Ketika hati berperan sebagai otak untuk melupakan sumber luka.
~
"Gue denger sih pak Demi mau digantiin sama adiknya"
"Serius lo? Duh, belum juga pdkt uda mau pergi aja"
Desas desus yang beredar luas di perusahaan itu adalah fakta. Berita tersebut memang sudah dibenarkan oleh Demi, sang bos, saat ia bertanya mengenai hal tersebut.
Karena perusahaan cabang yang sudah berkembang dengan baik, Demi memutuskan untuk kembali ke perusahaan pusat yang ada di London. Dia memberikan tugas pada sang adik untuk melanjutkan perjuangannya membawa perusahaan cabang agar semakin maju.
Ah pernyataan itu hanya hipotesanya saja.
Tentu saja, Naira Ghina Winata turut sedih akan kepindahan bosnya itu. Menurutnya, Demi adalah sosok bos baik hati yang sangat ramah. Dia juga selalu menampilkan senyuman jika di sapa oleh para karyawan.
"Mbak, pak Demi ada di dalam?" Tanya gadis bermake up tebal dengan pakaian yang begitu ketat. Dia adalah Wilona, fans nomor 1 pak Demi yang hampir tiap hari caper pada bosnya itu.
Lihat saja, setelah ia mengatakan bahwa pak Demi ada di dalam ruangannya, dia langsung merapikan penampilan. Bahkan menebalkan gincu yang sudah merah bak darah. Ia jadi heran, dia disini untuk bekerja atau mau jadi biduan. Ck ck ck.
Karena terlalu asyik mengatur jadwal bosnya dengan klien, membuat Naira tidak sadar bahwa sudah waktunya makan siang. Perutnya terasa keroncongan karena tadi pagi tidak sempat sarapan.
"Nai, kok masih disini? Uda nanti lagi kerjanya. Sana makan siang dulu. Inget ya, jam 2 kamu harus nemenin saya ke hotel" ucap Demi yang kemudian berlalu ke kantin.
Naira sendiri hampir melupakan tugasnya itu. Duh, untung saja sang bos mengingatkannya. Ya beginilah ia, sebagai asisten CEO, Naira seringkali lupa dan lalai. Untung saja pak Demi sabar dalam menghadapinya.
Karena tidak ingin membuat jadwal pak Demi kacau balau, Naira pun membereskan semua berkas-berkas di meja kemudian menuju ke kantin. Ia harus makan cepat karena takut nanti jalanan akan macet.
"Woy Nai, sini"
Melihat Tiara yang melambaikan tangan membuat Naira tersenyum. Setelah mengambil makan siang, ia memang bingung mencari tempat duduk karena kantin yang begitu ramai. Untung saja sahabat karibnya itu menyisakan tempat untuk dirinya.
"Tumben amat lo telat ke kantin" tanya Silla sambil mengaduk kuah sotonya.
Teman yang sudah kenal sejak SMP itu sangat paham bahwa Naira adalah pecinta makanan. Bahkan dia paling semangat jika sudah memasuki waktu isoma seperti ini.
"Lo tau kan kalo senin depan pak Demi uda digantiin sama adiknya. Jadi ya gue harus ngatur ulang jadwal ketemu klien dan nyesuain sama jadwal adiknya bos. Mumet ini kepala"
"Gue masih ngga rela pak Demi pergi. Hiks. Kapan lagi coba punya bos baik plus ganteng, kan lumayan buat cuci mata"
Naira memutar bola mata malas mendengar ucapan Tiara yang sok sedih itu. Tapi benar sih, Demi adalah sosok yang seringkali menjadi objek cuci mata para wanita.
Sama halnya dengan Naira. Setelah mengenal bos yang ketampananya luar biasa itu, seleranya dalam memilih pria pun semakin tinggi. Ah itu cuma mimpi. Ada satu orang yang menyukainya saja ia bersyukur. Tapi nyatanya tidak ada satupun pria yang mendekatinya.
Menyedihkan.
"Pulang nanti ke kang seblak yuk, gue traktir" ucap Silla setelah menghabiskan makanannya.
"Asyik, ada acara apa nih. Tumben-tumbenan nraktir kita" Tiara hampir menjerit mendengar tawaran menggiurkan itu. Lumayan kan akhir bulan ada yang berbaik hati mengenyangkan perutnya.
"Biasa, dapet sedekahan dari bang Ridho"
"Gue ngga janji ya. Mau nemenin pak Demi ke hotel soalnya" ucap Naira dengan suara lemah. Ia dan seblak adalah satu komponen yang tidak bisa dipisahkan. Tapi apa boleh buat, pekerjaannya sekarang jauh lebih penting daripada makanan itu.
"Ehem ehem. Ngapain tuh di hotel. Jangan-jangan mau nina ninu"
"Heeeh mulut lo minta ditampar pake sendal gunung ya. Pala lu nina ninu. Ada kerjaan bego"
"Ooh kirain"
Naira memutar bola mata malas mendengar ucapan temannya yang kompak itu. Otak mereka memang sengklek sejak dulu. Nina ninu? Duuuh, bagaimana Tiara punya pikiran seperti itu.
"Gue duluan ya, uda setengah 2 nih"
Ah dasar Naira. Sudah tau ada tugas menemani sang bos, malah kelupaan gara-gara keasyikan ngobrol sama teman-temannya ini. Ish.
*****
Naira menghembuskan nafas lega saat Demi menghentikan mobil tepat di depan Nusa Amazing Hotel. Jantungnya masih terasa berdetak tak karuan karena kejadian tadi.
Gara-gara ada motor yang tiba-tiba menyalip tepat di depan mobil Demi, pria itu langsung mengerem mendadak. Bahkan dahi Naira hampir kejedot dashboard. Untung saja Tuhan masih menyelamatkan nyawanya.
Setiap ada kepentingan di luar perusahaan bersama Demi, pria itulah yang selalu menjadi supir. Sebenarnya ia selalu menawarkan diri, tapi Demi selalu menolak.
Dia bilang sih tidak laki jika menyuruh wanita menyetir padahal masih ada pria di sampingnya. Duh, kalau bukan bos pasti sudah Naira gebet sejak dulu.
Masalahnya, bosnya itu mau tidak menjalin hubungan dengan berang-berang? Hiks
Oh iya, ia belum cerita apapun tentang kehidupannya. Berkat kuasa Tuhan, Naira diterima bekerja sebagai asisten CEO di Perusahaan Nusa. Perusahaan besar yang bergerak di bidang perhotelan.
Nusa sendiri baru membuka cabang di Indonesia sekitar 2 tahun lalu, dimana perusahaan pusatnya berada di London. Dan Naira beserta kedua temannya sudah bekerja di perusahaan saat itu.
Meskipun termasuk perusahaan baru, tapi perkembangan Nusa sangatlah cepat. Sudah ada 11 hotel yang dibangun di 7 kota berbeda. Bahkan awal bulan depan Nusa akan meresmikan pembukaan resort pertama yang dibangun di atas tanah seluas 10 Hektar. Keren sekali kan?
"Coba kamu periksa Nai" ucap Demi sambil memberikan sebuah berkas pada asistennya.
Melihat nominal yang sedikit rancu membuat otaknya pusing. Rasanya tidak mungkin jika uang pemasukan hotel bisa sebesar itu. Bukannya ia tidak bersyukur, tapi Demi mendapat informasi dari tangan kanannya bahwa bulan ini hotel memang mengalami penurunan pengunjung.
"Sepertinya ada yang aneh pak"
"Bagian mana yang menurut kamu aneh?" Tanya Demi sambil menatap Naira yang tetap fokus pada berkas di tangannya. Ia juga tau ada sesuatu yang aneh, tapi matanya tidak bisa menemukan karena terlalu lelah melihat angka.
"Jumlah pengunjung pada tanggal 13 sangat tidak relevan dengan nominal yang tertera disini. Meskipun uangnya sudah dijumlah dengan pengunjung yang menetap sampai tanggal 13, tapi nominal uang tersebut masih terlalu besar"
Naira sampai bingung melihat laporan pemasukan dan pengeluaran ini. Bagaimana bisa nominal sebesar itu tidak diketahui asal usulnya. Tidak mungkin kan jika ada orang yang berbaik hati membayar dengan harga lebih.
"Coba kamu cek pemasukan bulan lalu juga. Saya mau ketemu sama GM dulu"
"Baik pak"
Melihat kejanggalan pada beberapa data membuat otak Naira mumet. Tak hanya bulan ini, ternyata pemasukan bulan lalu juga tidak relevan antara pengunjung dengan nominal yang tercatat.
Naira jadi bingung sendiri. Jika biasanya uang pemasukan dalam suatu perusahaan berkurang karena dikorupsi atau keselip, tapi anehnya kasus di perusahaan tempatnya bekerja ini malah kelebihan uang.
Kekurangan uang pusing, kelebihan uang juga pusing. Andai saja ini uang Naira sendiri. Pasti ia sudah sujud syukur karena ada pemasukan lebih secara tiba-tiba. Sayangnya itu hanya angan belaka, Hiks.
Naira melingkari beberapa angka rancu dengan menggunakan pulpen merah. Karena banyaknya keanehan pada data pemasukan bulan lalu, membuat Naira meminta asisten General Manager untuk memberinya data pemasukan di bulan lainnya. Pasti ada satu titik terang atas kejadian ini.
Awalnya ia ingin minta data dari bulan Januari tahun ini saja. Tapi asisten GM yang bernama Rasyid itu malah memberinya data pemasukan mulai dari bulan Januari tahun lalu. Duh, nambah kerjaan aja.
Saat diminta bantuan untuk membantu mengecek data, pria itu dengan halus menolak dan mengatakan bahwa ia takut ada yang kelewat. Tentu saja itu membuat Naira mengernyitkan dahi bingung.
Dan lebih anehnya, Rasyid seolah sedang memberi isyarat padanya. Tapi entah, ia tidak bisa menangkap isyarat itu. Baru Rasyid akan membuka mulut, dia sudah dipanggil oleh Manager Housekeeping. Ah entahlah, sebaiknya ia fokus meneliti data-data saja.
Naira pun mulai memeriksa data dari bulan Januari tahun lalu. Ia mengangguk-anggukan kepala karena tidak melihat satupun keanehan. Tidak ada nominal yang kurang ataupun berlebih. Bahkan nominal itu pun sangat relevan dengan jumlah pengunjung.
Awalnya tidak ada kejanggalan saat melihat data demi data. Tapi Naira mulai mendapati keanehan saat memasuki bulan Mei. Dimana pemasukannya tiba-tiba merosot, padahal jumlah pengunjung lumayan banyak. Ada apa ini?
Tidak hanya sampai disitu, kebingunan Naira pun berlanjut saat mengecek data bulan Juni yang memiliki nominal berlebih. Setelah dihitung dengan teliti, Naira benar-benar dibuat tercengang.
Kekurangan yang ada di bulan Mei ternyata masuk di data pemasukan bulan Juni. Sebab itu nominal pada bulan Juni bisa berlebih. Bagaimana bisa begini? Apa ini salah satu human error? Atau system error? Ah, Naira pusing Tuhan.
Karena sudah tidak sanggup melihat angka-angka yang membingungkan ini lagi, ia pun menyandarkan tubuh di sofa kemudian memejamkan mata. Naira ingin istirahat, tapi otaknya masih memikirkan spekulasi-spekulasi yang membuatnya semakin stress.
"Gimana Nai?"
Demi langsung meringis saat melihat Naira yang langsung duduk tegap. Jika tau asistennya itu sedang istirahat, ia tidak akan berbicara tadi.
"Datanya makin ngga karuan pak. Keanehannya dimulai dari bulan Mei tahun lalu"
"Tahun lalu?"
"Ini pak" ucap Naira sambil menyerahkan berkas tersebut pada sang bos.
Sebentar, Naira tidak salah liat kan? Kini tepat di depannya, tengah duduk sosok pria dengan ketampanan yang tak manusiawi sedang menatap ke arahnya. Siapa dia? Apa jangan-jangan Naira sedang berhalusinasi?
Tapi dia terlalu nyata. Bahkan sekarang pria itu sedang tersenyum manis ke arahnya. Oh God, jantung Naira terasa dangdutan sekarang. Tolong jangan sadarkan ia sekarang karena Naira masih ingin cuci mata.
Sebentar, sepertinya Naira kenal dengan wajah songong ini. Ehm, tapi siapa ya? Melihat pria itu yang beralih menjadi tersenyum miring ke arahnya, membuat Naira bergidik ngeri. Kenapa perasaannya jadi tidak enak begini?
Sepertinya kehadiran pria ini akan mengacaukan kehidupan Naira yang semula damai sentosa.
*****
Tanda kepemilikan memang tak nampak, tapi orang yang punya kepentingan paham akan itu.~Fabian Vero DirgantaraChief Executive OfficerSosok pria sedang tersenyum menatap layar yang menampil foto, nama, dan jabatannya. Tadi ia diberitahu oleh sang kakak bahwa website perusahaan Nusa cabang Indonesia sudah diperbarui. Sebab itu ia bergegas mengecek website tersebut.Dan benar saja, fotonya dengan wajah datar tanpa senyum langsung terpampang di halaman pertama. Dimana di bawahnya tertera banyaknya prestasi yang sudah ia raih. Ah, akhirnya mimpinya jadi kenyataan.TingMendengar suara notifikasi, membuat pria bernama Bian itu mengalihkan atensinya. Ia membuang nafas keras ketika membaca pesan sang kakak yang menyuruh dirinya menuju meeting room di lantai 6.Tidak ingin peduli, Bian malah beranjak dari duduknya dan merebahkan tubuh di atas kasur. Ia sangat lelah setelah mengudara selama berjam-jam.Mumpung ia tidak sibuk, i
Tell your name if you want make my heart hurt again.~SeninHari yang paling dibenci beberapa orang, termasuk dirinya. Bukan karena hari ini penuh kesialan, bukan. Tapi karena hari liburnya sudah berakhir dan harus kembali bekerja bak orang kesetanan.Bayangan tentang kejadian sabtu pagi membuat Naira meringis pelan. Bahkan rasanya ia tidak punya muka untuk bertemu dengan Bos beserta adiknya itu.[Flashback on]Karena masih terlalu nyaman, Naira pun semakin mengeratkan guling di tangan dan kakinya. Entah kenapa rasanya sangat hangat. Tapi sebentar, kenapa guling ini keras sekali?Naira mengernyitkan dahi begitu membuka matanya. Ia mengucek mata beberapa kali kemudian terdiam sesaat. Apa ini yang ada didepannya. Sepertinya kulit manusia.Hah? Kulit manusia?Tidak, tidak. Pasti ia sedang mimpi. Iya benar. Pasti otaknya masih konslet karena baru bangun tidur. Merasakan sesuatu yang keras dan menusuk bagian bawahnya m
Sesuatu yang dipaksakan tidak akan berakhir baik. Jadi, aku akan menunggu sampai kamu siap.~"Aaarrrggghh"Bian menggaruk kepalanya kasar. Sejak pagi, ia tidak bisa fokus dengan pekerjaannya. Percakapannya dengan Naira tadi masih terngiang jelas di otaknya. Dan satu yang membuat hatinya nyeri...Gadis itu menangis.Jujur, ini pertama kalinya. Iya benar, 3 tahun lalu menjalin hubungan dengan gadis itu, tapi Bian tidak pernah sekalipun melihat Naira sedih, apalagi sampai menangis. Apa ia sudah keterlaluan?Tok tok tok"Masuk" perintah Bian sambil mengecek data di tangannya dan yang ada di komputer.Tanpa melihat pun, Bian tau siapa gerangan yang masuk ruangannya. Siapa lagi kalau bukan Naira. Asisten sok sibuk yang mencoba untuk bersikap profesional. Lihat saja, gadis itu bahkan tidak berani menatapnya. Ck ck ck."Pak ini ada kiriman berkas dari asisten GM hotel""Taruh saja di meja. Oh ya, hari ini saya masih ada
Bulan yang datang di waktu yang salah memang memalukan.~Naira bergerak gelisah di tempat duduknya. Di tengah meeting dengan pak Rino tadi, ia merasakan ada sesuatu yang keluar dari bagian bawahnya. Aduh, tidak lucu kan jika bulanannya datang di waktu yang tidak tepat seperti ini.Setelah kepergian pak Rino, ia ingin sekali ke toilet dan mengecek tamu itu. Tapi, bagaimana kalau sampai tembus? Mana sekarang ia pakai celana putih. Hiks."Kenapa?""En-engga apa-apa kok Pak" ucap Naira sambil nyengir. Ya kali ia bilang pada Bos kalo tamu bulannya sedang datang. Bisa malu tujuh turunan."Ngga usah bicara formal. Jam kerja sudah berakhir"Yeee, bilangnya ngga usah bicara formal, tapi dia sendiri sedang bicara formal. Tak tau lah. Naira sudah capek menghadapi Bian."Ayo pulang""Eh eh, bentar Pak, jangan pulang dulu" mati-mati. Bagaimana ini Tuhan? Mana baju yang dipakainya tidak sampai menutupi pantat. Hiks."Kenapa la
Pria penasaran dengan pembalut, bukan tindak kriminal kan?~Naira pun langsung masuk ke minimarket dan menuju deretan rak yang berisi pembalut. Sebenarnya ia ingin membeli banyak karena stok di kostnya juga sudah menipis. Tapi ia sedikit malu pada Bian."35 cm? Sepanjang itu punya kamu? Seriously? Wow, amazing"Heh? Naira langsung menggeplak bahu Bian kencang. Bagaimana tidak, pria itu mengatakan hal memalukan tersebut dengan suara kencang.Bahkan beberapa karyawan minimarket sampai menahan tawa. Duh, mau di taruh dimana mukanya yang tidak seberapa cantik ini? Hiks."Aaaawww. Heh, saya ini Bos kamu. Berani-beraninya...""Uda deh pak diem aja. Itu mulut, mau saya sumpel pake pembalut?"Pria itu hanya meringis kemudian berjalan ke kasir. Duh, ingin sekali Naira mencakar punggung Bian dengan trisula.Tidak ingin peduli dengan keberadaan pria menyebalkan itu, Naira pun mengambil beberapa bungkus benda kramat dan
Pengangguran di tanya kapan kerja, setelah bekerja dimintain mantu. Susah ya jadi manusia.~Malam ini sudah Bian catat sebagai salah satu malam terindah dalam hidupnya. Sejak tadi, senyumnya tidak bisa luntur dari sang wajah. Bahkan sesekali ia tertawa keras bak orang gila yang kesetanan.Sudah gila, kesetanan pula.Tenang saja, apartemen yang dihuni Bian ini memang kedap suara. Jadi tidak akan ada yang mendengar kegilaannya.Bian merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Pikirannya melambung membayangkan ekspresi Naira yang kesal karena ia yang terus menggodanya.Entah apa yang terjadi pada dirinya sekarang, Bian benar-benar tidak tau. Padahal ia bukan tipe cowok yang suka menggoda perempuan meskipun itu pacar, keluarga, atau teman. Bahkan dulu saat ia pacaran dengan Naira, sekalipun Bian tidak pernah menggoda gadis itu. Aneh kan?Bian adalah sosok pria cool yang lebih suka diam. Tapi itu tidak berlaku untuk keluarga dan sesuatu yang mem
Padahal tidak pernah ada pelajaran kode kemauan manusia, jadi kenapa mereka suka sekali dengan kode? Dan bagaimana cara memahami kode itu?~"MAS ADAM JANGAN NUTUPIN JALANKUUU""EH, EH MBAK JIYA, MINGGIR MBAK MINGGIR""GANENDRA, MINGGIR LO KAMPRET"TitYeah, setelah melewati banyaknya rintangan bak ninja warior, akhirnya Naira bisa menempelkan jari jempolnya di finger print yang terletak di dalam ruang fotokopi. Kalau bukan karena hpnya yang lowbatt ia tidak akan telat ke kantor.Biasanya Naira memesan ojek saat berangkat kerja, tapi karena hpnya yang lupa di charge semalam, ia jadi kelimpungan dan heboh menyetop taksi dan berakhir tidak dapat. Untung saja ada Hilmi yang kebetulan lewat depan kosnya.Jangan senang dulu. Meskipun sudah absen, tapi ia sudah telat karena jam yang sudah menunjukkan pukul 8.30. Gila, baru kali ini ia terlambat sampai 30 menit."Gila lo Nai, sekalian aja berangkat pas isoma. Ck ck ck" ucap Gan
Waktu paling ditunggu-tunggu saat bekerja adalah isoma, iya kan? Selain bisa istirahat, tentunya bisa bercanda gurau.~Jika ini komik, pasti pintu tertutup berwarna putih itu sudah berlubang karena terlalu lama ditatap oleh Naira. Ia sungguh kesal pada bosnya yang sejak tadi meneriakkan namanya.Ada mungkin 7 kali Naira bolak-balik selama 2 jam lalu. Ia sih tidak masalah jika ada sesuatu yang penting. Tapi yang membuatnya dongkol berkepanjangan, bosnya itu memanggil dirinya hanya untuk hal-hal sepele yang dia sendiri bisa melakukannya.Contohnya seperti mengambil pulpen yang jatuh tepat dikakinya, menutup gorden jendela, bahkan menurunkan suhu AC. Dan barusan, Naira disuruh untuk menyingkirkan anak rambut yang menutupi matanya.Gila kan?Jika dia bukan bos, pasti Naira sudah menendang tulang keringnya. Jika dia bukan bos, pasti kepala pria itu sudah ia tempeleng dengan tumpukan berkas. Dan jika dia bukan bos, ingin rasanya Naira menenggelam
Kenapa harus bertemu jika hanya menebarkan garam di atas luka? Takdir sungguh kejam.~"Uda sah? Ha ha ha, halu banget tuh orang"Wajah Bian sontak berubah menjadi cemas. Pikirannya melambung, berusaha mengingat wajah Naira yang terlampau serius saat mengatakan hal itu.Tidak mungkin kan kalau dia sudah menikah. Buktinya status di CV gadis itu masih lajang. Iya benar, gara-gara penasaran, Bian sampai meminta data tersebut pada salah satu karyawan HRD.Yang pasti bukan Hilmi. Bisa gawat kalau pria itu mengadu pada Naira jika dirinya ini kepo dengan asistennya. Iya kalau dia hanya mengadu, kalau sampai menghajarnya bagaimana?Masalahnya, Bian belum tau status diantara mereka, jadi ia tidak boleh gegabah. Naira juga tidak mengatakan dengan siapa dia menjalin hubungan. Bisa jadi dengan Ganendra, Hilmi, atau bahkan dengan pria yang mengantarkan gadis itu ke kantor.Atau jangan-jangan dia madih berhubungan dengan pria sewaktu SMA itu?Ah entahlah, ia jadi pusing."Woy ngelamun aja. Mikirin
Jika tukang bangunan menghasilkan rumah dan gedung, maka tukang nyindir menghasilkan... Ada yang bisa jawab?~Bian meringis pelan saat menerima berkas yang diberikan oleh Tiur. Bagaimana bisa berkas penting ini ada padanya?"Kok ada di kamu?""Gimana pak?"Ia menghembuskan nafas pelan kemudian membuka berkas itu. Benar, ini berkas yang sama dengan yang ia lihat kemarin. Jadi, dimana Tiur menemukannya."Kenapa berkas ini ada di kamu?" Tanya Bian lagi dengan dahi mengernyit bingung."Kan bapak sendiri yang ngasih ke saya kemarin"Hah? Kapan? Kenapa Bian tidak ingat hal itu sama sekali? Sebentar-sebentar, sepertinya Bian mengingat sesuatu.Rasyid memberikan berkas itu tepat saat dirinya selesai meeting. Karena sibuk, ia tanpa sadar memberikan berkas itu pada... Tiur? Oh god, harusnya kan ia memberikan berkas itu pada Naira yang merupakan asistennya. Pantas saja gadis itu ngotot bahwa berkas penting ini tidak ada padanya. Duh, dasar Bian bodoh."Kenapa pak? Saya ngga boleh liat berkas i
Lebih enak mana, bos adalah mantanmu, atau mantan adalah bosmu? Serius nanya.~"Kamu gimana sih? Itu berkas penting Nai""Iya pak, saya juga tau. Tapi saya ngga ngerasa nerima berkas itu" ia sampai menekankan semua kata yang diucapkan.Baru 2 jam ia bekerja, Naira sudah mendapat amukan dari Bian. Berkas dari Rasyid mengenai gaji di hotel Nusa yang diterima langsung oleh Bian menghilang.Entah dimana pria itu menyimpan berkasnya, yang pasti Naira sama sekali tidak merasa menerima berkas itu. Boro-boro menerima, ia melihat saja tidak.Yang jadi masalah, kenapa Bian malah menyalahkannya? Ah pria itu memang suka melemparkan kasus yang ia buat sendiri. Menyebalkan."Meskipun kamu ngga nerima, tapi kan kamu yang beresin meja kerja saya. Jadi otomatis kamu harus bertanggung jawab karena berkas itu hilang"Mampus. Kenapa Naira tidak memikirkan kemungkinan itu? Bisa jadi berkas itu keselip dengan berkas lain. Sebaiknya ia segera mencari berkas itu sebelum mendapat amukan yang lebih parah. Bis
Aku memang sudah melatih tanganku untuk mengendalikan stik drum. Tapi hatimu, aku masih tidak paham bagaimana cara menjinakkannya.~ Tangan dan kaki Bian tidak bisa berhenti bergerak saat Bimo mulai menyanyikan sebuah lagu. Ia sendiri sedang memainkan drum dengan senyuman yang merekah di wajahnya.Sudah lama ia tidak memegang alat musik, apalagi ngeband seperti ini. Ya semoga saja bakatnya masih tersimpan. Jika tidak, bisa malu dirinya karena salah nada.Lagu jadilah legenda yang dinyanyikan oleh SID benar-benar membuat suasana menjadi syahdu. Lirik lagunya yang berisi ungkapan kebanggan untuk negara tercinta itu benar-benar membangkitkan semangat semua orang.Bimo yang kini menjadi vokalis, benar-benar bisa membangun suasana yang meriah. Semua orang yang tadinya sibuk dengan kegiatan masing-masing, langsung mendekat ke arah panggung.Suaranya yang memang cukup besar dan dalam, terdengar sangat cocok dengan lagu yang ia bawakan. Semangat pria itu yang begitu membara semakin membuat p
Naira cantik, siapa yang punya? Tentu saja bapak ibunya, hiks.~Bian menaikkan satu alisnya saat melihat Naira yang menatapnya dengan mata penuh kebencian. Ia jadi bingung, apa salahnya sampai mendapat pelototan seperti itu.Ia disini kan hanya untuk menghadiri acara reuni. Karena ini adalah reuni SMP pertama yang ia ikuti, jadi Bian menjadikan taman hotel perusahaannya untuk lokasi pertemuan.Tak hanya penyedia tempat, ia juga sudah menyuruh para koki hotel untuk menyiapkan beberapa hidangan lezat. Bahkan ia juga memerintah beberapa karyawan untuk membuat panggung. Asal kalian tau, apapun akan Bian lakukan demi Naira. Ya meskipun gadis itu sudah menduakannya. Tapi ia ingin Naira melihat bahwa inilah Bian sekarang. Sudah sukses dengan harta kekayaan yang menggunung.Siapa tau kan gadis itu akan memutuskan pacarnya dan kembali pada Bian. Ia memang mengharapkan itu terjadi. Meskipun ia benci, tapi rasa cintanya lebih besar pada Naira."Ehm maaf, mas siapa ya?" T
Dimanakah tempat aman bagi Naira? Masuk kardus dan dipaketin ke gurun sahara, sampe tidak ya?~Naira menghembuskan nafas pasrah melihat Silla yang heboh membawa sesuatu dan meletakkannya di kamar kost. Niatnya yang ingin langsung tidur sepulang kerja ternyata hanya angan-angan.Selama dirinya masih berteman dengan Silla, itu tandanya hidup Naira tidak akan pernah tenang. Seperti sekarang ini, meskipun ia bilang tidak, pasti dia akan tetap menyeretnya untuk datang ke sebuah acara yang menurutnya tidak penting.Ya Reuni, salah satu hal yang paling dibenci Naira. Jika bukan karena temannya yang heboh meminta dirinya untuk ikut, ia tidak akan sudi datang ke acara itu.Bayangkan saja, siapa sih zaman sekarang yang masih mengadakan reuni SMP. Iya SMP, duh, ia saja hampir lupa dengan masa-masa SMPnya dulu.Setiap tahun reuni itu memang diadakan. Dan Naira yang kelewat malas, tidak pernah datang ke acara itu. Lagian tanpa reuni, mereka juga
Salah satu penyakit yang membuat penderitanya marah, kecewa, dan nekat adalah CEMBURU.~Bian menatap tajam sosok yang tengah bercanda gurau. Ia melihat dibalik kaca besar ruangannya yang tepat berada di depan meja kerja Naira.Iya, siapa lagi kalau bukan gadis itu. Hanya dia perempuan yang bisa membuatnya tidak fokus bekerja. Lihat saja sekarang, berkas-berkas yang harus dicek ia biarkan menggunung.Mengintip kegiatan Naira adalah yang terpenting sekarang. Apalagi gadis itu sedang tertawa lebar bersama Ganendra, wakil sekretaris yang sepertinya kekurangan pekerjaan.Setelah dengan Hilmi, gadis itu ternyata juga dekat dengan Ganendra. Banyak sekali gebetannya.Apa ia tambah saja ya tugas pria itu agar tidak menganggu gadis miliknya. Iya kan? Ia disini bos, dan apapun bisa ia lakukan asal itu tidak melewati batas. Lagian jika pekerjaan Ganendra bertambah, gajinya juga otomatis akan bertambah.Melihat Ganendra yang sudah kembali ke habitatnya, membuat
Susah jadi cecunguk. Mau jadi istri bos aja, boleh ngga?~Naira sampai melongo saat suara itu tiba-tiba terdengar dan diikuti sosok pria yang berjalan di samping mejanya. Ia lihat jelas bahwa pria yang notabene bosnya itu tengah melirik dirinya tajam."Iya pak, saya ingat kok. Setelah ini saya langsung ke lokasi" ucap Hilmi dengan senyum yang dipaksakan. Jika bukan bos, pasti sudah ia jitak kepalanya. Bikin emosi saja."Abangnya kayak malaikat eh adeknya titisan setan. Liat tuh Nai mukanya tadi, kayak lagi nahan kentut"Naira hanya tertawa mendengar gerutuan sepupunya itu. Ya mungkin baru kali ini Hilmi bertemu langsung dengan bos yang memang sudah dicap setan oleh para karyawan."Lo ngga inget sama dia?""Siapa? Si bos?" Tanya Hilmi sambil menyuapkan nasi ke dalam mulutnya."Iya, dia mantan gue"Uhuk uhukPrangPaduan suara yang terjadi di mejanya membuat Naira meringis pelan. Bahkan sekarang kedua manusi
Waktu paling ditunggu-tunggu saat bekerja adalah isoma, iya kan? Selain bisa istirahat, tentunya bisa bercanda gurau.~Jika ini komik, pasti pintu tertutup berwarna putih itu sudah berlubang karena terlalu lama ditatap oleh Naira. Ia sungguh kesal pada bosnya yang sejak tadi meneriakkan namanya.Ada mungkin 7 kali Naira bolak-balik selama 2 jam lalu. Ia sih tidak masalah jika ada sesuatu yang penting. Tapi yang membuatnya dongkol berkepanjangan, bosnya itu memanggil dirinya hanya untuk hal-hal sepele yang dia sendiri bisa melakukannya.Contohnya seperti mengambil pulpen yang jatuh tepat dikakinya, menutup gorden jendela, bahkan menurunkan suhu AC. Dan barusan, Naira disuruh untuk menyingkirkan anak rambut yang menutupi matanya.Gila kan?Jika dia bukan bos, pasti Naira sudah menendang tulang keringnya. Jika dia bukan bos, pasti kepala pria itu sudah ia tempeleng dengan tumpukan berkas. Dan jika dia bukan bos, ingin rasanya Naira menenggelam