Tanda kepemilikan memang tak nampak, tapi orang yang punya kepentingan paham akan itu.
~
Fabian Vero Dirgantara
Chief Executive Officer
Sosok pria sedang tersenyum menatap layar yang menampil foto, nama, dan jabatannya. Tadi ia diberitahu oleh sang kakak bahwa website perusahaan Nusa cabang Indonesia sudah diperbarui. Sebab itu ia bergegas mengecek website tersebut.
Dan benar saja, fotonya dengan wajah datar tanpa senyum langsung terpampang di halaman pertama. Dimana di bawahnya tertera banyaknya prestasi yang sudah ia raih. Ah, akhirnya mimpinya jadi kenyataan.
Ting
Mendengar suara notifikasi, membuat pria bernama Bian itu mengalihkan atensinya. Ia membuang nafas keras ketika membaca pesan sang kakak yang menyuruh dirinya menuju meeting room di lantai 6.
Tidak ingin peduli, Bian malah beranjak dari duduknya dan merebahkan tubuh di atas kasur. Ia sangat lelah setelah mengudara selama berjam-jam.
Mumpung ia tidak sibuk, izinkan dirinya untuk memperkenalkan diri. Fabian, atau yang biasa dipanggil dengan nama Bian ini adalah seorang kapiten. Ah maaf, salah. Maksudnya ia adalah anak dari pemilik dan pembangun perusahaan Nusa.
Perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan ini sudah dibangun sejak tahun 2015 di kawasan London. Karena perusahaan pusat yang sudah sangat maju, sang Papa pun memutuskan untuk melebarkan kawasan bisnisnya sampai ke Indonesia.
Beliau membuka perusahaan cabang pertama di negeri tanah air tercinta, Indonesia pada tahun 2019 dan dipegang oleh Demi, yang merupakan kakak kandung Bian.
Saat peresmian perusahaan Nusa, Bian dan kedua orangtuanya juga datang ke Indonesia. Tapi seminggu kemudian mereka langsung kembali ke London karena ada suatu problem.
Dua tahun bekerja sebagai manager di perusahaan pusat membuat sang Papa memberikan apresiasi padanya. Beliau memberi amanah pada Bian untuk mengambil alih perusahaan cabang
Selain itu, karena Arga, Papa Bian yang sudah terlalu tua untuk menjabat sebagai CEO, ia akan melantik Demi untuk menjadi penggantinya di perusahaan pusat.
Me and my broken heart
Nada dering telfon itu membuat Bian mengerang kesal. Siapa sih yang menelfonnya, menganggu saja. Ia masih lelah Tuhan.
All i need is a little love in my life
All i need is a little love in the dark
A little but...
"Apa" ucap Bian malas-malasan. Jika telfon dari kakaknya ini tidak penting, ia akan menghajarnya saat bertemu nanti.
"Dimana? Kok belum nyampe"
"Iya otw"
"Otw tuh dimana?"
"Otw tidur maksudnya. Kenapa sih Bang, gue ngantuk sumpah"
Mata Bian bahkan sudah sangat berat sekarang. Tubuhnya terlalu lelah dan butuh istirahat.
"Kalo mau tau info tentang first crush lo itu buruan dateng ke meeting room lantai 6. Jangan salahin gue kalo dia pergi dari sini"
First crush? Bian tidak salah dengar kan? Memangnya punya informasi apa kakaknya itu? Sebentar, dia kan sudah menetap 3 tahun disini. Jadi ada kemungkinan kalo Demi tau sesuatu tentang dia.
Setelah mematikan panggilan telepon sepihak, Bian pun bergegas ke lantai 6. Entah kenapa perutnya seolah dipenuhi oleh kupu-kupu sekarang.
"Giliran masalah dia aja langsung gercep. Nih periksa dulu" ucap Demi sambil memberikan berkas kerja sama dengan klien penting.
Bian yang membaca berkas itu langsung menghela nafas kasar. Kurang ajar. Ternyata sang kakak membohonginya. Tau gitu ia akan tetap tidur tadi. Ish.
"Uda ngga usah ngumpatin gue. Ayo masuk"
Melihat sosok gadis yang sedang memejamkan mata sambil bersandar di sofa membuat Bian mengernyitkan dahi bingung. Kenapa Demi mengajaknya kesini?
"Gimana Nai?"
Nai? Gadis itu benar-benar Naira? Sosok yang ia cintai sejak tahun 2010? Benarkah? Bian pun menatap Demi untuk mencari jawaban. Dan pria itu dengan tegas mengangguk sambil tersenyum.
Saat sudah mendaratkan pantat di sofa, Bian memperhatikan raut wajah lelah Naira. Beberapa detik kemudian, bocah itu menatap ke arahnya dengan tatapan memuja. Iya benar, lihat saja, bahkan matanya seolah berbinar.
Karena ingin menyadarkan gadis itu, Bian pun menampilkan senyum miring. Senyum andalannya yang paling dibenci oleh Naira dulu. Ia penasaran, apakah gadis itu bisa mengenalinya.
Gotcha
Gadis itu langsung membuang muka dan mengarahkan mata ke sembarang arah. Apa dia sudah mengenali Bian? Tapi jika iya, kenapa reaksinya biasa-biasa aja? Apa jangan-jangan, gadis itu sudah melupakannya?
"Coba liat berkas ini Yan"
Bian pun mengambil berkas yang disodorkan sang kakak padanya. Baiklah mari kita lupakan masalah gadis di depannya dan fokus memeriksa berkas yang disodorkan oleh Demi.
Aneh. Ini benar-benar aneh. Sejak kapan penurunan pengunjung di hotel dapat meningkatkan pendapatan hingga 10%? Pemasukan itu seolah uang dari jin tomang yang tiba-tiba muncul. Darimana asal usulnya?
"Aneh ya?" Tanya Demi sambil tersenyum bingung. Ia tidak habis pikir kenapa bisa data pemasukan Nusa Amazing Hotel bisa membuatnya speechless.
"Banget. Data bulan-bulan kemaren juga kayak gini?"
"Iya Pak, saya sudah mengecek data dari tahun lalu" ucap Naira tanpa bersitatap dengannya.
"Kamu urus masalah ini ya Yan. Abang uda ngantuk. Oh iya Nai, ini uda malem banget, kamu nginep disini aja. Nanti minta kunci kamar ke asisten GM"
Bian hanya mengangguk kemudian kembali meneliti data-data di tangannya. Sekali-kali ia melirik ke arah Naira yang tidak terganggu dengan tatapannya. Bahkan saking fokusnya, gadis itu sampai berdecak beberapa kali saat melihat keanehan di beberapa data.
Ok Bian, sekarang belum waktunya untuk memikirkan percintaan. Mengetahui info bahwa ternyata Naira ada di radarnya saja membuatnya sujud syukur.
Bian menghembuskan nafas keras kemudian menyenderkan punggungnya di sofa. Tubuhnya seolah semakin remuk sekarang. Duh, baru datang ke Indonesia, ia sudah disuguhi masalah rumit seperti ini.
Melihat Naira yang sudah tertidur nyenyak dengan berkas yang masih terbuka di tangannya membuat Bian tersenyum. Lihatlah, betapa cantiknya dia sekarang. Dia sama sekali tidak berubah.
Enam tahun sudah ia tidak bertemu dengan Naira, tapi gadis itu masih tetap cantik, bahkan lebih cantik dengan bulu mata yang semakin lentik. Ia sangat bersyukur Tuhan memudahkannya untuk menemukan dia.
Karena jam yang sudah menunjukkan pukul 10, Bian pun menggendong Naira ala bridal style menuju kamarnya. Biar saja kalian menyebutnya brengsek, ia hanya ingin menghabiskan malam bersama gadis pujaannya.
Dengan lembut, Bian menidurkan Naira di atas kasurnya. Gadis itu menggeliat pelan mencari posisi nyaman dan kemudian kembali tertidur nyenyak.
Melihat wajah teduh Naira sedekat ini membuat jantung Bian kembali berdetak tak normal. Ia sampai meringis karena bisa mendengar detakan yang bak dangdutan itu. Sudah lama ia tidak merasakan rasa nano-nano seperti ini.
Sekelebat bayangan tentang sosok pria membuat Bian sadar. Ia pun menjauhkan tubuhnya dari Naira dan kemudian duduk di sofa yang berada tepat di samping kasur. Emosinya tiba-tiba memuncak karena memori yang tiba-tiba muncul itu.
Ekspresi Bian yang semula penuh kebahagian seketika luntur dan beralih menjadi wajah garang dan murka. Bahkan seluruh badannya terasa panas. Ah, sepertinya ia harus mandi air dingin malam ini.
Setelah selesai membersihkan tubuhnya yang terasa lengket, Bian pun duduk di kasur sambil memandang lekat gadis yang sekarang sudah berpindah posisi menghadapnya. Saking nyenyaknya, Naira sampai memakai guling kesayangannya.
Iya guling, teman tidur Bian yang sudah menemaninya sejak masih SD. Guling itu menjadi saksi bisu perjuangannya hingga bisa berada di titik sekarang.
Kemana pun Bian pergi, pasti ia selalu mengikutsertakan guling itu. Rasanya ia tidak bisa tidur jika tidak ada guling buatan tangan sang Mama. Duh, sudah keliatan ya kalau ia jones. Hiks.
Sebentar, kenapa Bian membahas guling?
Karena sudah lelah, ia pun merebahkan tubuh tepat di samping Naira dan kemudian menghadapnya. Bian sangat rindu dengan gadis ini. Tapi setelah bertemu, kenapa ia jadi semakin rindu? Sekarang dia memang dekat, tapi di sisi lain Naira sangat jauh.
Kalian tau alasannya?
Karena Naira bukan lagi miliknya. Gadis itu sudah menjalin hubungan dengan pria lain. Di saat dirinya mati-matian menyambung hidup, ternyata dia begitu mudahnya move on dan berpaling pada pria lain.
Lupakan hal menyakitkan itu sekarang. Bian hanya ingin mengabiskan waktu kembali bersama gadis pujaannya. Dengan hati-hati, ia menyingkirkan anak rambut Naira dan menyisipkannya di belakang telinga.
Cantik.
Karena tidak ingin menyia-nyiakan momen indah ini, Bian pun membawa Naira ke dalam pelukannya dan mulai memejamkan mata. Entah apa yang terjadi saat gadis itu membuka mata, Bian tidak peduli.
*****
Cahaya yang masuk melalui jendela membuat Bian terganggu. Hal pertama yang ia lihat adalah rambut hitam legam. Harum bunga mawar membuatnya semakin nyaman.
Bian tersenyum senang saat melihat tangan dan kaki Naira yang menindihnya bak guling. Bahkan gadis itu dengan santainya menggosok-gosokkan wajahnya ke dada Bian. Dia tidak tau apa bahwa peliharaannya sekarang sudah terbangun. Ok, jangan gegabah.
"Engh.."
Bian menutup matanya kembali mendengar erangan itu. Ia harus pura-pura tidur seolah tidak terjadi apa-apa. Bulu kuduknya sampai meremang saat merasakan nafas Naira di dadanya. Ini gila. Benar-benar gila.
Jantung Bian terasa melompat dari tubuhnya saat merasakan getaran hebat dari tubuh bagian bawahnya. Ia yakin sekarang gadis itu sedang syok sambil merutuki nasibnya.
Tit
Krieet
Bian langsung membuka mata saat mendengar suara pintu yang terbuka itu. Gawat. Siapa yang berani masuk ke dalam kamarnya.
"Yan, berkas yang kema... APA-APAAN KALIAN INI?"
Deg
Mata Bian sontak melotot dan refleks duduk menghadap sumber suara. Tatapan tajam yang menghunus tepat padanya membuat ia meringis. Mati mati. Sepertinya ia akan mendapatkan ceramah panjang lebar setelah ini.
*****
Tell your name if you want make my heart hurt again.~SeninHari yang paling dibenci beberapa orang, termasuk dirinya. Bukan karena hari ini penuh kesialan, bukan. Tapi karena hari liburnya sudah berakhir dan harus kembali bekerja bak orang kesetanan.Bayangan tentang kejadian sabtu pagi membuat Naira meringis pelan. Bahkan rasanya ia tidak punya muka untuk bertemu dengan Bos beserta adiknya itu.[Flashback on]Karena masih terlalu nyaman, Naira pun semakin mengeratkan guling di tangan dan kakinya. Entah kenapa rasanya sangat hangat. Tapi sebentar, kenapa guling ini keras sekali?Naira mengernyitkan dahi begitu membuka matanya. Ia mengucek mata beberapa kali kemudian terdiam sesaat. Apa ini yang ada didepannya. Sepertinya kulit manusia.Hah? Kulit manusia?Tidak, tidak. Pasti ia sedang mimpi. Iya benar. Pasti otaknya masih konslet karena baru bangun tidur. Merasakan sesuatu yang keras dan menusuk bagian bawahnya m
Sesuatu yang dipaksakan tidak akan berakhir baik. Jadi, aku akan menunggu sampai kamu siap.~"Aaarrrggghh"Bian menggaruk kepalanya kasar. Sejak pagi, ia tidak bisa fokus dengan pekerjaannya. Percakapannya dengan Naira tadi masih terngiang jelas di otaknya. Dan satu yang membuat hatinya nyeri...Gadis itu menangis.Jujur, ini pertama kalinya. Iya benar, 3 tahun lalu menjalin hubungan dengan gadis itu, tapi Bian tidak pernah sekalipun melihat Naira sedih, apalagi sampai menangis. Apa ia sudah keterlaluan?Tok tok tok"Masuk" perintah Bian sambil mengecek data di tangannya dan yang ada di komputer.Tanpa melihat pun, Bian tau siapa gerangan yang masuk ruangannya. Siapa lagi kalau bukan Naira. Asisten sok sibuk yang mencoba untuk bersikap profesional. Lihat saja, gadis itu bahkan tidak berani menatapnya. Ck ck ck."Pak ini ada kiriman berkas dari asisten GM hotel""Taruh saja di meja. Oh ya, hari ini saya masih ada
Bulan yang datang di waktu yang salah memang memalukan.~Naira bergerak gelisah di tempat duduknya. Di tengah meeting dengan pak Rino tadi, ia merasakan ada sesuatu yang keluar dari bagian bawahnya. Aduh, tidak lucu kan jika bulanannya datang di waktu yang tidak tepat seperti ini.Setelah kepergian pak Rino, ia ingin sekali ke toilet dan mengecek tamu itu. Tapi, bagaimana kalau sampai tembus? Mana sekarang ia pakai celana putih. Hiks."Kenapa?""En-engga apa-apa kok Pak" ucap Naira sambil nyengir. Ya kali ia bilang pada Bos kalo tamu bulannya sedang datang. Bisa malu tujuh turunan."Ngga usah bicara formal. Jam kerja sudah berakhir"Yeee, bilangnya ngga usah bicara formal, tapi dia sendiri sedang bicara formal. Tak tau lah. Naira sudah capek menghadapi Bian."Ayo pulang""Eh eh, bentar Pak, jangan pulang dulu" mati-mati. Bagaimana ini Tuhan? Mana baju yang dipakainya tidak sampai menutupi pantat. Hiks."Kenapa la
Pria penasaran dengan pembalut, bukan tindak kriminal kan?~Naira pun langsung masuk ke minimarket dan menuju deretan rak yang berisi pembalut. Sebenarnya ia ingin membeli banyak karena stok di kostnya juga sudah menipis. Tapi ia sedikit malu pada Bian."35 cm? Sepanjang itu punya kamu? Seriously? Wow, amazing"Heh? Naira langsung menggeplak bahu Bian kencang. Bagaimana tidak, pria itu mengatakan hal memalukan tersebut dengan suara kencang.Bahkan beberapa karyawan minimarket sampai menahan tawa. Duh, mau di taruh dimana mukanya yang tidak seberapa cantik ini? Hiks."Aaaawww. Heh, saya ini Bos kamu. Berani-beraninya...""Uda deh pak diem aja. Itu mulut, mau saya sumpel pake pembalut?"Pria itu hanya meringis kemudian berjalan ke kasir. Duh, ingin sekali Naira mencakar punggung Bian dengan trisula.Tidak ingin peduli dengan keberadaan pria menyebalkan itu, Naira pun mengambil beberapa bungkus benda kramat dan
Pengangguran di tanya kapan kerja, setelah bekerja dimintain mantu. Susah ya jadi manusia.~Malam ini sudah Bian catat sebagai salah satu malam terindah dalam hidupnya. Sejak tadi, senyumnya tidak bisa luntur dari sang wajah. Bahkan sesekali ia tertawa keras bak orang gila yang kesetanan.Sudah gila, kesetanan pula.Tenang saja, apartemen yang dihuni Bian ini memang kedap suara. Jadi tidak akan ada yang mendengar kegilaannya.Bian merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Pikirannya melambung membayangkan ekspresi Naira yang kesal karena ia yang terus menggodanya.Entah apa yang terjadi pada dirinya sekarang, Bian benar-benar tidak tau. Padahal ia bukan tipe cowok yang suka menggoda perempuan meskipun itu pacar, keluarga, atau teman. Bahkan dulu saat ia pacaran dengan Naira, sekalipun Bian tidak pernah menggoda gadis itu. Aneh kan?Bian adalah sosok pria cool yang lebih suka diam. Tapi itu tidak berlaku untuk keluarga dan sesuatu yang mem
Padahal tidak pernah ada pelajaran kode kemauan manusia, jadi kenapa mereka suka sekali dengan kode? Dan bagaimana cara memahami kode itu?~"MAS ADAM JANGAN NUTUPIN JALANKUUU""EH, EH MBAK JIYA, MINGGIR MBAK MINGGIR""GANENDRA, MINGGIR LO KAMPRET"TitYeah, setelah melewati banyaknya rintangan bak ninja warior, akhirnya Naira bisa menempelkan jari jempolnya di finger print yang terletak di dalam ruang fotokopi. Kalau bukan karena hpnya yang lowbatt ia tidak akan telat ke kantor.Biasanya Naira memesan ojek saat berangkat kerja, tapi karena hpnya yang lupa di charge semalam, ia jadi kelimpungan dan heboh menyetop taksi dan berakhir tidak dapat. Untung saja ada Hilmi yang kebetulan lewat depan kosnya.Jangan senang dulu. Meskipun sudah absen, tapi ia sudah telat karena jam yang sudah menunjukkan pukul 8.30. Gila, baru kali ini ia terlambat sampai 30 menit."Gila lo Nai, sekalian aja berangkat pas isoma. Ck ck ck" ucap Gan
Waktu paling ditunggu-tunggu saat bekerja adalah isoma, iya kan? Selain bisa istirahat, tentunya bisa bercanda gurau.~Jika ini komik, pasti pintu tertutup berwarna putih itu sudah berlubang karena terlalu lama ditatap oleh Naira. Ia sungguh kesal pada bosnya yang sejak tadi meneriakkan namanya.Ada mungkin 7 kali Naira bolak-balik selama 2 jam lalu. Ia sih tidak masalah jika ada sesuatu yang penting. Tapi yang membuatnya dongkol berkepanjangan, bosnya itu memanggil dirinya hanya untuk hal-hal sepele yang dia sendiri bisa melakukannya.Contohnya seperti mengambil pulpen yang jatuh tepat dikakinya, menutup gorden jendela, bahkan menurunkan suhu AC. Dan barusan, Naira disuruh untuk menyingkirkan anak rambut yang menutupi matanya.Gila kan?Jika dia bukan bos, pasti Naira sudah menendang tulang keringnya. Jika dia bukan bos, pasti kepala pria itu sudah ia tempeleng dengan tumpukan berkas. Dan jika dia bukan bos, ingin rasanya Naira menenggelam
Susah jadi cecunguk. Mau jadi istri bos aja, boleh ngga?~Naira sampai melongo saat suara itu tiba-tiba terdengar dan diikuti sosok pria yang berjalan di samping mejanya. Ia lihat jelas bahwa pria yang notabene bosnya itu tengah melirik dirinya tajam."Iya pak, saya ingat kok. Setelah ini saya langsung ke lokasi" ucap Hilmi dengan senyum yang dipaksakan. Jika bukan bos, pasti sudah ia jitak kepalanya. Bikin emosi saja."Abangnya kayak malaikat eh adeknya titisan setan. Liat tuh Nai mukanya tadi, kayak lagi nahan kentut"Naira hanya tertawa mendengar gerutuan sepupunya itu. Ya mungkin baru kali ini Hilmi bertemu langsung dengan bos yang memang sudah dicap setan oleh para karyawan."Lo ngga inget sama dia?""Siapa? Si bos?" Tanya Hilmi sambil menyuapkan nasi ke dalam mulutnya."Iya, dia mantan gue"Uhuk uhukPrangPaduan suara yang terjadi di mejanya membuat Naira meringis pelan. Bahkan sekarang kedua manusi
Kenapa harus bertemu jika hanya menebarkan garam di atas luka? Takdir sungguh kejam.~"Uda sah? Ha ha ha, halu banget tuh orang"Wajah Bian sontak berubah menjadi cemas. Pikirannya melambung, berusaha mengingat wajah Naira yang terlampau serius saat mengatakan hal itu.Tidak mungkin kan kalau dia sudah menikah. Buktinya status di CV gadis itu masih lajang. Iya benar, gara-gara penasaran, Bian sampai meminta data tersebut pada salah satu karyawan HRD.Yang pasti bukan Hilmi. Bisa gawat kalau pria itu mengadu pada Naira jika dirinya ini kepo dengan asistennya. Iya kalau dia hanya mengadu, kalau sampai menghajarnya bagaimana?Masalahnya, Bian belum tau status diantara mereka, jadi ia tidak boleh gegabah. Naira juga tidak mengatakan dengan siapa dia menjalin hubungan. Bisa jadi dengan Ganendra, Hilmi, atau bahkan dengan pria yang mengantarkan gadis itu ke kantor.Atau jangan-jangan dia madih berhubungan dengan pria sewaktu SMA itu?Ah entahlah, ia jadi pusing."Woy ngelamun aja. Mikirin
Jika tukang bangunan menghasilkan rumah dan gedung, maka tukang nyindir menghasilkan... Ada yang bisa jawab?~Bian meringis pelan saat menerima berkas yang diberikan oleh Tiur. Bagaimana bisa berkas penting ini ada padanya?"Kok ada di kamu?""Gimana pak?"Ia menghembuskan nafas pelan kemudian membuka berkas itu. Benar, ini berkas yang sama dengan yang ia lihat kemarin. Jadi, dimana Tiur menemukannya."Kenapa berkas ini ada di kamu?" Tanya Bian lagi dengan dahi mengernyit bingung."Kan bapak sendiri yang ngasih ke saya kemarin"Hah? Kapan? Kenapa Bian tidak ingat hal itu sama sekali? Sebentar-sebentar, sepertinya Bian mengingat sesuatu.Rasyid memberikan berkas itu tepat saat dirinya selesai meeting. Karena sibuk, ia tanpa sadar memberikan berkas itu pada... Tiur? Oh god, harusnya kan ia memberikan berkas itu pada Naira yang merupakan asistennya. Pantas saja gadis itu ngotot bahwa berkas penting ini tidak ada padanya. Duh, dasar Bian bodoh."Kenapa pak? Saya ngga boleh liat berkas i
Lebih enak mana, bos adalah mantanmu, atau mantan adalah bosmu? Serius nanya.~"Kamu gimana sih? Itu berkas penting Nai""Iya pak, saya juga tau. Tapi saya ngga ngerasa nerima berkas itu" ia sampai menekankan semua kata yang diucapkan.Baru 2 jam ia bekerja, Naira sudah mendapat amukan dari Bian. Berkas dari Rasyid mengenai gaji di hotel Nusa yang diterima langsung oleh Bian menghilang.Entah dimana pria itu menyimpan berkasnya, yang pasti Naira sama sekali tidak merasa menerima berkas itu. Boro-boro menerima, ia melihat saja tidak.Yang jadi masalah, kenapa Bian malah menyalahkannya? Ah pria itu memang suka melemparkan kasus yang ia buat sendiri. Menyebalkan."Meskipun kamu ngga nerima, tapi kan kamu yang beresin meja kerja saya. Jadi otomatis kamu harus bertanggung jawab karena berkas itu hilang"Mampus. Kenapa Naira tidak memikirkan kemungkinan itu? Bisa jadi berkas itu keselip dengan berkas lain. Sebaiknya ia segera mencari berkas itu sebelum mendapat amukan yang lebih parah. Bis
Aku memang sudah melatih tanganku untuk mengendalikan stik drum. Tapi hatimu, aku masih tidak paham bagaimana cara menjinakkannya.~ Tangan dan kaki Bian tidak bisa berhenti bergerak saat Bimo mulai menyanyikan sebuah lagu. Ia sendiri sedang memainkan drum dengan senyuman yang merekah di wajahnya.Sudah lama ia tidak memegang alat musik, apalagi ngeband seperti ini. Ya semoga saja bakatnya masih tersimpan. Jika tidak, bisa malu dirinya karena salah nada.Lagu jadilah legenda yang dinyanyikan oleh SID benar-benar membuat suasana menjadi syahdu. Lirik lagunya yang berisi ungkapan kebanggan untuk negara tercinta itu benar-benar membangkitkan semangat semua orang.Bimo yang kini menjadi vokalis, benar-benar bisa membangun suasana yang meriah. Semua orang yang tadinya sibuk dengan kegiatan masing-masing, langsung mendekat ke arah panggung.Suaranya yang memang cukup besar dan dalam, terdengar sangat cocok dengan lagu yang ia bawakan. Semangat pria itu yang begitu membara semakin membuat p
Naira cantik, siapa yang punya? Tentu saja bapak ibunya, hiks.~Bian menaikkan satu alisnya saat melihat Naira yang menatapnya dengan mata penuh kebencian. Ia jadi bingung, apa salahnya sampai mendapat pelototan seperti itu.Ia disini kan hanya untuk menghadiri acara reuni. Karena ini adalah reuni SMP pertama yang ia ikuti, jadi Bian menjadikan taman hotel perusahaannya untuk lokasi pertemuan.Tak hanya penyedia tempat, ia juga sudah menyuruh para koki hotel untuk menyiapkan beberapa hidangan lezat. Bahkan ia juga memerintah beberapa karyawan untuk membuat panggung. Asal kalian tau, apapun akan Bian lakukan demi Naira. Ya meskipun gadis itu sudah menduakannya. Tapi ia ingin Naira melihat bahwa inilah Bian sekarang. Sudah sukses dengan harta kekayaan yang menggunung.Siapa tau kan gadis itu akan memutuskan pacarnya dan kembali pada Bian. Ia memang mengharapkan itu terjadi. Meskipun ia benci, tapi rasa cintanya lebih besar pada Naira."Ehm maaf, mas siapa ya?" T
Dimanakah tempat aman bagi Naira? Masuk kardus dan dipaketin ke gurun sahara, sampe tidak ya?~Naira menghembuskan nafas pasrah melihat Silla yang heboh membawa sesuatu dan meletakkannya di kamar kost. Niatnya yang ingin langsung tidur sepulang kerja ternyata hanya angan-angan.Selama dirinya masih berteman dengan Silla, itu tandanya hidup Naira tidak akan pernah tenang. Seperti sekarang ini, meskipun ia bilang tidak, pasti dia akan tetap menyeretnya untuk datang ke sebuah acara yang menurutnya tidak penting.Ya Reuni, salah satu hal yang paling dibenci Naira. Jika bukan karena temannya yang heboh meminta dirinya untuk ikut, ia tidak akan sudi datang ke acara itu.Bayangkan saja, siapa sih zaman sekarang yang masih mengadakan reuni SMP. Iya SMP, duh, ia saja hampir lupa dengan masa-masa SMPnya dulu.Setiap tahun reuni itu memang diadakan. Dan Naira yang kelewat malas, tidak pernah datang ke acara itu. Lagian tanpa reuni, mereka juga
Salah satu penyakit yang membuat penderitanya marah, kecewa, dan nekat adalah CEMBURU.~Bian menatap tajam sosok yang tengah bercanda gurau. Ia melihat dibalik kaca besar ruangannya yang tepat berada di depan meja kerja Naira.Iya, siapa lagi kalau bukan gadis itu. Hanya dia perempuan yang bisa membuatnya tidak fokus bekerja. Lihat saja sekarang, berkas-berkas yang harus dicek ia biarkan menggunung.Mengintip kegiatan Naira adalah yang terpenting sekarang. Apalagi gadis itu sedang tertawa lebar bersama Ganendra, wakil sekretaris yang sepertinya kekurangan pekerjaan.Setelah dengan Hilmi, gadis itu ternyata juga dekat dengan Ganendra. Banyak sekali gebetannya.Apa ia tambah saja ya tugas pria itu agar tidak menganggu gadis miliknya. Iya kan? Ia disini bos, dan apapun bisa ia lakukan asal itu tidak melewati batas. Lagian jika pekerjaan Ganendra bertambah, gajinya juga otomatis akan bertambah.Melihat Ganendra yang sudah kembali ke habitatnya, membuat
Susah jadi cecunguk. Mau jadi istri bos aja, boleh ngga?~Naira sampai melongo saat suara itu tiba-tiba terdengar dan diikuti sosok pria yang berjalan di samping mejanya. Ia lihat jelas bahwa pria yang notabene bosnya itu tengah melirik dirinya tajam."Iya pak, saya ingat kok. Setelah ini saya langsung ke lokasi" ucap Hilmi dengan senyum yang dipaksakan. Jika bukan bos, pasti sudah ia jitak kepalanya. Bikin emosi saja."Abangnya kayak malaikat eh adeknya titisan setan. Liat tuh Nai mukanya tadi, kayak lagi nahan kentut"Naira hanya tertawa mendengar gerutuan sepupunya itu. Ya mungkin baru kali ini Hilmi bertemu langsung dengan bos yang memang sudah dicap setan oleh para karyawan."Lo ngga inget sama dia?""Siapa? Si bos?" Tanya Hilmi sambil menyuapkan nasi ke dalam mulutnya."Iya, dia mantan gue"Uhuk uhukPrangPaduan suara yang terjadi di mejanya membuat Naira meringis pelan. Bahkan sekarang kedua manusi
Waktu paling ditunggu-tunggu saat bekerja adalah isoma, iya kan? Selain bisa istirahat, tentunya bisa bercanda gurau.~Jika ini komik, pasti pintu tertutup berwarna putih itu sudah berlubang karena terlalu lama ditatap oleh Naira. Ia sungguh kesal pada bosnya yang sejak tadi meneriakkan namanya.Ada mungkin 7 kali Naira bolak-balik selama 2 jam lalu. Ia sih tidak masalah jika ada sesuatu yang penting. Tapi yang membuatnya dongkol berkepanjangan, bosnya itu memanggil dirinya hanya untuk hal-hal sepele yang dia sendiri bisa melakukannya.Contohnya seperti mengambil pulpen yang jatuh tepat dikakinya, menutup gorden jendela, bahkan menurunkan suhu AC. Dan barusan, Naira disuruh untuk menyingkirkan anak rambut yang menutupi matanya.Gila kan?Jika dia bukan bos, pasti Naira sudah menendang tulang keringnya. Jika dia bukan bos, pasti kepala pria itu sudah ia tempeleng dengan tumpukan berkas. Dan jika dia bukan bos, ingin rasanya Naira menenggelam