Share

Bab 2

Ada penyusup masuk ke rumahku!

Saat didorong di tembok, aku merasa ada yang tidak beres.

Pria itu menutup mulutku dengan sebelah tangannya, seperti takut aku berteriak.

Sebenarnya, aku sangat takut, tetapi aku takut membuat pria itu marah.

Tanpa menunggu reaksiku, dia melepaskan tangannya dari mulutku, lalu tangannya meraba ke bawah.

Inilah hal yang kutakutkan.

Pria itu menyusup ke rumahku, sedangkan di rumah ini hanya tinggal wanita lemah sepertiku, apakah dia hendak memerkosaku?

Meskipun aku dan Mark sudah pisah rumah, aku masih istri sahnya. Jika Mark mengetahui aku diperkosa, entah konsekuensi apa yang akan kuterima.

Jika tahu dari awal akan terjadi seperti ini, aku pasti menghalangi Mark pergi dari rumah. Aku baru menyadari betapa sulitnya menghadapi semuanya sendirian.

Di kondisi darurat seperti ini, tidak ada yang bisa menolongku.

Aku hanya bisa menggigit bibir, tidak berani berteriak, apalagi dia pria asing ....

Namun, suara hatiku seperti menyuruhku untuk berteriak.

Seolah-olah mengetahui sikapku yang kurang pantas, pria itu terkekeh, suaranya membuatku merinding.

Seluruh bulu kudukku berdiri, aku seperti bisa membayangkan ekspresinya sedang mengejekku.

Terasa embusan napasnya di leherku. "Akhirnya ...."

Pria itu akhirnya bersuara. Dia sengaja mengecilkan suaranya agar tidak ada yang bisa mendengar suaranya dengan jelas.

Aku mencium aroma mint dari tubuhnya.

Aroma ini menyadarkan kembali bahwa pria ini penyusup.

Aku bertanya dengan suara gemetar, "Kamu siapa? Kumohon, jangan sakiti aku ...."

"Aku punya simpanan uang di lemari baju di kamar kedua, kamu boleh ambil. Bisakah kamu melepaskan aku?"

Pria itu menjawab dengan sinis, "Siapa bilang aku ingin mengambil uangmu?"

Lalu, pria itu meraih daguku.

"Jangan berteriak, takutnya nggak sengaja melukaimu karena panik."

"Jangan takut, aku nggak akan menyakitimu."

Kata-katanya terdengar aneh, tetapi aku tidak punya waktu untuk mencerna kata-katanya.

Meskipun pria itu mengatakan tidak akan menyakitiku, aku tidak boleh semudah itu memercayainya.

Aku mengangguk sebagai bentuk mau mengikuti kemauannya.

Setelah memastikan aku tidak akan melawan, pria itu merasa lebih lega. Pria itu mengajakku masuk kamar.

Pria itu pasti tahu aku sedang hamil. Sejak tadi, dia melindungi perutku dan bersikap sangat hati-hati.

Dengan sinar bulan yang masuk melalui jendela, barulah aku bisa melihat sosok pria di depanku dengan jelas.

Pria itu memakai topeng hitam, yang menutupi seluruh wajahnya, kecuali mata.

Di tengah kegelapan, aku merasa tidak mengenal pria ini.

Aku memandang pria itu. Di saat bersamaan, pria itu juga memandangku dengan serius.

Terlihat jelas, target pria ini adalah aku.

Aku mengira pria ini akan berlaku kasar. Sebaliknya, pria ini justru bersikap sangat lembut.

Akhirnya, kubiarkan saja pria ini. Besok pagi, baru aku lapor polisi.

Pria itu sekarang turun dari ranjang, kemudian berjalan menuju ke laci meja di samping ranjang.

Aku sangat terkejut ketika pria itu mengeluarkan sesuatu dari laci.

Aku berteriak, "Kamu!"

Melihat tindakannya, aku merasa sangat terkejut.

Kenapa pria ini bisa tahu ... aku menyimpan mainan seks di dalam laci meja samping ranjang?'

Padahal tidak ada seorang pun yang tahu rahasia ini, selain aku.

Pada saat ini, aku langsung panik.

Siapa sebenarnya pria ini? Kenapa dia tahu banyak tentangku?'

Pria itu hanya diam sambil menyalakan mainan seks-ku.

"Kamu merasa lebih nyaman dengan mainan seks ini, 'kan?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status