Fiona terdiam, bisa-bisanya bocah kecil ini begitu banyak gaya.Melihat kopernya tak bisa diambil kembali, akhirnya Fiona hanya membiarkannya saja.Setelah keluar dari bandara.“Kamu menginap di mana?”“Hotel Austin.”Fiona terkejut, bukankah Hotel Austin adalah tempat yang dipesankan oleh pihak pemerintah Kota Beya untuknya?Tadinya dia berpikir bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk berpisah dengan Yogi.Ternyata mereka masih sejalan.Mereka pun naik taksi yang sama menuju hotel.Fiona langsung masuk ke kamar dan mulai membereskan barang-barangnya.“Ting tong.” Suara bel pintu berbunyi terus-menerus.Fiona berjalan ke pintu dan membukanya, “Siapa?”“Kakak, ponselmu mati ya?” tanya Yogi sambil bersandar santai di dinding samping pintu dengan wajah yang sedikit pasrah.“Ponsel?”Fiona mencari ponselnya dari dalam tas dan menjawab, “Aku lupa mematikan mode pesawat. Ada apa mencariku?”Yogi menunjuk jam tangannya dan menjawab, “Sudah waktunya makan, kak. Boleh rajin kerja, tapi jangan sa
Saat sedang menunggu makan di restoran hotpot, tiba-tiba Bibi Siti meneleponnya.Fiona sedikit terkejut, tetapi tetap mengangkat pangilan itu.“Halo, ada apa Bi Siti?”“Bu Fiona, kamu ada waktu sebentar? Ada beberapa hal yang mau aku tanyakan,” ujar Bibi Siti di seberang telepon dengan hangat dan sopan.“Katakan saja,” jawab Fiona. Selama tiga tahun ini, Bibi Siti sangat baik padanya dan Fiona juga sangat menghormatinya.“Begini Bu Fiona, dulu kamu sering membantu Pak Jack menyiapkan pakaian untuk perjalanan bisnis, ‘kan? Sekarang kamu pergi mendadak, jadi aku agak kesulitan untuk menyiapkannya sendiri.”Ujar Bibi Siti dengan sangat hati-hati. Dirinya menyiapkannya dengan sangat lambat siang tadi, juga takut ada kesalahan dalam menyiapkan barang bawaan Jack.“Aku pikir, kalau kamu bisa membantu membuat daftar pakaian yang perlu dibawa, itu akan sangat membantuku.”Fiona sedikit tersentak. Jadi, Jack ada perjalanan bisnis lagi dan sampai menyulitkan Bibi Siti untuk menyiapkan barangnya?
Fiona terdiam, sedikit ragu, tetapi akhirnya mengangguk setuju.Melihatnya mengangguk, Yogi mengulurkan tangan untuk mengelus kepala Fiona, mengacakkan rambutnya hingga sedikit berantakan.“Yogi!” seru Fiona dengan nada kesal.“Selamat tidur, kak!”Usai bicara, Yogi segera berlari pergi.Meninggalkan Fiona yang berdiri dengan wajah kesal.Keesokan harinya, Yogi mengantar Fiona ke gedung pemerintahan Kota Beya.“Kamu tunggu di mobil saja, aku akan segera kembali,” perintah Fiona.Yogi mengangguk patuh.Pertemuan dengan staf pemerintah berjalan lancar dan rancangan gambarnya pun langsung disetujui.Namun, saat hendak meninggalkan tempat, dia melihat Jack.Jack berjalan di tengah, dikelilingi oleh beberapa pejabat penerintahan yang menyambutnya.Fiona segera menghindar ke koridor samping. Setelah rombongan itu lewat, barulah dia keluar dari gedung pemerintahan.Kenapa Jack bisa ada di Kota Beya?Dan di gedung pemerintahan pula?Apakah proyek pembangunan distrik baru ini ada hubungan denga
“Bukannya telepon saja?”Fiona membuka pintu dan terkejut hingga membeku di tempatnya!Jack?Kenapa dia ada di sini?“Telepon? Mau telepon dengan siapa?”Fiona membeku dan seketika tidak menyadarinya.Begitu sadar, dia langsung menutup pintu dengan paksa.Namun, kekuatannya tentu tidak sebanding dengan seorang pria. Dengan sedikit tenaga, Jack berhasil menahan pintu yang hampir tertutup.Lalu melangkah masuk tanpa ragu.“Jack, sepertinya kurang pantas kamu masuk ke kamarku di malam hari seperti ini?” tanya Fiona sambil mengernyit dan menatapnya dengan penuh amarah.Jack seolah tidak mendengar ucapannya dan langsung masuk ke dalam kamar.Memeriksa setiap sudut kamar, di balik tirai, di bawah sofa, mencari apakah ada pria lain di sana.Yogi tidak ada di sini?Mereka tidak tinggal bersama?Siang tadi, Jack melihat Yogi dan Fiona di parkiran!Fiona berdiri di depan pintu yang terbuka dan menatap Jack dengan tidak senang, berharap dia segera pergi.Namun, Jack malah duduk dengan santai di s
"Sudah direvisi, silakan diperiksa Pak Jack,“ lapor Fiona dengan profesional.Tiba-tiba, ponselnya berbunyi, panggilan dari Yogi.Fiona meletakkan laptop dan berjalan ke samping, membelakangi Jack untuk mengangkat telepon."Iya iya, aku tahu, jangan mengomel terus, tidurlah."Jack terus menatapnya dengan tatapan tajam saat Fiona sedang mengangkat telepon, hingga menunggunya kembali."Yogi?"Sudah tahu masih tanya, gumam Fiona."Kenapa? Kamu masih bersama Yogi? Dia nggak punya uang untuk memeliharamu? Kenapa kamu masih perlu bekerja?” tanya Jack dengan penuh sindiran."Fiona, haruskah kamu begitu merendahkan diri, bahkan sampai harus bekerja sendiri? Keluarga Pangestu begitu kaya, tapi begitu pelit denganmu!"Jack tidak melihat rancangan gambar, malah terlihat tertarik membicarakan urusan pribadi Fiona."Pak Jack, ini masalah pribadiku, seharusnya aku nggak perlu melaporkannya!" kata Fiona dengan tegas, tidak ingin melaporkan status hubungannya."Hubungan kita sudah berakhir, nggak pant
Perasaan sedih dan kecewa seperti sepasang tangan besar yang terus-menerus merobek hatinya.Fiona tetap dalam posisi bekerja, tidak bergerak, membiarkan perasaan buruk itu memenuhi seluruh tubuhnya.Dia menganggap emosi ini sebagai efek samping dari patah hati.Begitu perasaan ini perlahan hilang, dirinya juga akan terlahir kembali.Karena sudah memutuskan untuk meninggalkan Jack, dirinya tidak akan pernah menyesalinya seumur hidup!Jack segera mengendarai mobilnya ke stasiun kereta cepat untuk menjemput Cintya dan membawanya ke hotel.Dia juga membuka satu kamar lagi untuk Cintya.“Kak Jack~” Cintya merajuk, karena dia datang ke Kota Beya bukan untuk tinggal sendirian di hotel.“Sayang, badanmu masih belum sehat, jangan pikirkan yang aneh-aneh.”“Baiklah!” Cintya menggerutu.Sampai di depan pintu kamar, Cintya melangkah masuk dengan langkah berat sambil menoleh berkali-kali ke belakang.Jack mengantar Cintya sampai ke kamarnya, lalu kembali ke kamarnya sendiri. Saat itu sudah jam tiga
Di Bagian Ginekologi.Dokter menurunkan kacamatanya, melihat hasil tes dan tersenyum ramah pada Fiona dan Yogi.“Selamat, kamu sudah hamil satu bulan dan bayi kembar. Mual-mual ini hal yang normal, dalam dua bulan akan hilang. Jaga pola makan, konsumsi makanan yang lebih ringan … “ Dokter terus menjelaskan.Hamil!Bayi kembar!Fiona terkejut.Dirinya bahkan tidak tahu bagaimana dirinya keluar dari ruang konsultasi. Begitu tersadar, dirinya sudah berada di koridor.Dirinya hamil!Sebulan yang lalu, Jack memang sering bersamanya dan mereka tidak memakai pengaman.Namun! Bukannya kecil kemungkinan untuk bisa hamil?Dia pernah membaca bahwa banyak orang yang berusaha keras untuk punya anak.Lalu kenapa dirinya bisa langsung hamil!Tidak! Dia tidak boleh melahirkan anak ini!“Kakak,” panggil Yogi.“Anak ini … “Ekspresi penuh kekhawatiran terpancar di wajah tampan Yogi.“Ini anaknya Jack,” ujar Fiona tanpa ragu, tanpa menyembunyikan apapun.Hanya saja, setelah mengatakannya, dia menghela na
Tak ada jawaban untuk Fiona, janinnya masih sangat kecil.Dia mendaftar, membuat janji untuk aborsi dan perawat yang cekatan segera menyelesaikan semua prosesnya.Jadwal operasi ditetapkan pada pukul tiga sore dan dirinya harus puasa tanpa boleh makan apapun.Yogi juga menemani Fiona tidak makan.Melihat masih harus menunggu beberapa jam lagi dan mereka tidak boleh makan, Yogi berpikir untuk mengajaknya tidur sebentar di mobil.Saat mereka menuju pintu depan rumah sakit, mereka berpapasan dengan DIko yang datang dari arah berlawanan. “Fiona? Wah, kebetulan sekali bertemu di Kota Beya!” sapa Diko dengan santai, lalu bertanya, “Kamu sakit? Nggak enak badan?”Saat melihat Yogi di sampingnya, Diko juga menyapa sopan, “Yogi.”“Kak Diko,” jawab Yogi.“Aku ada urusan kerja ke Kota Beya, tapi ternyata asam lambungku kambuh, jadi berobat ke rumah sakit,” jawab Fiona langsung menggunakan alasan asam lambung.Wajahnya pucat karena belum sarapan dan setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, tubu