Malam pun tiba. Aku masih menunggu kedatangannya. Sambil berbaring di ranjang, aku membayangkan kembali kejadian semalam.Aku terus menunggunya. Ketika hampir tertidur, aku mendengar suara pintu dibuka dan ada suara siulan.Aku langsung terbangun. Perasaanku jadi campur aduk.Pikiranku berkecamuk.Di satu sisi, aku mempertanyakan kenapa aku tidak melaporkan penjahat yang menyelinap ke rumahku ini!Di sisi lain, aku punya pandangan bahwa pria itu tidak berniat jahat, sebaliknya pria itu membuatku memikirkannya seharian, tidak perlu lapor polisi. Lagi pula, aku juga membutuhkan pria itu.Aku bingung harus berbuat apa, jadi aku pura-pura tidur.Tidak lama kemudian, pria itu masuk ke dalam kamar. Tanpa merasa ragu, pria itu naik ke ranjang dan membuka selimutku.Aku masih memejamkan mata karena gugup. Tidak lama kemudian, aku mendengar pria itu terkekeh."Aku takut mengagetkanmu, jadi tadi aku kasih kode siulan. Mulai sekarang, kita gunakan bunyi siulan sebagai kode kedatanganku, oke?""Ak
Di hari-hari berikutnya, setiap hari aku menanti kedatangannya. Sayangnya, dia tidak pernah datang lagi.Mengecewakan sekali. Aku menyesal tidak melepas topeng pria itu saat dia lengah.Jika aku tahu dia siapa, tidak perlu menunggu seperti ini, melainkan pergi mencarinya.Kukira dia tidak akan datang lagi. Pada hari Jumat malam, aku mendengar suara pintu dibuka.Aku senang sekali dan bergegas menyambutnya. Namun, yang datang ternyata adalah Mark!Setelah bercerai, aku tidak meminta Mark mengembalikan kunci rumah ini maupun mengganti kunci.Kukira bajingan itu tidak akan datang lagi ke rumahku, ternyata si bajingan itu masih berani datang.Namun, buat apa dia malam-malam datang ke sini.Tidak lama kemudian, aku mengetahui niat Mark.Mungkin Mark mengira aku sudah tidur, jadi dia terkejut dan panik saat melihatku.Aku melihat dia memegang pisau di punggungnya.Mark datang malam-malam sambil bawa pisau!Melihat dia membawa pisau, aku merasa panik dan suaraku menjadi gemetar."Mark ... kam
Mark ditangkap atas kasus pembunuhan berencana. Selama aku masih dirawat di rumah sakit, orang tua Mark datang menjengukku di rumah sakit.Mereka memberiku uang dan memohon kepadaku untuk mencabut laporan atas kejahatan Mark.Tindakan mereka membuatku murka, lalu mengusir mereka. Bajingan seperti Mark pantasnya dihukum mati!Felix datang menjengukku setelah pulang kerja. Secara kebetulan, Felix melihat kejadian barusan. Felix bergegas menghampiriku, lalu menenangkanku."Kak Jane, sabar dulu. Kalau kamu marah, nanti berdampak buruk bagi anak dalam kandunganmu ...."Felix memperlakukanku dengan lembut. Ketika dia mengelus perutku, aku merasa familier.Selama ini, aku selalu mencari persamaan antara Felix dengan pria bertopeng itu, apalagi kemunculannya pada malam itu sangat kebetulan.Aku juga menanyakan hal itu langsung kepada Felix. Felix menjelaskan bahwa dia kebetulan lewat, lalu melihat pintu rumahku terbuka, jadi dia ingin membantu menutup pintu rumahku. Pada saat itulah, dia melih
Suasana kompleks perumahan di tengah malam begitu sunyi, hanya terdengar suara kucing yang mengeong.Aku berbaring sendirian di ranjang. Selimut tipis kujepit di antara kedua kakiku sambil terus menggesekkan tubuhku tanpa henti.Namun, hasratku makin sulit dikendalikan, selimut ini tidak bisa memuaskan hasratku.Aku mengerang, akhirnya memutuskan untuk mengeluarkan mainan yang baru kubeli dari laci meja di samping ranjang.Meskipun tidak ada siapa pun di rumah, aku masih merasa malu ketika mengeluarkan mainan itu.Aku sempat merasa ragu sejenak, kemudian aku menyalakan mainan itu berdasarkan petunjuk yang tercantum di kemasan."Nguung ... nguung." Terdengar suara mainan itu beriringan dengan suara deru napasku.Ulasan mainan ini di toko online sangat bagus. Mainan ini memang bagus, buktinya aku merasa hasratku terpuaskan.Setelah lima bulan berlalu, akhirnya aku bisa merasakan kenikmatan yang luar biasa.Aku masih berbaring di ranjang sambil merasakan sisa-sisa kenikmatan, tiba-tiba te
Ada penyusup masuk ke rumahku!Saat didorong di tembok, aku merasa ada yang tidak beres.Pria itu menutup mulutku dengan sebelah tangannya, seperti takut aku berteriak.Sebenarnya, aku sangat takut, tetapi aku takut membuat pria itu marah.Tanpa menunggu reaksiku, dia melepaskan tangannya dari mulutku, lalu tangannya meraba ke bawah.Inilah hal yang kutakutkan.Pria itu menyusup ke rumahku, sedangkan di rumah ini hanya tinggal wanita lemah sepertiku, apakah dia hendak memerkosaku?Meskipun aku dan Mark sudah pisah rumah, aku masih istri sahnya. Jika Mark mengetahui aku diperkosa, entah konsekuensi apa yang akan kuterima.Jika tahu dari awal akan terjadi seperti ini, aku pasti menghalangi Mark pergi dari rumah. Aku baru menyadari betapa sulitnya menghadapi semuanya sendirian.Di kondisi darurat seperti ini, tidak ada yang bisa menolongku.Aku hanya bisa menggigit bibir, tidak berani berteriak, apalagi dia pria asing ....Namun, suara hatiku seperti menyuruhku untuk berteriak.Seolah-ola
Terdengar suara dengungan mainan seks itu. Seketika itu juga, aku sudah tidak bisa berpikir jernih lagi. Pria itu menggunakan mainan seks itu dengan luwes.Dalam beberapa menit, aku menjadi lupa diri bahwa pria ini telah menyusup ke dalam rumahku.Dari dasar hatiku paling dalam, aku masih mendambakan belaian pria ini!Pria ini sangat pandai memuaskan wanita. Dalam waktu singkat, aku sudah berkeringat dan menginginkan lebih."Ini belum apa-apa, kamu belum merasakan kenikmatan yang sebenarnya ...."Pria itu membenamkan kepalanya, dia memberikan rangsangan yang membuatku merasakan sakit dan kenikmatan sekaligus.Sejujurnya, sejak pacaran sampai aku hamil, ini pertama kalinya aku merasakan kenikmatan luar biasa.Sambil terengah-engah, aku memegang lengan kekar pria ini.Di tengah tubuhku yang lemas, aku bertanya."Siapa kamu?"Aku menggigit bibir, berusaha menahan diri untuk tidak mengungkapkan bahwa aku ingin dia memilikiku sepenuhnya.Walaupun aku menikmatinya, di sisi lain, aku merasa m