak ada yang terdengar bernapas saja. Sunyi senyap di antara mereka berdua. Wahyu memarkir mobilnya di garasi rumah orang tuanya. Nur ke luar dari mobil diikuti oleh Wahyu. Ini malam terakhir mereka menginap di rumah orang tua Wahyu. Karena besok Nur harus kembali bekerja, ia hanya ijin tidak masuk kerja tiga hari saja.Nur langsung menuju dapur, untuk melihat apakah ada yang bisa dikerjakannya. Tapi semua pekerjaan sudah selesai, akhirnya Nur menemui nenek Wahyu di dalam kamar beliau."Assalamuallaikum Nek" salam Nur setelah ketukannya di pintu mendapat sahutan agar ia masuk."Walaikum salam, sini Nur" nenek Wahyu menggapaikan tangannya. Nur duduk di tepi ranjang, tangannya bergerak memijit kaki nenek tanpa diminta."Sebenarnya nenek ingin kalian tinggal di sini saja, Landa
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status