Keesokan paginya.Fiona bersiap untuk pergi ke sekolah melukis.Dia berjalan ke pinggir jalan untuk mencari taksi. Dulu, biasanya dia mengendarai mobil pemberian Jack. Dirinya bahkan sudah diberikan beberapa mobil oleh Jack. Tetapi, sejak terakhir kali dirinya pergi, dia tak membawa satu pun mobil.Mobil dan perhiasan yang diberikan kepadanya, semuanya dia tinggalkan di Vila Cemara Asri.Sekolahnya dekat dengan vila dan di perjalanan, dia masih bisa melihat deretan vila mewah.Mobil Jack melaju keluar dari Vila Cemara Asri, berpapasan dengan taksi yang ditumpangi Fiona.Fiona mengenali mobil Jack, sebuah Maybach hitam dengan nomor plat unik yang seluruh angkanya 8, satu-satunya di Kota Liha.Dia hanya meliriknya sekilas, lalu memalingkan wajah, menatap pemandangan di luar jendela sebelah.Sopir taksi yang melihat mobil mewah itu tak tahan untuk berkomentar, “Mobil di sebelah tadi itu Maybach. Lihat platnya, wah! Orang yang tinggal di kawasan ini pasti kaya raya!”“Katanya vila di sini
“Mulai sekarang, kita semua harus ingat, jangan dekat-dekat dengan pria pelit. Biar nggak rugiin diri sendiri nanti!”Para selebgram berhenti bergosip dan terus mengikuti Fiona dari belakang, menjaga jarak hingga masuk gedung sekolah.Fiona yang sedang memikirkan soal pengunduran diri tidak menyadari percakapan di belakangnya, apalagi suara mereka juga tidak terlalu keras.Di dalam kelas, satu sesi pelajaran telah selesai.“Kelas selesai, tapi tunggu sebentar, jangan keluar dulu,” ujar guru menahan para murid.“Minggu depan, sekolah kita akan mengadakan pameran seni komersial. Para tamu yang diundang termasuk para konglomerat dan pengusaha sukses, bahkan pemerintah juga sangat menghadiri acara ini.”“Aku harap kalian bisa membawa karya terbaik kalian yang sudah pernah dibuat. Ini kesempatan besar untuk kalian agar bisa dikenal. Jadi, manfaatkan baik-baik ya!” lanjut guru dengan tersenyum penuh semangat, memberi dorongan pada para murid.“Siap!”Jawab para murid dengan riang.Fiona meng
Teman sekelas di ruang Lukis sebelah mendengar suara itu dan segera berlari mendekat.“Fiona, kamu nggak apa-apa, ‘kan?!” Ternyata itu adalah para selebgram yang tadi pagi membicarakan gosip tentang Fiona di depan gerbang sekolah.“Kamu terluka nggak? Sakit nggak? Jangan takut, aku telepon guru sekarang!” ujar salah satu selebgram sambil mengeluarkan ponselnya.Fiona merasa sisi kanan tubuhnya sangat sakit, hingga air matanya hampir menetes keluar. Rasanya mati rasa, bahkan untuk bergerak pun sangat sulit.Tak lama setelah itu, guru datang dengan cemas dan berteriak, “Cepat panggil ambulans!”Fiona ingin mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja, tetapi saat membuka mulutnya, rasa sakit membuat air matanya mengalir deras dan dia tak bisa mengucapkan apapun.Ambulans pun tiba.“Kalian lanjut pilih karya untuk pameran seni, aku akan menemaninya ke rumah sakit,” ujar guru.Di ruang Rumah Sakit Broswal.Dokter melihat hasil pemeriksaan, menjelaskan, "Nggak ada masalah, nggak ada patah tulang
Kebetulan melihat Jack yang mendorong pintu dan masuk ke ruangan.Fiona mengernyit, bingung menatapnya dan berkata dengan dingin, “Kenapa kamu ada di sini?”Jack menatapnya dengan pandangan yang sedikit merendahkan, seolah-olah sedang melihat orang bodoh, menjawab, “Pihak sekolah meneleponku, katanya kamu cedera.”Usai bicara, Jack melemparkan kantong obat ke tempat tidur.Barulah Fiona ingat bahwa dirinya amnesia dan tidak punya keluarga, kontak darurat yang dicantumkan di sekolah adalah Jack.Dia berjalan ke samping tempat tidur, mengambil kantong obat itu dan dengan canggung berkata, “Terima kasih.”Jack sedikit terkejut, ternyata Fiona bisa mengucapkan terima kasih?Bukan begitu garang seperti beberapa hari yang lalu.“Di mana Yogi? Kenapa dia nggak datang ke rumah sakit?” tanya Jack dengan santai, seolah hanya berbincang sebagai seorang teman.“Bukan urusanmu!” jawab Fiona dengan kesal, sambil melihat wajahnya di cermin kecil rumah sakit.Untung wajahnya tidak terluka.“Cih!” Jack
Dengan tenang, Fiona menatap mereka dan tersenyum tipis, menjawab, “Terima kasih sudah repot-repot datang menjengukku.”Cintya tampak ingin mengatakan sesuatu lagi, tetapi Jack buru-buru memotongnya dan berkata pada Cintya, “Bukannya kamu bilang mau ambil obat untuk Fiona? Sudah diambil?”“Sudah!” jawab Cintya dengan mata berbincar, menatapnya dengan tatapan penuh kebahagiaan.“Kalau begitu, kita pergi dulu, masih ada urusan di kantor!” ujar Jack langsung mengambil tas yang dipegang Cintya, lalu tampak ragu untuk meraih tangan Cintya. Akhirnya menggandengnya menuju pintu keluar.Fiona melihat tangan mereka yang saling menggenggam erat, tatapan matanya tampak tajam dan terlihat muram.“Dek Fiona, kami pergi dulu ya, sampai jumpa!” kata Cintya sambil melambai imut sebelum mengikuti langkah Jack keluar dari kamar.Setelah pintu kamar tertutup.Fiona melempar bajunya ke tempat tidur. Seakan-akan seluruh kekuatannya menguap, dia duduk lemas di pinggir tempat tidur.Keduanya tampak serasi da
*Setelah tiba di rumah, bagian tubuh Fiona yang lebam mulai terasa nyeri. Bahkan jantungnya juga terasa sedikit sesak.Dia masuk ke kamar, melepas pakaiannya dan mulai mengoleskan obat salep. Bagian lebam ada di sisi kanan tubuhnya. Jadi, dia berusaha mengoleskan obat dengan tangan kirinya.Selesai mengoleskan obat, perutnya mulai lapar. Karena malas masak, dia memesan makanan lewat aplikasi.Di tengah makan, gurunya mengirim pesan, menanyakan kabar dan menawarkan untuk menggantikan biaya pengobatannya.Fiona menolak, mengingat dirinya sudah keluar dari sekolah dan kejadian itu murni karena kelalaian dirinya sendiri, tidak ada hubungannya dengan pihak sekolah.Justru guru dan teman-temannya yang membantunya memanggil ambulans dan mengantarnya ke rumah sakit.Setelah mengucapkan terima kasih pada guru dan teman-temannya, dia kembali menikmati makanannya sambil menonton drama.Setelah makan, Fiona terus menonton, tanpa perlu khawatir lagi soal sekolah dan pameran seni. Kini, yang harus
“Aku mungkin akan pindah ke kota lain atau mungkin ke luar negeri, masih belum dipastikan,” ujar Fiona sambil bersandar di sofa dengan tenang.“Bagus, itu ide yang bagus!” ujar Susan dengan antusias mendukung.“Kamu bisa pergi ke Moro! Keluargaku tinggal di sana, aku bisa ajak kamu main ke rumahku,” lanjut Susan dengan riang.Fiona terdiam, memikirkan Moro … Tempat Cintya dan Jack bertemu kembali … “Sekolah Flair juga ada di Moro, kamu bisa lanjut belajar di sana,” saran Susan. Melihat sahabatnya yang termenung, dia langsung tahu apa yang dikhawatirkan Fiona.“Moro begitu luas, kecil kemungkinan kamu bisa bertemu dengan Jack bajingan itu! Mereka juga tinggal di bumi, nggak mungkin kamu harus pindah ke planet lain, ‘kan?”Benar juga yang dikatakan Susan, pikiran Fiona menjadi lebih terbuka.Sekolah Flair adalah institusi seni terbaik, sayang jika tidak dicoba.Hanya karena pengalaman buruk dengan lelaki, dirinya nggak mungkin mengorbankan diri dan karirnya!Fiona mengangguk yakin dan
Yogi membawa bungkusan makanan di kedua tangannya dan berkata, “Bukannya kakak bilang habis jatuh dan nggak bisa keluar? Jadi aku langsung bawain makanan ke sini saja.”“Aku tebak kalian juga pasti nggak sempat masak, pasti bakal pesan makanan, ‘kan?” katanya sambil berjalan masuk dan menaruh makanan di meja makan.“Makanan dari restoran kesukaan kakak,” lanjut Yogi sambil tersenyum lebar.“Wah, nggak kusangka, adik kecil ini perhatian sekali!” ujar Susan sambil bergegas ke dapur mengambil piring dan sumpit.Mendengar kata adik kecil, Yogi mengernyit. Dia diam-diam mengamati reaksi Fiona, khawatir dia akan menolaknya karena merasa usianya terlalu muda, yang membuat Fiona tidak menyukainya.Yogi tahu bahwa kakak cukup mempermasalahkan perbedaan usia.Melihat Fiona tidak menunjukkan reaksi berlebihan, Yogi pun merasa lebih tenang.“Kamu nggak perlu repot-repot datang. Kamu sudah menyelamatkanku di kolam renang, harusnya aku yang mentraktirmu makan,” ujar Fiona dengan santai.“Nggak apa-a