Share

⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku
⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku
Author: Ayara

Bab 1

Author: Ayara
Pacarku berasal dari keluarga miskin. Sejak tahun ketiganya di universitas hingga dia melanjutkan studi pascasarjana, aku hidup hemat dan melakukan banyak pekerjaan paruh waktu hanya untuk membiayai pendidikannya. Seperti yang dia janjikan, agar suatu hari dia bisa memberiku sebuah rumah.

Sampai aku mendengar percakapannya dengan teman-temannya saat aku bekerja paruh waktu sebagai petugas kebersihan di sebuah bar, barulah aku tahu dia sebenarnya adalah pewaris Keluarga Permono. Dia berpacaran denganku hanya karena dia kalah dalam permainan "jujur atau tantangan".

Rowan rela menghabiskan uang tanpa pikir panjang untuk gadis pujaannya. Namun untukku, dia hanya memberiku semangkuk bubur putih. Di matanya, aku hanyalah hiburan semata dan alat untuk menguji sifat manusia. Hubungan kami selama lima tahun juga hanya karena aturan permainan melarangnya untuk memutuskanku.

Setelah mengetahui kebenaran itu, aku memilih untuk pergi. Aku hanya menganggap ketulusanku disia-siakan. Namun, dia terus-menerus mengejarku sambil memohon, "Inez, aku tahu aku salah. Tolong, kembalilah padaku ...."

....

Pukul 01.03 dini hari, aku baru saja selesai bekerja paruh waktu di toko minuman teh susu. Di tengah hujan deras, aku berlari menuju bar.

Saat manajer melihatku, dia langsung menunjukkan wajah kesal. "Kenapa telat lagi? Bulan ini kamu sudah berapa kali terlambat? Bisa kerja nggak sih? Kalau nggak bisa, keluar saja!"

Aku hanya bisa menunduk dan meminta maaf, "Maaf, Pak. Lain kali aku nggak akan terlambat lagi."

Setelah dimarahi habis-habisan, dia akhirnya berkata dengan nada dingin, "Naik ke lantai atas dan bersihkan kamar VIP nomor enam. Di sana isinya orang-orang kaya, jadi jangan sampai kamu buat kesalahan dan menyinggung mereka."

Aku buru-buru mengangguk, mengganti seragam, dan membawa alat pembersih ke atas. Kepalaku terasa sedikit pusing.

Untuk membayar biaya kuliah pacarku, Rowan Permono, aku harus melakukan enam hingga tujuh pekerjaan paruh waktu setiap hari. Bahkan saat kelaparan di luar, aku hanya berani makan roti kukus dan minum air dingin.

Selama seharian penuh, tubuhku sudah sangat lelah. Namun, saat aku mengingat bubur panas yang dia buatkan sebelum aku pergi bekerja, serta tatapan bersalahnya saat dia memegang tanganku dan berkata, "Inez, kalau sudah punya uang, aku pasti akan memberimu sebuah rumah," aku kembali merasa kuat untuk bertahan.

Aku ingin membangun rumah tangga bersamanya. Oleh karena itu, seberat apa pun, aku merasa semuanya sepadan.

Selain itu, kemarin adalah ulang tahunnya. Aku membelikannya sepasang sepatu basket edisi terbatas sebagai hadiah. Kalau aku tidak menambah pekerjaan paruh waktu, mungkin uang sewa rumah kami bulan ini tidak akan terpenuhi.

Ketika tersadar dari lamunanku, aku sudah berdiri di depan pintu kamar VIP nomor enam.

Dari dalam, samar-samar terdengar suara percakapan, "Kak Rowan, kamu belum bilang ke cewek pengemis itu ya? Bukannya dulu kita sepakat, kalah di permainan itu cuma buat iseng?"

Langkahku terhenti seketika.

Rowan? Apakah itu ... nama yang sama?

"Mau gimana, dong?"

Detik berikutnya, suara yang tidak asing menusuk telingaku dengan diiringi tawa mengejek. "Kalian nggak tahu, dia nempel terus dan nggak mau putus duluan. Gayanya melarat banget, masih sempat-sempatnya bilang kerja keras buat ngurus aku."

"Kalau bulan depan dia masih nggak ngomong soal putus, aku terpaksa bohong bilang aku punya utang judi miliaran."

Seseorang di sampingnya tertawa mengejek, "Rowan, dia suka banget sama kamu. Siapa tahu dia bakal rela bayar utang judimu!"

Napasku terhenti sejenak.

Itu suara Rowan?

Bagaimana mungkin ....

Aku tidak ingin percaya. Bahkan saat ini, aku berharap orang di dalam hanya kebetulan memiliki suara yang mirip dengannya dan nama yang sama.

Bulan ini Rowan memang meminta banyak uang dariku, tetapi itu untuk ikut pelatihan di luar negeri. Mana mungkin dia menipuku?

Selain itu, apa itu "jujur atau tantangan"? Dia bersamaku hanya karena permainan konyol? Namun, kata-kata temannya yang berikutnya langsung menghancurkan semua harapanku.

"Ngomong-ngomong, Inez memang cantik, ya. Dada besar, pinggang ramping, kulit putih. Siapa tahu dia sampai jual diri buat bantu kamu cari uang!"

Di dalam, terdengar gelak tawa. "Rowan, kamu sudah pernah tidur sama dia belum?"

Rowan tertawa kecil. "Aku cuma main-main sama dia. Ngapain nyentuh dia? Nggak tertarik."

Seseorang berdecak heran. "Rowan, kamu sama sekali nggak tergoda sama gadis secantik itu?"

Rowan menjawab dengan nada penuh ejekan, "Memangnya kenapa? Apa dia pantas buatku?"

Suara di dalam kembali dipenuhi gelak tawa. "Iya juga. Pewaris Keluarga Permono menikahi gadis miskin, itu benar-benar lelucon besar."

Aku membuka mulut, tetapi hanya rasa pahit dan anyir yang memenuhi tenggorokanku.

Pewaris Keluarga Permono. Hebat sekali.

Aku tahu tentang Keluarga Permono. Mereka adalah salah satu keluarga paling berpengaruh di Kota Shaka. Jadi, pacarku yang selama ini kukira seorang mahasiswa miskin ternyata adalah anak orang kaya?

Namun, setelah semua ketulusan yang kuberikan, dia malah dengan mudahnya menginjak-injak perasaanku seperti ini! Apakah aku begitu tidak berharga di matanya?

Aku mengepalkan tangan erat-erat. Ingin sekali rasanya aku masuk dan menuntut penjelasan. Namun, seorang gadis berjalan mendekat dan memandangku dengan ragu. "Kamu petugas kebersihan? Kenapa nggak masuk?"

Barulah orang-orang di dalam menyadari keberadaanku di luar pintu. Rowan langsung mengangkat kepalanya dan matanya menatap tajam ke arahku.

Namun, karena aku mengenakan masker, dia tidak mengenaliku. Sebaliknya, dia berjalan cepat ke arah gadis itu sambil berkata, "Venus, kamu sudah datang, ya."

Di wajahnya terpancar kelembutan dan perhatian yang belum pernah kulihat sebelumnya. Dia memakai sepatu basket yang kubelikan dengan uang hasil tabungan dua bulan kerjaku. "Di jalan dingin nggak? Aku khawatir kamu nggak sempat makan, jadi aku mampir ke Jalan Barat untuk beli sup favoritmu dari restoran kesukaanmu. Ayo cepat cicipi."

Gadis itu tersenyum manis padanya. "Terima kasih, Rowan."

Saat itulah, aku menyadari ruangan itu dihiasi dengan kue ulang tahun yang besar, balon di mana-mana, serta meja yang penuh dengan anggur mahal dan hadiah mewah.

Dibandingkan dengan tiga kali makan seadanya yang kupersiapkan untuknya, ini jelas lebih cocok dengan standar hidup seorang tuan muda.

Tanganku yang memegang sapu bergetar hebat. Aku ingin memanggil namanya, tetapi entah mengapa, aku merasa sangat rendah diri. Aku hanya bisa menunduk dan mulai membersihkan pecahan botol minuman di lantai.

Rowan bahkan tidak melirikku sedikit pun. Dia menggandeng tangan gadis itu dan berjalan menuju sofa. "Venus, aku punya hadiah untukmu."

Rowan mengeluarkan sebuah kotak kecil dengan hati-hati. Di dalamnya ada kalung berlian merah muda berbentuk bintang. "Kamu suka? Aku pesan khusus untukmu."

Orang-orang di sekitar mulai menggoda. "Yang ulang tahun hari ini siapa? Kenapa yang ngasih hadiah malah terbalik?"

Gadis itu menunduk malu-malu. "Aku suka banget."

Rowan memakaikan kalung itu di lehernya dengan hati-hati, sementara gadis itu mengeluarkan sebuah kotak hadiah. "Aku belikan sepatu tanda tangan edisi terbatas yang kamu suka. Coba pakai, ya?"

Setelah itu, dia melirik sepatu yang dipakai Rowan dan bercanda, "Kenapa hari ini kamu malah pakai sepatu yang murah banget?"

Ekspresi Rowan sempat kaku, tetapi dia langsung melepaskan sepatu yang kuberikan dan tanpa ragu membuangnya ke tong sampah. Kemudian, dia menggantinya dengan sepatu tanda tangan itu. "Cuma sepatu asal pakai."

Hatiku terasa benar-benar beku saat itu. Baginya, sepatu itu hanyalah sepasang alas kaki murahan.

Namun, bagiku, sepatu itu adalah hasil kerja keras yang melelahkan. Uang itu kukumpulkan perlahan-lahan dari hasil mencuci piring di tengah malam dengan air dingin di restoran barbeku. Aku juga mengenakan kostum boneka yang berat di bawah terik matahari untuk membagikan selebaran dan bekerja dari dini hari hingga larut malam, serta tidur hanya dua jam setiap harinya.

Dulu aku berpikir, aku mencintainya dengan sepenuh hati dan dia juga mencintaiku. Kami akan memiliki rumah yang indah bersama. Namun sekarang, melihat sepatu itu tergeletak di tempat sampah, aku hanya merasa sangat bodoh.

Aku mendengar bisikan-bisikan dari orang-orang di ruangan itu.

"Rowan benar-benar dermawan. Sepertinya, harga kalung itu lebih dari dua miliar!"

"Ya, wajar saja. Venus itu cinta pertamanya. Rowan sudah ngejar Venus selama 10 tahun. Dia ingin cepat putuskan cewek pengemis itu karena Venus baru kembali ke negara ini ...."

"Pelankan suara kalian. Jangan sampai Venus mendengarnya."

Kata-kata itu masuk ke telingaku seperti pisau tajam yang dingin dan menusuk hatiku berkali-kali.

Rowan tidak mencintaiku. Itu sebabnya dia bisa mempersiapkan kalung berlian seharga dua miliar untuk gadis lain atau membeli sup mewah seharga hampir empat juta.

Namun untukku, dia hanya memberikan semangkuk bubur putih, sebuah jepit rambut murahan, atau ikat rambut yang dijual 2 ribu sebanyak 100 potong di toko online.

Mereka seperti pasangan sempurna dalam cerita dongeng, sedangkan aku hanyalah Cinderella yang tersesat di dunianya. Aku bahkan tidak punya keberanian untuk menyalahkannya.

Aku menundukkan kepala untuk menahan rasa sakit di dadaku sambil menyelesaikan tugas membersihkan ruangan, lalu bersiap untuk pergi. Aku tidak bisa tinggal di sini lebih lama lagi ....

Namun, aku tidak menyangka, gadis bernama Venus itu tiba-tiba berkata, "Rowan, aku pengen minum teh susu di jalan seberang. Tapi di luar hujannya deras sekali."

"Sayang, tinggal bayar saja. Banyak orang yang mau melakukannya."

Rowan mengerutkan keningnya dan melihat sekeliling ruangan, lalu pandangannya jatuh padaku. Dia memanggilku yang sudah hampir keluar dari pintu, lalu mengeluarkan setumpuk uang dari dompetnya dan menyodorkannya ke hadapanku.

"Pelayan, belikan aku segelas teh susu. Anggap saja ini tip untukmu."

Related chapters

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 2

    Rowan memberiku setumpuk uang yang tebal. Dilihat sekilas saja, nilainya lebih dari empat juta. Aku menggenggam sapu erat-erat hingga kuku-kuku jariku menusuk ke kulit.Murah hati sekali. Beli segelas teh susu saja bisa dapat uang sebanyak ini.Namun, jika aku tidak salah lihat, beberapa lembar uang di atasnya masih ada noda darah yang telah mengering. Itu adalah uang yang kutinggalkan untuk Rowan tadi malam sebelum aku pergi bekerja, uang hasil kerjaku di restoran barbeku.Saat menerima gaji, tanganku tidak sengaja terluka karena terkena pecahan botol. Darahku mengalir deras hingga membasahi sebagian uang. Namun, supaya Rowan tidak khawatir, aku hanya membalut luka itu seadanya dengan beberapa plester luka, mengenakan sarung tangan, dan langsung pulang.Rowan tidak menyadari apa pun. Dia hanya menikmati makan malam ulang tahunnya, lalu dengan santai mengatakan bahwa dia kehabisan biaya hidup.Aku tidak pernah menyangka, uang itu justru menjadi "imbalan" untukku membeli teh susu bagi p

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 3

    Aiden terkekeh sejenak, nada bicaranya menyiratkan ejekan, "Orang seperti itu saja bisa menarik perhatianmu? Benar-benar nggak punya otak. Di luar sana selama ini, kamu cuma bergaul sama orang-orang nggak jelas, sampai dipermainkan begini?"Mendengar ucapannya, kepalaku berdengung seolah-olah akan meledak. Aiden ... sudah lama tahu tentang hubunganku dengan Rowan?Kalau dipikir-pikir, memang masuk akal. Mereka berdua berasal dari lingkaran sosial yang sama, jadi tidak mengherankan jika Aiden bisa tahu.Jadi, selama ini dia hanya diam dan menyaksikan dari jauh? Aku menatap matanya yang dingin dan tajam, hatiku terasa lebih dingin daripada sebelumnya.Melihat keadaanku yang menyedihkan seperti ini, Aiden pasti merasa sangat puas, bukan?Di matanya, aku mungkin sama seperti ibuku. Perempuan matre yang mencoba meraih status lebih tinggi. Dia bahkan mungkin berpikir aku akan tetap bersama Rowan karena mengetahui identitasnya dan menjadi seseorang yang terus-menerus memohon perhatiannya.Tub

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 4

    "Kalian ini sebenarnya ngapain?" Suara sopir taksi yang terdengar kesal menarikku keluar dari lamunanku. Aku mengerutkan kening menatap Rowan."Pak, kami nggak jadi pergi," kata Rowan sambil melambaikan tangan kepada sopir. Dengan santainya, dia mengeluarkan dua lembar uang seratus ribuan dan menyerahkannya kepada sopir, lalu menyuruhnya pergi."Apa maumu sebenarnya?" Aku menghela napas panjang. "Rowan, permainan ini sudah selesai.""Inez, aku ...." Rowan menatapku dengan mata yang sedikit memerah. Setelah lama terdiam dan tampak ragu, dia akhirnya berbicara dengan suara yang hampir tak terdengar, "Maaf. Aku nggak seharusnya mempermainkanmu begini. Aku cuma ... awalnya merasa ini menyenangkan. Aku tahu aku salah, tolong maafkan aku."Aku memandang wajahnya dengan saksama, mencoba menilai seberapa tulus ucapannya itu."Aku ngomong jujur," katanya seolah-olah tahu aku sedang meragukannya.Rowan mengira aku masih marah, sehingga dia langsung berbicara lebih serius. "Jangan pergi. Besok ak

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 5

    "Kenapa! Kenapa aku harus diperlakukan seperti ini?" Aku membiarkan hujan deras mengguyur tubuhku, seolah-olah ingin melampiaskan semua kekesalan yang terpendam di hatiku dan memberikan diriku kebebasan untuk sekali ini saja.Besok, setelah bangun, aku harus menjadi Inez yang baru.Setelah puas meluapkan emosi, pakaianku sudah basah kuyup dan kepalaku mulai terasa pusing. Aku mengusap air mata dari wajahku, lalu mengambil koperku dan bersiap mencari tempat untuk sementara waktu.Namun, saat aku berbalik, aku melihat sosok yang tidak asing berdiri tidak jauh dariku. Seorang pria dengan payung di tangannya menatapku dengan mata dingin.Orang itu adalah Aiden.Ditemukan dalam kondisi selemah ini oleh Aiden membuatku merasa malu sekaligus rendah diri. Aku mengambil koperku dan menundukkan kepala untuk berpura-pura tidak melihatnya.Jika Aiden tahu situasi, dia seharusnya membiarkanku lewat tanpa berkomentar apa pun. Namun, Aiden bukan tipe orang yang memahami situasi. Ketika aku melewatiny

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 6

    Rowan berucap dengan serius, "Jalan-jalan cuma habisin uang, mending nggak usah. Hemat sedikit deh, soalnya beberapa hari lagi aku mau beli sepatu baru."Di dalam hatiku, aku merasa getir dan konyol. Rowan sepertinya melihatku. Dia ragu sejenak, lalu akhirnya mendekatiku.Kini, aku merasa sial setiap kali melihatnya. Jadi, aku sama sekali tidak ingin menghiraukan Rowan dan langsung berjalan ke toko reparasi jam yang ada di samping.Aku mengeluarkan jam tanganku dan menyerahkannya kepada pemilik toko. "Halo, tolong perbaiki jam ini."Pemilik toko melihat jam itu, lalu tatapannya berubah menjadi lebih hormat. "Jam ini keluaran lama, jadi perlu suku cadang khusus untuk diperbaiki. Tunggu sebentar ya."Aku tidak menyangka reparasi jam saja bisa begitu rumit. Aku pun duduk di kursi empuk yang ada di samping. Begitu duduk, berbagai camilan dan buah dihidangkan di depanku. "Silakan, Bu."Aku hendak mengucapkan terima kasih, tetapi Rowan tiba-tiba datang dengan marah. "Inez!"Aku merasa heran

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 7

    Namun, saat itu aku telah dibutakan oleh cinta sehingga mengabaikan nasihat Evelyn. Sekarang setelah dipikirkan kembali, kata-kata Evelyn ternyata benar. Rowan memang bajingan dan aku merasa sangat menyesal.Setelah tatapan Evelyn tidak begitu tajam lagi, aku meletakkan koperku dan duduk di ranjang. "Evelyn, yang kamu bilang benar. Rowan memang bajingan."Saat teringat pada semua pengorbananku untuk Rowan, hatiku terasa getir. Evelyn termangu sesaat melihat kesedihanku. Kemudian, dia segera turun dari ranjang dan menghampiri. "Ada apa?"Tatapannya dipenuhi kecemasan, membuat hatiku menghangat. Seketika, emosi yang kupendam akhirnya membeludak. Aku memberi tahu Evelyn semuanya."Rowan memang berengsek." Usai mendengar ceritaku, Evelyn menyeka air mataku. Sambil menahan amarah pada tatapannya, dia meneruskan, "Dia kira dia sudah hebat karena punya uang? Ayo, kita kasih dia pelajaran!"Aku segera menahan Evelyn dan berkata dengan terisak, "Evelyn, sekarang aku cuma ingin menjaga jarak dar

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 8

    Aku mendengar suara yang sangat familier, lalu tanpa sadar menoleh. Itu adalah Aiden.Hari ini, Aiden mengenakan pakaian kasual yang jarang terlihat. Namun, karismanya tetap sangat kuat. Kepercayaan diri dan ketenangan yang dimilikinya membuat semua orang di sekitar terdiam.Aiden berjalan ke sisiku dengan perlahan. Saat melihat kalung di tangan Rowan, dia mengernyit dan mencela, "Keluarga Permono di Kota Shaka ... sudah jatuh miskin ya?"Kalimat yang dilontarkan dengan santai itu sontak membuat ekspresi Rowan berubah drastis.Di kampus, Rowan suka merendah tentang kekayaannya. Dia tidak pernah membahas latar belakang keluarganya, tetapi selalu mengenakan pakaian bermerek. Teman-teman bersimpati padanya juga karena tidak tahu siapa dia sebenarnya.Mendengar ucapan Aiden, beberapa teman yang merupakan penduduk asli Kota Shaka langsung mengernyit. "Keluarga Permono? Yang berkecimpung di industri elektronik itu, 'kan?"Wajah Rowan semakin pucat. Jika kalung ini dibawa oleh mahasiswa biasa

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 9

    "Kamu ngapain? Aku masih harus kuliah!" Aku mengernyit.Di depan gerbang sekolah, terparkir sebuah mobil Bentley hitam dengan nomor plat mobil yang tampak sangat mencolok. Jelas sekali, itu adalah mobil Aiden.Aiden menarikku ke depan mobil, lalu berhenti dan menatapku dengan tatapan heran. "Dulu demi bocah Keluarga Permono itu, kamu sampai bolos dan bekerja paruh waktu. Saat itu kamu nggak merasa kuliah penting. Kenapa sekarang saat aku mencarimu, tiba-tiba kuliahmu jadi sangat penting?"Aiden membuka aibku dan membuatku semakin kesal."Masuk mobil dulu." Aiden tidak memberi kesempatan untuk menolak. Dia membuka pintu mobil dan menekan kepalaku, menyuruhku masuk ke kursi penumpang depan.Aku semakin gusar."Hm." Aiden membuka pintu pengemudi dan masuk, lalu melihatku yang cemberut. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengernyit. "Kamu marah karena aku mengganggu pengakuan cinta bocah itu?"Aku menarik napas dalam-dalam, agar tidak terlalu kesal terhadap Aiden."Kenapa kamu harus .

Latest chapter

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 100

    “Dasar berengsek!” Regan melangkah maju, lalu menampar Jonathan. “Sudah aku bilang berapa kali, ubah sikap hidung belangmu!”“Aku ….” Jonathan mengangkat kelopak matanya untuk menatapku. “Aku juga nggak tahu kalau dia itu adiknya Pak Aiden. Kalau Pak Aiden menikahi kakak, gimana kalau aku menikah dengan Bu Inez saja?”Ucapan yang dilontarkan Jonathan sangat mengejutkan. Hal itu membuat orang merasa benar-benar tidak berdaya, seakan-akan ingin menghajarnya. Namun, ketika kepikiran menghajarnya malah hanya akan berujung pada masalah hukum, semua orang pun mengurungkan niatnya untuk memukulnya.“Nggak boleh!” Empat suara terdengar serempak.“Kamu kira kamu siapa? Malah ingin menikahi adiknya Pak Aiden? Apa kamu bisa dibandingkan dengan kakakmu?” Kening Regan berkerut.“Jonathan, bisa nggak kamu berpikir dulu sebelum bicara?” Risca sungguh kehabisan kata-kata.“Inez memang bukan adik kandungku, tapi aku sangat menjaganya.” Tiba-tiba Aiden mendekatiku. “Aku berharap dia bisa bersama orang y

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 99

    “Siapa yang membuat cewek cantik bersedih?”Aku menoleh. Ketika melihat orang yang berjalan kemari, tiba-tiba aku merasa hidupku semakin terpuruk lagi.Malah ada Jonathan di sini, dia bagai seekor burung merak yang sedang mengepakkan sayapnya saja. Dia melangkah maju dengan penuh percaya diri, lalu berhenti di hadapanku. “Kenapa cewek secantik kamu malah bersedih?”Aku menatap gerakan mesum Jonathan dengan risi, tapi dia spontan tersenyum.Sepertinya pembagian gen ketiga anak Keluarga Kusnadi tidak merata. Risca pandai bersosialisasi, cerdas, dan cekatan. Bahkan Andre yang selalu diremehkan oleh mereka berdua, sebenarnya juga cukup cerdik. Satu-satunya yang berbeda itu adalah Jonathan, dia tidak ada bedanya dengan orang bodoh.Anthony mendekatiku dan mengulurkan tangannya berniat menyentuh wajahku. Aku segera menghindar ke belakang. Tatapanku penuh dengan rasa jijik. “Pak Anthony, tolong jaga sikapmu.”Jonathan gagal menyentuhku. Dia menatap tangannya yang berhenti di udara dengan terk

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 98

    “Tentu saja.” Regan berkata dengan santai, “Keluarga Kusnadi sudah lama berkecimpung di dunia bisnis dan berhasil menjadi yang terdepan di industri ini berkat kekuatan kami. Aku tahu selama ini Pak Aiden selalu membeli bahan langka dari Negara Arkava dengan harga tinggi. Tapi kebetulan sekali, Grup Kusnadi juga memiliki material itu.”Darren yang duduk di sebelahku tiba-tiba tertawa kecil dengan nada mengejek. “Omong kosong!”“Kenapa?” Aku baru saja memasuki Grup Faslim, masih belum berhubungan soal suplai bahan.“Material langka yang kita beli memang hanya dimiliki Negara Arkava. Material-material ini justru dibutuhkan dalam riset kami. Oleh karena itu, setiap tahun kami harus membeli bahan baku senilai ratusan miliar dari Negara Arkava.”“Sebanyak itu?” Aku merasa syok.“Sudah tergolong sedikit.” Darren menurunkan kelopak matanya. “Orang-orang Negara Arkava itu benar-benar nggak punya prinsip dalam berbisnis. Mereka sering ingkar janji. Harga yang mereka berikan kepada kita bahkan 10

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 97

    Aiden menjadi bintang utama dalam perjamuan malam ini. Regan terus menyanjungnya. Dia bertanya soal bisnis Aiden, lalu bertanya soal kehidupan pribadi Aiden. Hanya saja, tidak sekali pun dia mengungkit soal kerja sama.Aku dan Darren duduk di ujung, di area yang tidak diperhatikan orang-orang. Semuanya sungguh sesuai dengan harapanku. “Pak Aiden, kamu juga sudah nggak muda lagi. Apa kamu sudah punya kekasih?” tanya Regan secara tiba-tiba.Aku langsung menghentikan gerakan tanganku yang sedang mengambil makanan. Aku ingin mendengar jawaban Aiden.Namun setelah menunggu beberapa saat, aku tidak dapat mendengar suara Aiden. Aku spontan mengangkat kepalaku ingin melihat ekspresinya.Siapa sangka, saat aku mengangkat kepalaku, kebetulan tatapanku berpapasan dengan tatapan Aiden. Pada saat itu, aku langsung menundukkan kepalaku. Pikiranku sangat kacau. Kenapa Aiden melihatku?Terlintas lagi masalah itu di benakku. Aku segera mengambil sepotong daging dan mengunyahnya, berlagak tidak mengeta

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 96

    “Ergh ….” Kali ini Darren tidak mengedipkan matanya lagi. Dia mengeluarkan ponselnya, lalu menekan mode speaker. “Pak Aiden, apa … kamu sudah mendengarnya?”“Emm.” Terdengar suara tawa Aiden dari ujung telepon. “Nggak usah nyanyi ataupun nari, dia terlalu kaku. Nggak enak untuk dipandang.”Aku ….Aiden memang pintar dalam menyindir. Selalu saja bisa menusuk hatiku. Mulutnya memang berbisa sekali.“Nggak usah siapin apa-apa. Cukup datang menjemputku saja.” Setelah panggilan diakhiri, aku langsung melihat ke pria kurang ajar itu. “Darren!”Darren melepaskan headset bluetooth-nya, lalu segera melangkah mundur. “Semua ini bukan salahku. Aku sudah beri isyarat kepadamu. Kamu sendiri yang nggak tangkap.”Pada jam 7 esok pagi, aku sudah mempersiapkan diri untuk muncul di bandara Kota Manthana. Aku datang menjemput bosku dengan tidak puas.Aiden menggerek koper berwarna hitam, lalu melangkah kemari dengan santai.Ketika Aiden melewati sisiku, dia melepaskan kacamata hitamnya, lalu berkata, “S

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 95

    Tatapanku tertuju pada diri Andre. Aku sedang berusaha mencari tahu bagaimana Andre yang sebenarnya.Mungkin tatapanku terlalu kelihatan. Tiba-tiba Andre menyembunyikan ekspresi percaya dirinya, melainkan menatapku dengan mencemberutkan wajahnya. “Inez, jangan-jangan … kamu merasa aku sangat menyeramkan?”“Kenapa?” Aku sungguh kaget dengan pemikiran Andre.“Emm ….” Andre bagai seorang pria yang sangat pemalu. Dia menggaruk kepalanya. “Kamu merasa aku itu bermuka 2.”Aku melihat sendiri bagaimana sosok Andre ditindas waktu itu. Jadi, aku pun merasa salut terhadap Andre.“Bagaimana mungkin?” Aku tersenyum tipis. “Aku hanya akan merasa kamu sangat pemberani.”Aku mengatakan dengan tulus, tetapi sepertinya Andre masih tidak percaya. Dia bertanya lagi, “Benarkah? Apa benar kamu merasa seperti itu? Inez, pemikiranmu sangat penting bagiku.”Lantaran sikap Andre terlalu ramah, aku pun merasa agak bingung. “Kenapa?”“Karena ….” Andre tersenyum dengan canggung. “Aku menganggapmu sebagai teman te

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 94

    Senyuman di wajah Regan tidak kelihatan lagi. Dia menurunkan kelopak matanya. Setelah berpikir beberapa saat, dia mengangkat kepalanya untuk menatap kami. “Kalau begitu, aku terus terang saja sama kalian. Masalah ini masih bisa didiskusikan, tapi aku nggak ingin diskusi sama kalian. Kalau Pak Aiden bisa datang langsung ke sini dan aku bisa melihat ketulusan hati kalian, bisa jadi transaksi ini bisa dilanjutkan.”Sejak keluar dari ruangan Regan, suasana hatiku dan Darren terasa penat.“Untung saja ada kamu yang bertanya secara langsung, barulah kita tahu apa yang dia inginkan. Sebelumnya aku pernah berbicara beberapa kali dengan Pak Regan, tapi dia selalu mengalihkan pembicaraan. Aku juga nggak tahu bagaimana menghadapinya lagi.”Ini pertama kalinya aku merasa kegagalan dalam pekerjaanku. Suasana hatiku juga tidak bagus. “Si Regan ini memang licik sekali.”“Semuanya juga tahu, tapi apa lagi yang bisa kita lakukan?” Darren menghela napas panjang, lalu berkata dengan nada bercanda, “Kalau

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 93

    Kedua mataku berkilauan. “Benarkah?”“Tentu saja benar.” Nada bicara Evelyn terdengar arogan. “Ibuku terus suruh aku pulang untuk mengunjunginya.”Saat penerbangan ke Kota Manthana, Darren menjelaskan secara ringkas mengenai kondisi di sana.“Sekarang satu-satunya yang bisa menyuplai bahan baku polimer yang kita butuhkan adalah Grup Kusnadi. Pemilik Grup Kusnadi, Regan Kusnadi, adalah target utama kunjungan kita kali ini.”Keluarga Kusnadi di Kota Manthana? Hatiku langsung berdebar. Tidakkah semuanya terlalu kebetulan?“Apa alasan rekan kerja sebelumnya nggak berhasil mendapatkan orderan?” tanya aku dengan nada menguji.“Kondisi agak rumit.” Darren mengerutkan sedikit keningnya. “Mengenai detailnya, aku juga belum mengatakannya dengan jelas, tapi ada yang bisa aku pastikan, Pak Regan sengaja persulit kita.”“Kenapa?” Aku merasa syok. “Bukannya kalau harganya cocok, transaksi bisa dijalankan?”“Dunia bisnis nggak segampang yang kamu kira.” Darren menghela napas. “Bahan baku polimer kita

  • ⁠Kakak Tiriku Jadi Pacarku   Bab 92

    “Kamu ….” Aku menatap ekspresi dingin di wajah Aiden. Tiba-tiba hatiku terasa penat. Aku juga tidak tahu ada apa dengan diriku, hanya saja aku malah ingin menangis.Aku membalikkan tubuhku berjalan meninggalkan ruangan Aiden. Aku berdiri di depan pintu sembari menarik napas dalam-dalam. Kemudian, aku melihat sekilas pintu ruangan yang sudah tertutup rapat.“Dasar manusia nggak punya hati!” sindir aku dengan nada sinis.Setelah kembali ke ruang kerjaku, suasana hatiku masih terasa tidak bagus. Hanya saja, rekan kerjaku malah kelihatan sangat bersemangat. “Astaga! Coba kalian lihat ada berita heboh apa hari ini!”“Apa?” Leila bagai takut ketinggalan berita saja, langsung berdiri di tempat.“Grup Canata bangkrut!”“Apa?” Kali ini, aku tidak bisa bersikap tenang lagi. Aku segera berjalan ke belakang Ariana, lalu menatap ke layar komputernya.“Grup Canata terungkap menjual produk nggak memenuhi standar. Selain itu, Lucas dari Grup Canata, membangun bisnisnya dengan dukungan istrinya. Sekara

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status