Kebetulan melihat Jack yang mendorong pintu dan masuk ke ruangan.Fiona mengernyit, bingung menatapnya dan berkata dengan dingin, “Kenapa kamu ada di sini?”Jack menatapnya dengan pandangan yang sedikit merendahkan, seolah-olah sedang melihat orang bodoh, menjawab, “Pihak sekolah meneleponku, katanya kamu cedera.”Usai bicara, Jack melemparkan kantong obat ke tempat tidur.Barulah Fiona ingat bahwa dirinya amnesia dan tidak punya keluarga, kontak darurat yang dicantumkan di sekolah adalah Jack.Dia berjalan ke samping tempat tidur, mengambil kantong obat itu dan dengan canggung berkata, “Terima kasih.”Jack sedikit terkejut, ternyata Fiona bisa mengucapkan terima kasih?Bukan begitu garang seperti beberapa hari yang lalu.“Di mana Yogi? Kenapa dia nggak datang ke rumah sakit?” tanya Jack dengan santai, seolah hanya berbincang sebagai seorang teman.“Bukan urusanmu!” jawab Fiona dengan kesal, sambil melihat wajahnya di cermin kecil rumah sakit.Untung wajahnya tidak terluka.“Cih!” Jack
Dengan tenang, Fiona menatap mereka dan tersenyum tipis, menjawab, “Terima kasih sudah repot-repot datang menjengukku.”Cintya tampak ingin mengatakan sesuatu lagi, tetapi Jack buru-buru memotongnya dan berkata pada Cintya, “Bukannya kamu bilang mau ambil obat untuk Fiona? Sudah diambil?”“Sudah!” jawab Cintya dengan mata berbincar, menatapnya dengan tatapan penuh kebahagiaan.“Kalau begitu, kita pergi dulu, masih ada urusan di kantor!” ujar Jack langsung mengambil tas yang dipegang Cintya, lalu tampak ragu untuk meraih tangan Cintya. Akhirnya menggandengnya menuju pintu keluar.Fiona melihat tangan mereka yang saling menggenggam erat, tatapan matanya tampak tajam dan terlihat muram.“Dek Fiona, kami pergi dulu ya, sampai jumpa!” kata Cintya sambil melambai imut sebelum mengikuti langkah Jack keluar dari kamar.Setelah pintu kamar tertutup.Fiona melempar bajunya ke tempat tidur. Seakan-akan seluruh kekuatannya menguap, dia duduk lemas di pinggir tempat tidur.Keduanya tampak serasi da
*Setelah tiba di rumah, bagian tubuh Fiona yang lebam mulai terasa nyeri. Bahkan jantungnya juga terasa sedikit sesak.Dia masuk ke kamar, melepas pakaiannya dan mulai mengoleskan obat salep. Bagian lebam ada di sisi kanan tubuhnya. Jadi, dia berusaha mengoleskan obat dengan tangan kirinya.Selesai mengoleskan obat, perutnya mulai lapar. Karena malas masak, dia memesan makanan lewat aplikasi.Di tengah makan, gurunya mengirim pesan, menanyakan kabar dan menawarkan untuk menggantikan biaya pengobatannya.Fiona menolak, mengingat dirinya sudah keluar dari sekolah dan kejadian itu murni karena kelalaian dirinya sendiri, tidak ada hubungannya dengan pihak sekolah.Justru guru dan teman-temannya yang membantunya memanggil ambulans dan mengantarnya ke rumah sakit.Setelah mengucapkan terima kasih pada guru dan teman-temannya, dia kembali menikmati makanannya sambil menonton drama.Setelah makan, Fiona terus menonton, tanpa perlu khawatir lagi soal sekolah dan pameran seni. Kini, yang harus
“Aku mungkin akan pindah ke kota lain atau mungkin ke luar negeri, masih belum dipastikan,” ujar Fiona sambil bersandar di sofa dengan tenang.“Bagus, itu ide yang bagus!” ujar Susan dengan antusias mendukung.“Kamu bisa pergi ke Moro! Keluargaku tinggal di sana, aku bisa ajak kamu main ke rumahku,” lanjut Susan dengan riang.Fiona terdiam, memikirkan Moro … Tempat Cintya dan Jack bertemu kembali … “Sekolah Flair juga ada di Moro, kamu bisa lanjut belajar di sana,” saran Susan. Melihat sahabatnya yang termenung, dia langsung tahu apa yang dikhawatirkan Fiona.“Moro begitu luas, kecil kemungkinan kamu bisa bertemu dengan Jack bajingan itu! Mereka juga tinggal di bumi, nggak mungkin kamu harus pindah ke planet lain, ‘kan?”Benar juga yang dikatakan Susan, pikiran Fiona menjadi lebih terbuka.Sekolah Flair adalah institusi seni terbaik, sayang jika tidak dicoba.Hanya karena pengalaman buruk dengan lelaki, dirinya nggak mungkin mengorbankan diri dan karirnya!Fiona mengangguk yakin dan
Yogi membawa bungkusan makanan di kedua tangannya dan berkata, “Bukannya kakak bilang habis jatuh dan nggak bisa keluar? Jadi aku langsung bawain makanan ke sini saja.”“Aku tebak kalian juga pasti nggak sempat masak, pasti bakal pesan makanan, ‘kan?” katanya sambil berjalan masuk dan menaruh makanan di meja makan.“Makanan dari restoran kesukaan kakak,” lanjut Yogi sambil tersenyum lebar.“Wah, nggak kusangka, adik kecil ini perhatian sekali!” ujar Susan sambil bergegas ke dapur mengambil piring dan sumpit.Mendengar kata adik kecil, Yogi mengernyit. Dia diam-diam mengamati reaksi Fiona, khawatir dia akan menolaknya karena merasa usianya terlalu muda, yang membuat Fiona tidak menyukainya.Yogi tahu bahwa kakak cukup mempermasalahkan perbedaan usia.Melihat Fiona tidak menunjukkan reaksi berlebihan, Yogi pun merasa lebih tenang.“Kamu nggak perlu repot-repot datang. Kamu sudah menyelamatkanku di kolam renang, harusnya aku yang mentraktirmu makan,” ujar Fiona dengan santai.“Nggak apa-a
"Waktumu hanya tersisa seminggu, ingat tanggal 21 untuk pergi ke Kota Beya dan berkoordinasi dengan pemerintah."Setelah itu, guru juga mengirimkan kontak dari pihak pemerintah Kota Beya."Baiklah."Seminggu kemudian, Fiona membawa hasil gambar yang telah disiapkan dan naik pesawat menuju Kota Beya.Di kelas bisnis, baru saja Fiona duduk, tiba-tiba terdengar suara yang familiar di telinganya."Kakak!"Yogi kembali muncul dengan suara remajanya yang segar."Yogi? Kenapa kamu ada di pesawat ini?" tanya Fiona terkejut dan bingung."Tentu saja untuk liburan!" jawab Fiona sambil duduk di kursi sebelah Fiona."Kita satu penerbangan?""Iya!"Ekspresi wajah Fiona penuh dengan ketidakpercayaan.Yogi tertawa dan menjelaskan, "Susan yang memberitahuku bahwa kamu akan pergi ke Kota Beya. Dia juga memberitahuku nomor penerbangan dan kursimu.""Kebetulan searah, jadi sekalian saja!"Sambil menjelaskan, Yogi mengeluarkan ponsel, mengatur filter dan posisinya, lalu "klik" mengambil selfie dengan Fiona
Cintya selalu menunjukkan sikap tinggi hati dan istimewa, seolah punya hubungan khusus dengan direktur, tapi anehnya dia bahkan tidak tahu kalau direktur berpergian dengan pesawat pribadi.Fiona jauh lebih rendah hati dan sopan dibandingkan dengannya.Kisah antara direktur, Fiona dan Cintya telah tersebar di kalangan tim sekretaris.Tim sekretaris berada di lantai yang sama dengan ruang kantor direktur, jadi tahu semua gosip yang beredar."Baiklah, aku akan telepon dia untuk bertanya," ujar Cintya pura-pura santai.Sekretaris wanita itu meninggalkan ruang tamu.Cintya juga tahu bahwa Jack akan pergi perjalanan bisnis ke Kota Beya hari ini, makanya dirinya datang ke kantornya siang ini untuk bisa ikut dengannya.Namun, begitu sampai di kantor, ternyata Jack sudah tiada.Cintya menelepon Jack, setelah dua kali nada dering, panggilannya dijawab."Halo Kak Jack, kenapa kamu nggak mengajakku berangkat denganmu?" ujar Cintya merajuk manja. Dengan sedikit kecewa, dia melanjutkan, "Aku mau iku
“Tante, kamu ibunya Jack dan aku pacarnya Jack. Tentu saja aku harus memanggilmu tante!”“Aku bukan orang yang nggak tahu sopan santun. Tante hanyalah panggilan sementara, setelah menikah dengan Jack, aku harus memanggilmu ibu!” ujar Cintya tertawa pelan.Wajah Helen tampak penuh amarah. Dengan nada tajam, dia memperingatkan, “Cintya, jauhi anakku! Masih berpikir mau menikah dengannya? Mimpi kamu! Selama masih ada aku di keluarga ini, jangan harap bisa masuk ke rumah ini!”“Tante, kamu belum tahu ya?” tanya Cintya dengan ekspresi kaget dan menutup mulutnya, lalu melanjutkan, “Kak Jack sudah mengajakku ke panti jompo untuk menjenguk kakek kemarin. Dia bahkan sudah melamarku di depan kakek!”Usai bicara, dia tersenyum bahagia.Lalu memandang Helen dengan tatapan menantang.Helen sangat marah hingga dadanya naik turun, lalu berkata keras, “Nggak mungkin! Anakku nggak akan melamarmu, apalagi menikahimu!”“Kalau nggak percaya, tante bisa menelepon Jack untuk memastikannya,” jawab Cintya sam