Home / Romansa / Zean & Zetta / Bab 2 ~ Two

Share

Bab 2 ~ Two

Author: Hujan Reda
last update Last Updated: 2023-06-20 10:53:26

Langkah Zetta semakin cepat ketika mendapati teriakan Noe yang begitu kencang.

"Enggak! Tolong! Zettaaaaa .... "

Cewek itu segera masuk ke ruangan dimana Noe berada. "Kenapa?" tanya Zetta begitu masuk ke ruangan.

Terdapat tujuh kelas ruangan di RSJ tempat Noe di rawat. Ruang kelas VVIP yang hanya ada satu tempat tidur. Ruang kelas VIP dengan empat tempat tidur. Ruang non kelas dengan lima tempat tidur. Ruang kelas satu dengan sebelas tempat tidur. Ruang kelas dua dengan dua puluh empat tempat tidur. Ruang kelas tiga dengan seratus lima puluh tiga tempat tidur. Terakhir, ruang isolasi dengan tujuh puluh tujuh tempat tidur.

Noe berada di ruang kelas VVIP yang hanya di huni oleh satu orang. "Kami mau menyuntikkan obat tenang buat Noe tapi dia berontak," jelas salah satu perawat yang sedang memegangi Noe.

Wajah Zetta terlihat sangat marah. "Kenapa? Kenapa di kasih obat tenang?"

"Dari tadi Noe berontak terus, kami kewalahan."

Zetta segera menghampiri Noe yang sudah menatapnya dengan tatapan sedu. Cewek itu memeluk Noe dengan sangat erat, memberi ketenangan untuk sahabatnya itu.

"Tenang Noe, ada gua. Ada gua di sini," bisik Zetta. Perlahan tubuh Noe yang tadinya meregang kini mulai melemas.

Tiga perawat yang menangani Noe melepaskan pegangannya, karena Noe sudah tidak berontak. "Mbak, Mas, biarin Noe sama saya dulu."

Ketiga perawat itu mengangguk. "Baik kak Zetta, kami pamit dulu. Kalau ada apa-apa silahkan panggil kami."

Hampir semua perawat, resepsionis, bahkan dokter di sana mengenal Zetta. Hampir setiap hari gadis itu menemui Noe.

Zetta melepaskan pelukannya kala di rasa Noe sudah bisa di kontrol. Zetta menatap wajah Noe yang sekarang pandangannya sudah beralih ke arah luar jendela.

"Padahal tadi lo udah liat gua bahkan manggil nama gua Noe. Tapi halaman di depan lebih menarik ya, Noe?"

Tidak ada respon. Zetta duduk di samping Noe dengan terus menggenggam lengan sahabatnya itu. Tak terasa air mata Zetta luluh begitu saja ketika kenangannya dengan Noe terputar bak film di kepalanya.

"Zet, nanti gua pengen kuliah di UI deh. Sumpah ya Zet, pengen banget tau!" seru Noe pada Zetta ketika mereka sedang menonton drakor di rumah Noe.

Zetta mengerutkan dahinya. "Iya ... iya ... nanti lo di UI deh. Tapi ada syaratnya tau Noe."

"Apa Zetta?"

"Kalo temennya lagi fokus nonton drakor jangan di ganggu. Kalo di ganggu bisa bikin lo gagal masuk UI," ucap Zetta dengan serius. Kemudian kembali lagi pada drakornya.

Noe terlihat memajukan bibirnya beberapa centi ke depan. "Ah Zetta."

Zetta tertawa kecil mendapati sahabatnya itu menekuk kan wajahnya. "Iya Noe, lu pasti bakal masuk UI sastra Indonesia deh. Lo kan pinter, gua yakin pasti masuk ko."

"Lo seyakin itu gak Zet?"

"Seratus persen."

Dunia Zetta seakan kembali lagi pada kenyataannya pahit. Dia melihat wajah pucat Noe dengan seksama. Rasa rindunya pada Noe sudah di batas maksimal. Rasanya, tidak adil kalau harus Noe yang di renggut mimpinya.

"Lo pasti bakal masuk UI Noe. Lu pasti bakal sembuh. Percaya sama di lo sendiri, gua bakal usaha supaya orang yang bikin lo kaya gini bisa dapet hal yang setimpal dengan apa yang lo alami sekarang."

Noe menganggukkan kepalanya. Menoleh ke arah Zetta membuat dua pasang mata Zetta membulat kontan. Kaget sekaligus senang. "Terimakasih, Zetta."

"Noe! Noe! Lu ngomong sama gua barusan? Noe hey," seru Zetta sangat senang dengan respon sahabatnya itu.

Ini kemajuan yang sangat besar. Selama beberapa bulan ini Noe tidak pernah merespon Zetta. Untuk menatap Zetta atau sekedar melirik pun tidak. Tapi dua kata yang keluar dari mulut Noe barusan adalah kemajuan yang sangat besar.

Kini tatapan Noe sudah kembali pada spot favoritnya, halaman depan. "Gak usah bilang makasih sama gua Noe. Gua akan lakuin apapun demi itu, tolong Noe. Tolong sembuh buat gue. Tolong."

~~~

"Sudah mau pulang Kak Zetta?" tanya resepsionis kala Zetta melewatinya untuk keluar dari gedung RSJ.

"Iya Mbak, saya titip teman saya ya. Kalau ada apa-apa kaya biasa aja. Kabari saya."

"Iya kak, yang sabar ya. Semoga temannya cepat sembuh."

"Terimakasih Mbak. Mari."

Langkah Zetta terhenti kalah berpapasan dengan lelaki yang memakai seragam SMA Brinlight. Terlepas dari itu, Zetta mengetahui itu siapa.

"Siang kak Zean, mau ketemu Ibu ya?"

"Ibu?" batin Zetta.

"Iya Mbak, mari."

Zetta kembali menghampiri resepsionis kala Zean sudah pergi. "Mbak, itu tadi siapa namanya?"

"Oh itu kak Zean. Dia juga sama kaya kakak setiap hari mampir ke sini, tapi kecuali hari minggu. Memangnya belum pernah ketemu?"

Zetta menggeleng. Seingatnya dia tidak pernah bertemu dengan Zean di sini. Lagipula dia baru tahu kalau namanya Zean. Entah Zetta yang tidak ingat atau gimana. Tapi, rasanya baru kali ini.

"Oh gitu, belum pernah Mbak. Kalau gitu saya pulang dulu ya Mbak, makasih."

Zean tersenyum kala melihat sang Ibu yang sedang bermain di taman dengan kursi rodanya. "Ibu, Zean pulang."

"Kamu siapa?"

Raut wajah Zean langsung berubah ketika sang Ibu ternyata belum juga mengingatnya. "Ini Zean anak Ibu, Ibu liat nih Zean bawa apa," ucap Zean dengan suara bergetar nya menahan tangis.

Zean mengeluarkan satu coklat yang menjadi kesukaan sang Ibu ketika masuk ke RSJ. "Ibu kan suka banget sama ini, ini buat Ibu."

Ibu Zean menatap raut wajah Zean dengan seksama, seperti sedang meneliti tiap inci wajah anak semata wayangnya itu. "Ibu gak tahu kamu siapa, tapi makasih ya coklatnya."

Lelaki itu tersenyum simpul. Tak apa jika sang Ibu tidak mengingatnya sekarang. Melihatnya tersenyum saja sudah membuat Zean sangat senang. "Terimakasih ya Bu, terimakasih sudah tetap hidup."

Seperti biasanya, Zean akan menemani sang Ibu sampai menjelang malam. Jam besuk hanya sampai pukul empat, namun pengecualian untuk Zean.

"Ibu, Zean minggu depan ada tanding basket. Pengen banget Ibu liat Zean, tapi gak apa-apa kalo Ibu engga liat juga. Ibu kasih semangat ya buat Zean?"

Ibu Zean mengerutkan dahinya bingung. "Tanding basket itu apa?"

"Tanding basket itu perlombaan Bu. Nanti yang menang bisa dapet hadiah."

"Hadiahnya coklat?"

Zean tersenyum dengan menahan tangisnya. "I-Ibu bisa beli coklat yang banyak kalau Zean menang. Hadiahnya coklat Bu."

Tak terasa air matanya luluh begitu saja. Zean segera menghapusnya.

"Ko kamu nangis? Kamu seneng ya kalo menang?"

"Seneng. Soalnya bisa beliin Ibu coklat yang banyak."

"Berarti kamu harus menang."

Zean sudah tidak dapat lagi menahan tangisnya. Dia memeluk sang Ibu dengan sangat erat. Tidak peduli Ibunya akan berontak atau tidak nantinya. Zean sangat menyayangi bidadari nya ini.

Related chapters

  • Zean & Zetta   Bab 3 ~ Three

    "Hai Zetta."Zetta menoleh ke arah sumber suara setelah dia menutup pintu mobilnya. "Eh, Dilan. Ada apa?""Nyapa aja. Mau bareng ke kelasnya?"Zetta mengangguk, dengan langkah sejajar Zetta dan Dilan menuju ke kelas mereka bersama. "Lo tahu gak kalau minggu depan bakal ada tanding basket di sekolah kita?""Antar mana?" tanya Zetta yang tertarik dengan pertanyaan Dilan."SMA kita sama SMA lo yang dulu. Itu udah final tau," jawab Dilan diakhir dengan senyuman."Starlight?" Dilan mengangguk. Zetta ingat, orang itu dulu adalah ketua basket di Starlight. Ia harus memanfaatkan kesempatan ini dengan baik. Zetta tersenyum licik."Kenapa?" tanya Dilan heran dengan raut wajah Zetta yang berubah."Gak apa-apa. Eh lo itu ketua OSIS ya?"Dilan mengangguk. "Ko tahu?"Zetta melirik ke bet di tangan kanan Dilan dengan tulisan 'ketua OSIS angkatan 23/24' seakan paham dengan lirikkan Zetta, Dilan tersenyum sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal."Iya gua ketua OSIS, kenapa?""Gua butuh bantuan lo L

    Last Updated : 2023-06-20
  • Zean & Zetta   Bab 4 ~ Four

    "Nah dia orang yang paling populer di kalangan cewe-cewe di semua angkatan Zet. Ketua tim basket, juga ketua geng motor yang terkenal di sekolah kita. Namanya—""Elang, kan?" lanjut Zetta."Loh, tau?""Tau, terkenal banget itu di sekolah gua yang dulu. Cuma kalo ternyata dia ketuanya gua baru tahu."Zetta memang baru tahu kalau ternyata Zean adalah ketua yang baru di geng motor itu. Ah sial, tujuannya pindah ke sini adalah untuk menjadi dekat dengan ketua geng motor elang Brinlight. Tapi kalau ketuanya ternyata cowok nyebelin kaya Zean, akankah Zetta meneruskan tujuannya?"Eh .... " Zetta terlihat sedang memikirkan sesuatu."Apa Zet?""Tadi lo bilang kalo Zean ketua tim basket kan Al?"Alana mengangguk. Cewek itu kembali melahap batagor yang ia beli. "Berarti Zean minggu depan ikut tanding bareng SMA Starlight dong?""Hu'um .... kenapa Zet? Mau nonton?"BRAVO!Sepertinya kali ini ia harus bersikap baik pada Zean. Bagaimanapun Zetta sangat membutuhkan cowok itu untuk melancarkan misiny

    Last Updated : 2023-06-20
  • Zean & Zetta   Bab 5 ~ Five

    Ibu itu mengangguk. "Em ... Ibu mau gak Zetta kasih nama ke Ibu?""Nama? Mau!""Oke ... sekarang nama Ibu itu—""Nama nya Kasih." Zetta menoleh ke arah sumber suara. Sedikit terkejut karena itu adalah Zean. Seakan takdir mempertemukan mereka di tempat yang tidak terduga. "Zean?"Zean berjalan mendekat ke arah Kasih, Ibunya. "Loh belum abis coklatnya? Padahal Zean bawain lagi loh Bu.""Ternyata ini Ibunya Zean?" batin Zetta. Zetta sedikit menjauh dari pasangan serasi Ibu dan anak itu. Ia memilih duduk di kursi besi yang terpasang di taman mini ini. Senyumnya sedikit mengembang."Ibu tadi mau abisin tapi di suruh sama Pipit buat makan sedikit-sedikit aja," keluh Kasih. Pipit adalah perawat yang di khususkan untuk menjaga Kasih.Zean menggeleng. Ia tersenyum manis pada Kasih, Ibunya. "Ya bagus itu, jangan banyak-banyak. Tapi karena Zean bakal sibuk akhir-akhir ini jadi Zean beliin Ibu coklat lagi. Ibu simpen ya, makannya jangan banyak-banyak. Dikit-dikit aja, oke?""Emang mau kemana?""

    Last Updated : 2023-06-26
  • Zean & Zetta   Bab 6 ~ Six

    Ternyata, ingatan kita akan sesuatu akan selalu tersimpan rapih di rak seperti buku-buku yang tertata dalam otak kita. "Hey,"Zetta terperanjat kaget dengan tepukan pelan di pundaknya. Seakan kembali pada dunia nyata, ia mencoba menggelengkan kepalanya supaya ingatan itu hilang. Ingatan yang membuatnya trauma bertahun-tahun lamanya.Zetta tidak berani melihat jalanan. Tidak bisa juga mendengar suara motor. Bahkan untuk sekolah dia selalu menutup matanya agar tidak melihat jalanan."Lo kenapa?""Eh, gak papa Ze. Sorry."Zean mengangguk. "Lo, kenapa pindah dari Starlight?" tanya Zean terdengar ragu-ragu.Zetta tersenyum. Rencananya akan berjalan dengan lancar, sepertinya. "Lo harusnya tahu kalo pas pertama kali gua masuk, lo dengerin gua.""Gua gak perhatiin lo waktu itu," kata Zean menyesal."Ya, kalo gitu suatu hari nanti lo bakal tahu." Zean mengangguk. Meski dirinya masih penasaran dengan alasan Zetta, tapi jika Zetta bilang dia akan segera mengetahuinya seiring dengan berjalannya

    Last Updated : 2023-06-28
  • Zean & Zetta   Bab 7 ~ Seven

    Tepat pukul tujuh. Zetta keluar dari dalam mobilnya. Segera ia tutup lalu berjalan menuju kelas 11 IPS 5. Kelas barunya dalam beberapa hari ini."Pagi Zet."Setelah pertemuan dan perbincangannya kemarin dengan Zean. Kini Zetta sudah di pertemukan lagi dengan lelaki itu. Katanya jodoh tidak mungkin kemana kan?"Eh Zean. Pagi juga. Tumben jam segini baru berangkat?" tanya Zetta sambil memasukkan kunci mobil pada tasnya."Iya. Gua udah minta contekan semalem sama Bianca soalnya.""Dia emang jadi ladang tugas lo ya Ze?" sindir Zetta dengan kekehan pelan.Zean mengangguk dengan tawanya. Entah bagaimana tapi rasanya alasan yang akan membuat Zean tertawa bertambah satu.Tidak hanya saat bermain basket. Tidak hanya saat dapat contekan. Tidak hanya saat bermain motor. Sekarang, berbicara dengan Zetta juga sepertinya sudah menjadi alasan ke empat Zean tersenyum.Aneh.Mereka berjalan seiringan menuju kelas. Tatapan murid-murid lainnya tertuju pada Zean dan Zetta. Zetta tidak mengerti, tapi yang

    Last Updated : 2023-06-29
  • Zean & Zetta   Bab 8 ~ Eight

    "Ngomong-ngomong makasih ya udah izinin gua masuk di panitia ini," ucap Zetta."Selow aja. Gua kan ketua panitia, gua yang tanggung jawab juga. Gua juga yakin kerja lo bakal bagus."Zetta tersenyum. "Bisa aja lo. Semoga aja ya Lan.""Ya lagian santai aja.""Iya semoga gua gak bikin masalah," ujar Zetta pelan."Maksudnya?"Zetta terkekeh. Ia menepuk pundak Dilan sedikit kencang. "Enggak lah. Gila aja."Cowok itu menggelengkan kepalanya heran. Dengan tawanya yang seakan mengikuti kekehan Zetta."Udah sampe nih, ayo masuk."Zetta mengangguk. Mengekor langkah Dilan memasuki ruang rapat. Sudah banyak panitia yang berkumpul, terhitung oleh pandangan Zetta ada sepuluh orang lebih di dalam ruangan ini.Semuanya menatap ke arah Zetta dengan tatapan penuh tanya. Mereka tidak salah. Dilan berdiri di samping tempat duduknya. "Temen-temen, kenalin ini Zetta. Dia mau ikut di panitia kita. Banyak benefit yang kita dapet kalo dia join di sini. Semoga kita semua bisa bekerja sama dengan baik.""Benefit

    Last Updated : 2023-06-30
  • Zean & Zetta   Bab 9 ~ Nine

    "Siapa?" tanya Boy pada Zean yang juga mendengar teriakan Zetta.Zean menggeleng. Ia kembali fokus pada latihannya. Boy menanggapinya dengan mengangkat kedua bahu. Tanda tak tahu.Di sisi itu, Zetta mengeluarkan ponselnya. Dia fokus membidik Zean yang sedang latihan itu menggunakan kamera di ponselnya. Beberapa gambar ia dapatkan. Senyumnya mengembang. "Cakep juga ya," gumam Zetta pelan. Ia kembali memperhatikan sang bintangnya yang sedang sibuk di lapang.Keringat yang terus bercucuran dari dahinya, Zean menggunakan bagian bawah bajunya untuk menghilangkannya. Sudah seperti roti sobek yang terpampang di sana.Berulang kali Zetta mengerjapkan matanya. Juga mencoba mengatur deru nafas yang mulai tak teratur. "Kenapa gua gugup banget liat dia?" batinnya."Duh," umpat Zetta."Oke guys. Sampe sini dulu, lanjut jam satu ya," seru Zean pada keempat temannya. Mereka menjawab dengan seruan juga."Lo mau ke kantin?" tanya Boy kala Zean meninggalkan lapangan."Iya kayanya. Gua laper juga sih."

    Last Updated : 2023-07-03
  • Zean & Zetta   Prolog

    SMA StarlightSudah hampir tiga puluh menit aku menunggu Noe, dia bilang dia hanya ingin pergi ke toilet. Aku sudah menawarkan diriku untuk mengantarnya. Tapi, Noe menolaknya dengan mengatakan dia ingin sendiri.Noe juga bilang. "Udah lo tunggu aja di sini, sambil nyicil tugas juga, jadi nanti cepet Zet," katanya.Aku menuruti apa yang dia ucapkan, sebenarnya aku khawatir. Dia orang yang sangat penakut, pemalu, dan takut bertemu kerumunan orang. Ini kali pertama Noe pergi ke kamar mandi sendiri.Aku khawatir, ponsel Noe ada di hadapanku. Dia tidak membawanya, aku tidak bisa lagi menunggunya lebih lama. Ku putuskan untuk pergi mencari Noe di toilet wanita.Begitu sampai di pintu masuk toilet, aku sedikit berteriak mencarinya, tapi tidak ada jawaban apa-apa. Sampai dimana aku mendengar satu teriakan yang membuat seluruh tubuhku mendadak lemas."TOLONG! AAAAAA JANGAN.... ZETTAAA... AAAAAKK."Aku segera berlari dan membuka satu persatu pintu kamar mandi yang ada di sana, sampai pada pintu

    Last Updated : 2023-06-19

Latest chapter

  • Zean & Zetta   Bab 9 ~ Nine

    "Siapa?" tanya Boy pada Zean yang juga mendengar teriakan Zetta.Zean menggeleng. Ia kembali fokus pada latihannya. Boy menanggapinya dengan mengangkat kedua bahu. Tanda tak tahu.Di sisi itu, Zetta mengeluarkan ponselnya. Dia fokus membidik Zean yang sedang latihan itu menggunakan kamera di ponselnya. Beberapa gambar ia dapatkan. Senyumnya mengembang. "Cakep juga ya," gumam Zetta pelan. Ia kembali memperhatikan sang bintangnya yang sedang sibuk di lapang.Keringat yang terus bercucuran dari dahinya, Zean menggunakan bagian bawah bajunya untuk menghilangkannya. Sudah seperti roti sobek yang terpampang di sana.Berulang kali Zetta mengerjapkan matanya. Juga mencoba mengatur deru nafas yang mulai tak teratur. "Kenapa gua gugup banget liat dia?" batinnya."Duh," umpat Zetta."Oke guys. Sampe sini dulu, lanjut jam satu ya," seru Zean pada keempat temannya. Mereka menjawab dengan seruan juga."Lo mau ke kantin?" tanya Boy kala Zean meninggalkan lapangan."Iya kayanya. Gua laper juga sih."

  • Zean & Zetta   Bab 8 ~ Eight

    "Ngomong-ngomong makasih ya udah izinin gua masuk di panitia ini," ucap Zetta."Selow aja. Gua kan ketua panitia, gua yang tanggung jawab juga. Gua juga yakin kerja lo bakal bagus."Zetta tersenyum. "Bisa aja lo. Semoga aja ya Lan.""Ya lagian santai aja.""Iya semoga gua gak bikin masalah," ujar Zetta pelan."Maksudnya?"Zetta terkekeh. Ia menepuk pundak Dilan sedikit kencang. "Enggak lah. Gila aja."Cowok itu menggelengkan kepalanya heran. Dengan tawanya yang seakan mengikuti kekehan Zetta."Udah sampe nih, ayo masuk."Zetta mengangguk. Mengekor langkah Dilan memasuki ruang rapat. Sudah banyak panitia yang berkumpul, terhitung oleh pandangan Zetta ada sepuluh orang lebih di dalam ruangan ini.Semuanya menatap ke arah Zetta dengan tatapan penuh tanya. Mereka tidak salah. Dilan berdiri di samping tempat duduknya. "Temen-temen, kenalin ini Zetta. Dia mau ikut di panitia kita. Banyak benefit yang kita dapet kalo dia join di sini. Semoga kita semua bisa bekerja sama dengan baik.""Benefit

  • Zean & Zetta   Bab 7 ~ Seven

    Tepat pukul tujuh. Zetta keluar dari dalam mobilnya. Segera ia tutup lalu berjalan menuju kelas 11 IPS 5. Kelas barunya dalam beberapa hari ini."Pagi Zet."Setelah pertemuan dan perbincangannya kemarin dengan Zean. Kini Zetta sudah di pertemukan lagi dengan lelaki itu. Katanya jodoh tidak mungkin kemana kan?"Eh Zean. Pagi juga. Tumben jam segini baru berangkat?" tanya Zetta sambil memasukkan kunci mobil pada tasnya."Iya. Gua udah minta contekan semalem sama Bianca soalnya.""Dia emang jadi ladang tugas lo ya Ze?" sindir Zetta dengan kekehan pelan.Zean mengangguk dengan tawanya. Entah bagaimana tapi rasanya alasan yang akan membuat Zean tertawa bertambah satu.Tidak hanya saat bermain basket. Tidak hanya saat dapat contekan. Tidak hanya saat bermain motor. Sekarang, berbicara dengan Zetta juga sepertinya sudah menjadi alasan ke empat Zean tersenyum.Aneh.Mereka berjalan seiringan menuju kelas. Tatapan murid-murid lainnya tertuju pada Zean dan Zetta. Zetta tidak mengerti, tapi yang

  • Zean & Zetta   Bab 6 ~ Six

    Ternyata, ingatan kita akan sesuatu akan selalu tersimpan rapih di rak seperti buku-buku yang tertata dalam otak kita. "Hey,"Zetta terperanjat kaget dengan tepukan pelan di pundaknya. Seakan kembali pada dunia nyata, ia mencoba menggelengkan kepalanya supaya ingatan itu hilang. Ingatan yang membuatnya trauma bertahun-tahun lamanya.Zetta tidak berani melihat jalanan. Tidak bisa juga mendengar suara motor. Bahkan untuk sekolah dia selalu menutup matanya agar tidak melihat jalanan."Lo kenapa?""Eh, gak papa Ze. Sorry."Zean mengangguk. "Lo, kenapa pindah dari Starlight?" tanya Zean terdengar ragu-ragu.Zetta tersenyum. Rencananya akan berjalan dengan lancar, sepertinya. "Lo harusnya tahu kalo pas pertama kali gua masuk, lo dengerin gua.""Gua gak perhatiin lo waktu itu," kata Zean menyesal."Ya, kalo gitu suatu hari nanti lo bakal tahu." Zean mengangguk. Meski dirinya masih penasaran dengan alasan Zetta, tapi jika Zetta bilang dia akan segera mengetahuinya seiring dengan berjalannya

  • Zean & Zetta   Bab 5 ~ Five

    Ibu itu mengangguk. "Em ... Ibu mau gak Zetta kasih nama ke Ibu?""Nama? Mau!""Oke ... sekarang nama Ibu itu—""Nama nya Kasih." Zetta menoleh ke arah sumber suara. Sedikit terkejut karena itu adalah Zean. Seakan takdir mempertemukan mereka di tempat yang tidak terduga. "Zean?"Zean berjalan mendekat ke arah Kasih, Ibunya. "Loh belum abis coklatnya? Padahal Zean bawain lagi loh Bu.""Ternyata ini Ibunya Zean?" batin Zetta. Zetta sedikit menjauh dari pasangan serasi Ibu dan anak itu. Ia memilih duduk di kursi besi yang terpasang di taman mini ini. Senyumnya sedikit mengembang."Ibu tadi mau abisin tapi di suruh sama Pipit buat makan sedikit-sedikit aja," keluh Kasih. Pipit adalah perawat yang di khususkan untuk menjaga Kasih.Zean menggeleng. Ia tersenyum manis pada Kasih, Ibunya. "Ya bagus itu, jangan banyak-banyak. Tapi karena Zean bakal sibuk akhir-akhir ini jadi Zean beliin Ibu coklat lagi. Ibu simpen ya, makannya jangan banyak-banyak. Dikit-dikit aja, oke?""Emang mau kemana?""

  • Zean & Zetta   Bab 4 ~ Four

    "Nah dia orang yang paling populer di kalangan cewe-cewe di semua angkatan Zet. Ketua tim basket, juga ketua geng motor yang terkenal di sekolah kita. Namanya—""Elang, kan?" lanjut Zetta."Loh, tau?""Tau, terkenal banget itu di sekolah gua yang dulu. Cuma kalo ternyata dia ketuanya gua baru tahu."Zetta memang baru tahu kalau ternyata Zean adalah ketua yang baru di geng motor itu. Ah sial, tujuannya pindah ke sini adalah untuk menjadi dekat dengan ketua geng motor elang Brinlight. Tapi kalau ketuanya ternyata cowok nyebelin kaya Zean, akankah Zetta meneruskan tujuannya?"Eh .... " Zetta terlihat sedang memikirkan sesuatu."Apa Zet?""Tadi lo bilang kalo Zean ketua tim basket kan Al?"Alana mengangguk. Cewek itu kembali melahap batagor yang ia beli. "Berarti Zean minggu depan ikut tanding bareng SMA Starlight dong?""Hu'um .... kenapa Zet? Mau nonton?"BRAVO!Sepertinya kali ini ia harus bersikap baik pada Zean. Bagaimanapun Zetta sangat membutuhkan cowok itu untuk melancarkan misiny

  • Zean & Zetta   Bab 3 ~ Three

    "Hai Zetta."Zetta menoleh ke arah sumber suara setelah dia menutup pintu mobilnya. "Eh, Dilan. Ada apa?""Nyapa aja. Mau bareng ke kelasnya?"Zetta mengangguk, dengan langkah sejajar Zetta dan Dilan menuju ke kelas mereka bersama. "Lo tahu gak kalau minggu depan bakal ada tanding basket di sekolah kita?""Antar mana?" tanya Zetta yang tertarik dengan pertanyaan Dilan."SMA kita sama SMA lo yang dulu. Itu udah final tau," jawab Dilan diakhir dengan senyuman."Starlight?" Dilan mengangguk. Zetta ingat, orang itu dulu adalah ketua basket di Starlight. Ia harus memanfaatkan kesempatan ini dengan baik. Zetta tersenyum licik."Kenapa?" tanya Dilan heran dengan raut wajah Zetta yang berubah."Gak apa-apa. Eh lo itu ketua OSIS ya?"Dilan mengangguk. "Ko tahu?"Zetta melirik ke bet di tangan kanan Dilan dengan tulisan 'ketua OSIS angkatan 23/24' seakan paham dengan lirikkan Zetta, Dilan tersenyum sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal."Iya gua ketua OSIS, kenapa?""Gua butuh bantuan lo L

  • Zean & Zetta   Bab 2 ~ Two

    Langkah Zetta semakin cepat ketika mendapati teriakan Noe yang begitu kencang. "Enggak! Tolong! Zettaaaaa .... "Cewek itu segera masuk ke ruangan dimana Noe berada. "Kenapa?" tanya Zetta begitu masuk ke ruangan.Terdapat tujuh kelas ruangan di RSJ tempat Noe di rawat. Ruang kelas VVIP yang hanya ada satu tempat tidur. Ruang kelas VIP dengan empat tempat tidur. Ruang non kelas dengan lima tempat tidur. Ruang kelas satu dengan sebelas tempat tidur. Ruang kelas dua dengan dua puluh empat tempat tidur. Ruang kelas tiga dengan seratus lima puluh tiga tempat tidur. Terakhir, ruang isolasi dengan tujuh puluh tujuh tempat tidur.Noe berada di ruang kelas VVIP yang hanya di huni oleh satu orang. "Kami mau menyuntikkan obat tenang buat Noe tapi dia berontak," jelas salah satu perawat yang sedang memegangi Noe.Wajah Zetta terlihat sangat marah. "Kenapa? Kenapa di kasih obat tenang?""Dari tadi Noe berontak terus, kami kewalahan." Zetta segera menghampiri Noe yang sudah menatapnya dengan tata

  • Zean & Zetta   Bab 1 ~ One

    Zean berjalan masuk ke dalam kelasnya. Belum sempat masuk langkahnya terhenti kala Fasha, teman satu kelasnya menepuk pundak Zean.Zean tersenyum paksa. "Tumben berangkat pagi? Ada apa nih?" tanya Fasha pada sahabatnya."Nyari contekan. Bisa ga biarin gua masuk dulu ke dalem? Hawa ga enak nih.""Halo Kak Zean, ini ada coklat buat Kakak.""Ini aja Kak, aku bikin kue ini dari semalem loh, cobain ya?"Benar saja yang di rasa Zean, dua cewek kelas satu kini sudah berada di hadapannya. Zean, ketua geng motor sekaligus ketua tim basket di SMA Brinlight. Semua cewek mau itu kelas satu ataupun dua begitupun tiga. Semuanya pernah memberikan hadiah untuk cowok ini. Hasilnya? Di tolak mentah-mentah!Zean tersenyum kecut. "Makasih, tapi gua lagi diet," ucap Zean sambil melangkah masuk ke dalam kelasnya menghiraukan dua cewek semok itu.Mata Fasha berbinar kala melihat coklat yang di pegang oleh cewek berambut pendek. "Boleh buat gua aja ga coklatnya?"Kedua cewek itu bergidig, mereka melihat sini

DMCA.com Protection Status