Bab 5

Sarah sontak menjadi panik.

"Kamu ini bicara apa sih, Leila?" sahutnya dengan segera. "Mana mungkin Kakak jijik dengan Antonio?"

Leila tidak membantah.

Dia balas dengan mengatakan faktanya, "Aku gantiin kamu menikah dengan Tuan Muda Antonio karena Ayah dan Ibu mengancamku dengan menggunakan Nenek."

"Kak, sudah sana lanjut syuting dan wujudkanlah impianmu."

"Mau apa pun alasannya, kenyataannya sekarang aku sudah menikah dengan Tuan Muda Antonio. Mulai sekarang, akulah istrinya yang sah. Aku pasti akan menjalankan kewajibanku sebagai nyonya muda Keluarga Johen dan merawatnya dengan baik."

"Tenang saja, aku pasti akan merawatnya dalam segala aspek! Mulai dari makanan sehari-hari, hingga kebutuhan alamiah seorang pria. Siapa tahu nanti pas Kakak jadi ratu film, kami sudah punya beberapa orang anak yang sibuk merangkak."

"Kamu!" seru Sarah.

Dia merasa sangat marah.

Leila berjalan mendekat, lalu menarik Sarah menjauh dari kursi roda Antonio.

Leila mendorong kursi roda itu sambil menatap Antonio yang duduk di sana dengan ekspresi yang cukup muram. "Suamiku memang buta dan pincang, tapi dia tetap seorang pria."

"Fungsi reproduksinya pasti masih ada!"

Wajah Antonio sampai pucat menahan amarah. Dasar Leila sialan. Dari tadi seenaknya saja dia menyebut dirinya buta dan pincang tanpa rasa sungkan.

Antonio pun hendak mengatakan sesuatu.

Namun, Leila malah mencondongkan tubuhnya ke dekat telinga Antonio dengan posisi yang ambigu, napasnya mengenai tubuh Antonio. "Sayang, sekarang 'kan aku istrimu. Kamu tahu 'kan kamu nggak boleh selalu membela orang luar?"

"Lagi pula ...."

Tangan mungil Leila meremas paha Antonio dengan lembut.

Tenaganya tidak terlalu kencang, tetapi sudah meluapkan kekesalannya. Leila sekaligus memperingatkan Antonio dengan berani bahwa apabila Antonio menolak membantunya, Leila akan membocorkan rahasia pria itu tanpa takut mati.

Antonio tidak berkata apa-apa, hanya wajahnya yang terlihat masih pucat menahan amarah.

Namun, seulas senyum penuh kemenangan muncul di wajah Leila yang cantik.

Dia mendorong Antonio menuju kamar mandi sambil tetap bersikap sok, sekaligus berkata dengan nada yang sangat menggoda, "Ayo kubantu mandi, Antonio."

"Habis itu, ayo kita istirahat."

"Aku nggak mau memelukmu dan mencium aroma wanita lain dari tubuhmu."

Antonio hanya menggertakkan gigi tanpa berkata apa-apa.

Dia membiarkan Leila mendorongnya ke kamar mandi dengan ekspresi datar. Dia diam saja diurus oleh Leila, bahkan benar-benar membiarkan Leila membantunya mandi.

Tentu saja Sarah merasa kaget sekaligus tidak rela.

Sorot tatapannya tampak menyeramkan, giginya bergemeretak dengan geram.

Leila yang sudah mendorong kursi roda Antonio ke pintu kamar mandi pun tiba-tiba berbalik badan dan menatap Sarah lagi. "Kenapa, Kak? Jangan bilang Kakak juga mau membantuku memandikan suamiku?"

"Atau justru Kakak berniat memandikannya sendiri?"

"Suamiku 'kan buta dan pincang, dia memang membutuhkan bantuan seseorang buat mandi."

"Kalau Kakak memang mau, aku nggak keberatan kok melimpahkan kewajiban ini sekaligus mengembalikan status sebagai istri Tuan Muda Antonio ke Kakak. Gimana?"

Mata Sarah pun tampak menyala dengan marah.

"Aku percaya padamu, Antonio!" kata Sarah dengan suara tercekat seperti sedang menangis.

Setelah itu, dia berbalik badan dan berlari pergi.

Bagaimanapun juga, dia memang tidak punya niat untuk memandikan Antonio. Dia juga tidak sudi menerima status sebagai istri Antonio sebagai pemberian dari Leila si jalang itu.

Pintu pun ditutup dengan kencang.

Leila menatap Antonio dan langsung berkata dengan takut, "Eh, begini, Tuan Muda Antonio .... Aku punya alergi sama orang munafik, jadi aku pasti gatal mau membongkar kedoknya."

"Aku juga membantumu membongkar sifat aslinya Sarah! Kamu tahu 'kan kalau dia cuma memanfaatkanmu? Dia nggak menyukaimu dan nggak ingin menikah denganmu, makanya menjadikanku sebagai penggantinya."

"Terus soal tadi aku yang meremas pahamu ...."

"Aku juga nggak tahu kenapa aku segila itu," kata Leila dengan gugup dan takut. "Tapi, seberapa pun beraninya aku, aku nggak akan berani membongkar rahasiamu."

"Tenang saja, aku nggak akan ingkar janji ...."

Perkataan Leila sebenarnya belum selesai.

Namun, Antonio sudah mencengkeram pergelangan tangannya.

Sorot tatapannya yang tidak fokus itu tampak begitu tajam. Antonio pun berujar dengan nada datar, "Bukannya tadi kamu bilang mau memandikanku?"

Leila sontak terdiam.

Tadi itu dia hanya asal bicara, hanya sekadar sok hebat untuk sesaat, hanya ....

Antonio pun melepaskan cengkeramannya, lalu dan mengingatkan dengan tegas, "Mulai sekarang, jangan bicara kayak gitu lagi di depan Sarah!"

"Ya, ya," ujar Leila.

Dia adalah tipe orang yang mudah beralih dari suatu masalah. Dia bahkan sudah lupa rasa takutnya yang tadi dan sekarang malah berani bertanya dengan nada usil, "Kenapa? Kamu takut dia bakal salah paham? Kamu nggak mau melihatnya jadi sedih gara-gara kamu?"

Sebenarnya, Leila juga ingin mengatakan betapa butanya Antonio!

Namun, dia tidak berani.

Dia akhirnya menggunakan istilah yang lain. "Dasar buta cinta."

Leila tidak tahu apa-apa tentang cinta, dia juga tidak mau sampai terlibat dalam hubungan yang pelik. Dia berujar lagi, "Ayo kita cerai saja, Tuan Muda Antonio."

"Dengan begitu 'kan statusmu jadi lajang lagi. Kamu tinggal menunggu Sarah memenangkan penghargaan sebagai Aktris Terbaik saja, terus menikahinya ...."

"Aku nggak akan bercerai!" tolak Antonio.

"Hah?" tanya Leila dengan kaget. "Nggak akan bercerai?"

Bukankah katanya Antonio sekali kali pada Sarah? Katanya Antonio sangat menyayanginya?

Tadi juga Leila mendengar Antonio menyanggupi syarat tidak masuk akal Sarah, yaitu tidak boleh menyentuh Leila. Masa iya itu tidak bisa membuktikan betapa Antonio mencintai Sarah?

Jika tidak bercerai, bagaimana bisa dia menikah dengan Sarah?

Leila tidak bisa memahami maksud Antonio.

Dia hanya bisa mendengar Antonio berkata, "Sudah kubilang nggak masalah siapa yang jadi istriku. Kebetulan saja kamu yang menikah denganku, jadi istriku itu kamu."

Sebenarnya, Leila hendak melanturkan protes. Antonio mungkin tidak mempermasalahkannya, tetapi Leila tidak ingin menjadi istri Antonio. Leila harus mengutarakan keberatannya. Hanya dengan begitu Antonio baru bisa setuju untuk bercerai dengannya.

Tepat pada saat itu.

Pandangan Antonio yang tidak fokus mendadak terlihat dingin dan tajam menusuk. "Mereka yang tahu rahasiaku hanya punya dua pilihan, menjadi milikku atau mati."

Leila tidak ingin mati.

Itu berarti satu-satunya pilihan yang dia punya hanyalah terus menjadi istri Antonio.

Yah, tidak masalah juga. Lagi pula, Antonio sudah berjanji kepada Sarah untuk tidak menyentuhnya. Anggap saja Leila sedang bekerja paruh waktu merawat pasien yang buta dan pincang.

Pokoknya, suatu saat nanti mereka pasti akan bercerai!

Antonio menolak dimandikan oleh Leila.

Dia bangkit berdiri dari kursi rodanya, lalu pergi ke kamar mandi.

Keran dibuka dinyalakan dan air hangat mengalir membasahi tubuh Antonio yang ramping dan seksi ....

Entah kenapa dia merasa kamar mandinya ini sesak.

Antonio tidak bisa berhenti memikirkan sentuhan bibir Leila dan betapa mudahnya dia bereaksi.

Kenapa bisa seperti itu? Kenapa aroma istri barunya terasa familier? Tubuh Antonio mudah sekali bereaksi.

Antonio belum pernah bertemu dengan wanita mana pun yang bisa membuatnya kehilangan kendali, kecuali ... wanita tiga tahun lalu.