Bab 7

"Boleh nggak kamu nggak usah macam-macam? Aku lagi sibuk banget," kata Leila sambil menatap Steven.

Kurang lebih satu tahun yang lalu, Steven dan Leila bertemu di sebuah acara seminar kedokteran. Steven mengagumi kecerdasan Leila dan sejak saat itu pula tertarik pada gadis cantik itu.

Mereka saling bertukar nomor, lalu mengobrol sepanjang waktu untuk berdiskusi terkait ilmu pengetahuan.

Setelah Leila kembali ke Kota Abalon, Leila ternyata bekerja di rumah sakit yang sama dengan Steven dan menjadi rekan kerjanya. Tentu saja Steven merasa sangat senang.

Dia ingin menjalin hubungan dengan Leila secara resmi, tetapi belum pernah menemukan kesempatan yang pas untuk menyatakan cintanya.

Itu sebabnya Steven memutuskan untuk berhenti menunggu hari ini! Dia tahu bahwa dia bukanlah satu-satunya dokter di rumah sakit ini yang tertarik pada Leila.

"Leila, aku suka padamu!" kata Steven dengan sorot tatapan yang tulus. Saking gugupnya, telapak tangannya sampai berkeringat. "Aku sudah suka padamu sejak setahun yang lalu."

"Apa ... aku boleh mengejarmu?"

Leila sontak tercengang. Dia sama sekali tidak pernah menyadari perasaan Steven.

"Maaf. Kalau kamu mengaku lebih cepat, mungkin aku nggak akan menolakmu. Gimanapun juga, kamu hebat dan prospektif banget sebagai calon pasangan hidup."

"Sayangnya, sekarang aku sudah nikah."

"Hah? Apa?" tanya Steven dengan kaget. "Leila, kok kamu mendadak sudah nikah? Bukannya kamu nggak punya pacar?"

"Ceritanya panjang," jawab Leila.

Dia akhirnya menjelaskan secara singkat dan langsung memberitahukan akhir ceritanya kepada Steven, "Pokoknya, sekarang aku sudah nikah. Kamu kenal kok suamiku, dia itu adikmu, Antonio."

"Steven, aku nggak tahu kalau kamu ternyata suka padaku."

"Karena sekarang aku ini istri adikmu, hubungan kita cuma bisa sebatas teman, rekan kerja dan adik-kakak ipar. Aku juga harus memanggilmu dengan sebutan 'kak' kayak Antonio."

Steven akhirnya tersadar.

Dia benar-benar tidak percaya semua ini, tangannya sampai gemetaran. "Kok bisa? Kok bisa-bisanya kamu nikah dengan Antonio? Dia 'kan sukanya sama Sarah! Dia harusnya nikah sama Sarah!"

"Kenapa ujung-ujungnya malah nikah denganmu?"

"Leila, tolong katakan padaku kalau ini semua cuma bohongan."

"Maaf," kata Leila.

Dia menatap pria tampan yang berdiri di depan mejanya dengan sungguh-sungguh. "Steven, kamu itu pria yang baik banget, kamu juga berasal dari keluarga baik-baik. Pasti banyak orang terkenal yang suka padamu. Di rumah sakit ini saja ada banyak dokter dan perawat yang menyukaimu."

"Aku memang nggak kalah dari mereka, tapi aku sudah menikah ...."

"Aku bisa menunggu!" sela Steven dengan sorot tatapan terluka.

Hubungan yang selama 28 tahun ini dia jalani terasa begitu hampa sampai dia bertemu Leila, wanita yang membuatnya bisa jatuh cinta pada pandangan pertama dan rasa cinta itu bahkan mengakar kuat dalam hati Steven. Seandainya saja Steven memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya, dia mungkin tidak akan kehilangan Leila seperti ini, bukan?

Steven menolak menyerah.

"Leila, Antonio itu .... Adikku yang satu itu rumit banget, dia bukan pria yang sepadan buatmu. Lagian, dia sudah menyukai wanita lain! Kamu nggak boleh menikah dengannya!"

Tentu saja Leila tahu.

Namun, dia hanya bisa menjawab sambil tersenyum, "Tapi, kenyataannya aku memang sudah nikah dengannya. Maaf, Kak Steven."

Steven merasa begitu pilu mendengar kabar bahwa wanita pujaannya ternyata sudah menikah dengan adiknya. Bahkan cara Leila memanggilnya sambil tersenyum seperti tadi itu terasa seperti belati yang menusuk hati Steven.

Hati Steven mulai terasa getir.

Tidak, tidak!

Dia tidak bisa membiarkan Leila menikahi Antonio begitu saja!

Steven pun berjalan mengitari meja, lalu mencengkeram pergelangan tangan Leila. "Ayo, biar kuajak kamu ketemu Kakek sekarang. Kita minta Kakek membatalkan pernikahanmu dengan Antonio."

"Jangan terbawa emosi, Dokter Steven."

Bukan lagi Steven atau Kak Steven, melainkan Dokter Steven yang terkesan begitu jauh.

Leila menarik pergelangan tangannya.

Dia menatap Steven dengan dingin. "Aku memang nggak tahu kenapa sang pemimpin Keluarga Johen, sosok legendaris yang pernah mendominasi Kota Abalon itu, malah mengizinkanku menikah dengan Antonio."

"Tapi, keputusannya bukanlah sesuatu yang bisa diubah dengan mudah, 'kan?"

"Lagian, pernikahan bagi mereka yang lebih tua itu bukanlah permainan."

"Dokter Steven, saat ini aku adalah istri sah Tuan Muda Antonio! Apa kamu pikir Tuan Besar Tommy akan setuju menceraikan kami hanya karena kamu yang minta?"

Steven sontak terdiam.

Dia tidak mengatakan apa-apa, tetapi jawabannya sudah jelas.

Leila pun melanjutkan, "Kamu itu bersaudara dengan Tuan Muda Antonio, sedangkan aku ini adalah menantu Keluarga Johen. Jangan sampai kalian bertengkar gara-gara aku."

"Apa pun yang akan terjadi padaku dan Antonio ke depannya, kenyataannya sekarang aku harus memanggilmu kakak juga seperti yang Antonio lakukan. Kita nggak mungkin bisa bersama!"

Tubuh Steven langsung terhuyung.

Wajahnya terlihat pucat dan kesakitan.

Setelah beberapa saat waktu berlalu, barulah dia akhirnya bisa berujar, "Ya, oke."

Leila tidak mengatakan apa-apa lagi.

Dia tidak ingin menyakiti Steven, tetapi lebih baik menghadapi rasa sakit ini sekarang daripada berlarut-larut.

Bulu mata Steven yang lentik pun bergerak turun untuk menghalau air mata yang menggenangi pelupuk matanya.

"Leila, kalau gitu aku mau balik bersahabat denganmu seperti sebelumnya," kata Steven dengan nada kesepian tanpa menatap Leila.

Namun, akhirnya pria itu tetap menengadah.

Dia sudah berhasil mengendalikan sebagian besar emosinya yang bergejolak walaupun sorot tatapannya tetap terlihat getir.

Seulas senyuman tersungging di bibirnya. Steven pikir senyumannya terlihat riang, padahal sebenarnya terlihat getir.

"Leila, kita masih bisa menjadi rekan dan sahabat, 'kan?"

"Tentu saja."

"Syukurlah," kata Steven.

Setelah itu, dia berbalik badan dan berjalan pergi.

Leila memandangi pintu ruangannya yang tertutup dan terdiam beberapa saat, lalu menundukkan kepalanya dan mulai kembali sibuk menulis rekam medis.

Jam pulang kerja akhirnya tiba.

Leila bangkit berdiri dan merenggangkan tubuhnya.

Dia melepas jas dokternya, lalu berberes dan pulang.

Di Grup Johen.

Daris Ubaya mengetuk pintu dan berjalan masuk. Dia berdiri di depan meja kayu berwarna merah kecokelatan dan melaporkan, "Pak Antonio, berdasarkan hasil penyelidikan, Nyonya Muda Leila yang menikahi Pak Antonio memang Leila Anara, putri angkat Keluarga Anara."

"Dia dibesarkan di Keluarga Anara hingga berusia 18 tahun."

"Statusnya sebagai putri palsu baru ketahuan setelah Nona Sarah kembali ke Keluarga Anara. Katanya dia akhirnya tinggal di desa dengan Nyonya Besar Belinda karena menindas Nona Sarah."

"Tiga tahun lalu, aib putri palsu ini akhirnya terungkap. Dia hamil di luar nikah. Waktu itu situasinya heboh sekali dan Keluarga Anara langsung menyatakan kalau mereka memutuskan semua hubungan dengannya ...."

Antonio mengernyit, tetapi tidak mengatakan apa-apa.

Daris terus melaporkan informasi yang dia temukan, "Waktu berusia 19 tahun, putri palsu ini lenyap dari peredaran selama satu tahun. Nggak ada yang tahu dia ke mana dan apa yang dia alami."

"Saat akhirnya muncul lagi, dia kembali ke Kota Abalon untuk berkuliah di jurusan kedokteran. Lalu, karena Nyonya Besar Belinda sakit dan membutuhkan transplantasi ginjal, dia akhirnya bekerja di Rumah Sakit Abalon."

"Dia pernah jadi mahasiswa kedokteran?" tanya Antonio.