Luna menggigit bibirnya, terlihat ketidakpuasan di matanya. Dia bertanya, “Kamu membongkar identitasku, sebenarnya kamu ingin aku melakukan apa?”Aku mengangkat tangan dengan santai dan menjawab, “Bukan ingin kamu melakukan sesuatu, hanya ingin menunjukkan jalan padamu. Pilihan tetap ada di tanganmu.”Melihat ekspresi di wajahnya sedikit melunak, aku melanjutkan, “Sama seperti lima tahun yang lalu saat kamu meninggalkannya, Felix benar-benar tak punya apa-apa lagi sekarang, hanya memiliki dirimu. Aku bisa membantunya bangkit kembali, begitu juga dengan dirimu.”Luna memang cerdas, dia langsung paham maksudku.“Dengan uang yang dia punya sekarang, aku bisa apa? Kalau aku bisa mencari uang sendiri, aku nggak akan datang ke sini minta bantuanmu!” ujar Luna.“Meski dia nggak punya apa-apa, ibunya juga masih punya rumah!” jawabku.Mata Luna berbinar dan langsung menemukan cara.Dia pulang dan mengusulkan untuk membuka usaha bersama Felix. Menyarankan agar ibu mertuanya menggunakan rumahnya
“Maaf, suamimu, Felix mengalami kecelakaan sore ini dan sudah tiada.”Petugas di rumah duka membungkuk hormat dan berkata, “Turut berduka cita!”Menerima kabar kematian suamiku, aku sama sekali tidak merasa sedih, malah hatiku menjadi sangat tenang.“Kalau benar sudah mati, aku mau melihat jasadnya. Biarkan aku melihatnya sekali lagi!”“Bu Rora, aku mengerti perasaanmu, tapi jasadnya sudah hancur lebur dan nggak bisa dikenali lagi. Sebaiknya kamu nggak melihatnya.”Belum sempat aku menjawab, ibu mertua dan adik iparku sudah tiba di lokasi.“Bu, ini semua gara-gara dia! Dia yang minta kue itu sampai kakak harus menerobos hujan untuk membelikannya dan akhirnya ditabrak truk!”“Rora, dasar pembawa sial! Kembalikan anakku!”Mertuaku menangis dan langsung menamparku, tapi aku menahan tangannya dan mendorongnya keras-keras.Dia terhuyung beberapa langkah ke belakang, lalu melontarkan kata-kata kasar padaku, “Dasar wanita jalang! Anakku mati karenamu dan kamu masih berani memukulku?! Betapa m
“Aku belum pernah melihat orang yang berharap anak kandung dan kakaknya sendiri mati!”Ekspresi malu terlintas sejenak di wajah ibu mertua dan adik ipar.Aku pun berkata pada petugas rumah duka, “Kalau identitasnya sudah dipastikan, langsung dikremasi saja hari ini.”Begitu jasad dikremasi, ibu mertuaku tampak sedikit lega.Tanpa jasad, sekalipun polisi datang untuk menyelidiki lagi, tak akan ada bukti.Namun, aku tidak akan menyerah begitu saja.Petugas menyerahkan kotak abu padaku. Begitu keluar dari rumah duka, aku langsung menaburnya di depan mereka berdua.“Kamu … kamu!”Ibu mertua menunjukku dengan penuh amarah hingga tak bisa berkata apa-apa.Adik iparku segera menenangkan ibunya dan memarahiku, “Rora, berani-beraninya kamu memperlakukan kakakku seperti ini! Aku nggak akan memaafkanmu!”“Dia bahkan sudah mati, nggak ada yang peduli lagi kotak ini berisi abu atau tanah. Jadi kubuang saja!”Usai bicara, aku meninggalkan mereka dan langsung pergi ke kantor polisi.Aku membawa surat
Belum genap tujuh hari setelah kematian Felix, ibu mertua datang ke kantorku.Sama seperti kehidupan sebelumnya, dia ingin memaksaku menyerahkan perusahaan dengan alasan yang sama.“Anakku mati karenamu, bukankah seharusnya kamu memberi kompensasi padaku?!”“Kompensasi apa yang kamu mau?”Tanyaku sambil mengangkat alisku, memperhatikan sandiwaranya.Raut wajah ibu mertua langsung melunak, seolah-olah sudah memberiku pengampunan besar. Dia berkata, “Berikan mobil dan rumahmu untuk Stella! Dia kehilangan kakaknya, dia kehilangan tempat bergantung ke depannya.”“Lalu apa lagi?”“Serahkan perusahaan ini padaku.”“Kamu sudah membunuh Felix, sudah nggak ada lagi yang mau merawat masa tuaku. Serahkan perusahaan ini, biar aku punya harapan ke depannya.”Aku tak bisa menahan diri dan tertawa, itu membuat marah ibu mertuaku.“Anakku baru meninggal, bisa-bisanya kamu begitu senang?! Apa kamu sengaja membunuhnya agar bisa kabur dengan pria lain?!”Aku mengabaikan ocehannya, lalu menaruh sebuah kar
Luna berdiri menghalangi aku dan lemari.“Rora, nggak sopan sekali kamu! Masuk ke rumah orang sembarangan, sangat nggak menghargai aku pemilik rumah!”Aku perlahan menurunkan tanganku, tapi dalam hati sudah yakin.Yakin bahwa pria berjanggut lebat berkacamata yang kulihat sebelumnya itu, tak lain adalah suamiku, Felix.Dan sekarang, dia pasti bersembunyi di lemari tepat di depanku.Dia suka bersembunyi? Baiklah, sembunyilah terus! Aku ingin tahu sampai kapan dia bisa bertahan!“Aku datang ke rumahku sendiri, lalu apa urusannya denganmu?!”Ujarku sambil mengeluarkan surat kepemilikan rumah dari tas dan mengacungkannya padanya, lalu melanjutkan, “Kalau kamu pemiliknya, lalu aku siapa?”Seketika Luna terdiam. Aku langsung memanggil petugas pindahan yang sudah menunggu di bawah.Begitu petugas mulai mengosongkan apartemen, Luna akhirnya tersadar.“Meski kamu pemiliknya, kamu tak bisa mengusir kami tanpa pemberitahuan!”“Kamu sudah menunggak sewa selama setengah bulan. Aku sudah membantumu
Keesokan paginya, setelah semua persiapan selesai, aku memulai siaran langsungnya.Aku menceritakan tentang bagaimana aku membantu Felix membayar hutangnya, lalu bersama-sama mendirikan Grup Kuliner SL, pernikahan kami, hingga tragedi dia meninggal mendadak pada hari peringatan pernikahan kami.Di akhir cerita, wajahku pucat dan aku menangis tak terbendung.Para netizen yang mendengar kisah kami ikut terharu.“Cinta pertamaku meninggal karena sakit, sudah 10 tahun berlalu, tapi aku masih belum bisa berjalan keluar dari kesedihan itu. Setiap kenangan terasa menyakitkan. Aku sangat paham dengan perasaannya!”“Mereka sudah melalui banyak hal bersama, tapi justru kehilangan cinta sejatinya di saat terbaik. Aku nggak bisa bayangi betapa sedihnya dia!”“Aku pernah makan di SL dan makanannya enak, pelayanannya juga baik. Yuk, kita dukung pemiliknya, Bu Rora!”Seketika, kisah cinta Rora dan Felix, serta Grup Kuliner SL menjadi topik viral.Interaksi manis kami di masa lalu pun diungkit oleh pa
Felix bisa saja berpura-pura tak peduli, tapi beberapa netizen mulai menyadari kejanggalan.Mereka mendukung komentar kritik yang aku kirim.“Benar, mana mungkin ada dua orang yang punya tanda lahir sama persis? Kalau benar kamu Felix, coba tunjukkan tanda lahirnya!”“Mengapa nggak muncul dari dulu? Sekarang baru muncul setelah masalah membesar, jangan-jangan ada sesuatu yang disembunyikan.”“Teman-teman, bukan bermaksud berpikiran buruk, tapi aku teringat cerita tentang sosok pengganti … tiba-tiba aku jadi penasaran siapa yang sebenarnya meninggal.”Opini publik mulai condong ke arah yang kugiring. Felix mulai kehilangan ketenangannya.Melihat kesempatan ini, aku juga membuka siaran langsung.Ribuan netizen langsung menyerbu siaran langsungku, meminta agar aku menghubungkan video langsung dengan Felix.Aku berpura-pura terkejut dan menyetujuinya.Begitu melihat wajah Felix muncul di layar, aku langsung menangis.“Sayang! Sayang, akhirnya kamu kembali!”Aku menangis tersedu-sedu, semen