Setelah pesawat cruising, Kendali pesawat digantikan oleh anggota kepercayaan Tytan. Kyrene dan Sora menyusul kami di meja pertemuan. Banyak hal yang harus kami dibahas di meja bundar ini.
"Yang paling menguntungkan dikeadaan seperti ini adalah penyerangan tertutup." Aku memulai pembicaraan, "Setidaknya, kita dapat titik point sebelum kekuatan mereka terkumpul. Tapi bagaimanapun kita harus memastikan Shereen ada di markas. Karena menikam jantung musuh tanpa senjata yang bisa membuatnya mati sekali tekan hanya akan membuat kita menggalami sekali duakali serangan kecil."
"Tapi, Zoe, jika kita melakukan penyerangan tertutup tentu tidak akan ada negosiasi antara kau dan israel. Itu lebih membahayakan Shereen, ia jelas akan menjadi umpan untuk membuat kita bertekuk lutut. Pula, mengingat pertempuran ini ada di kandang lawan, keadaan Non negosiasi juga membahayakan kita. Tapi tentu, jika kita melakukan negosiasi maka selanjutnya adalah perang terbuka. Kita jelas kalah senjata."
Ruang pertemuan lenggang setelah mendengar masukan Sora. Kami kembali sibuk meneliti berkas yang sudah disiapkan Kyrene dan bertarung dengan pikiran masing-masing.
"Semua ini lebih mudah diputuskan kalau kita mengetahui Putri Shereen benar ada di Israel atau tidak, Nona." Tytan menyerahkan padaku berkas perpindahan zona militer Shereen, "Dengan adanya surat perintah ini, pemerintah Yordania tidak akan melakukan apapun untuk mencari putrinya. Dan tentu, kita juga tidak akan mendapatkan bantuan. Kecuali, mereka mau melakukan misi blackman demi mengawani kecurigaan."
"Kenapa kita tidak menyebarkan rumor hilangnya Shereen, Zoe?" tanya Sora.
Aku menggeleng, itu ide buruk, "Ini menyangkut seorang putri, Sora. Isu seperti ini akan membuat keresahan tidak perlu di masyarakat Yordania. Konflik akan memanas. Dan, Israel jelas semakin diatas angin memanfaatkan keadaan untuk menaklukkan Yordania."
"Kita harus memancing Israel untuk mengakui keberadaan Putri Shereen, Nona. Diplomatis atau Perang tidak akan ada keuntungannya bila hasil akhirnya kita hanya akan berselisih paham." Ujar jack, "Lagi pula, belum ada informan yang benar-benar mengatakan putri Shereen tidak ada di perbatasan kan? keputusan Nona untuk menuju Israel sekarang terkesan terlalu terburu."
"Jack! Ini soal kawan kita. Aku tau kita tergesa, tapi setidaknya kita siap selalu memutar kendali menuruti perkembangan keberadaan Shereen." Sora menyela marah, "Ini bukan hal yang harus diperdebatkan. Sekali mendengar kabar buruk dari salah satu sekutu, tau tidak tau, benar tidak benar, kita harus berangkat secepatnya. Kesetiaanmu patut dipertanyakan, Jack."
"Sudahlah," Aku menengahi mereka, "Aku tau keputusanku terkesan emosional. Kita juga jarang sekali melakukan misi yang bergantung pada holding area seperti sekarang. Aku tau apa yang kau khawatirkan, Jack. Tapi bagaimanapun, Shereen adalah point utama. Mati mendadak atau sekarat bersimbah darah, itu adalah cara kita bersahabat."
Jack menunduk takut-takut, "Maaf Nona."
Aku menepuk bahunya pelan. Baginya, keselamatan nona-nonanya lebih penting daripada sekutu sesetia apapun. Tidak ada satupun anggota die Waffe yang meragukan kesetiaannya. Termasuk Sora. Ia hanya sedang kalut.
Kyrene menatapku, "Radarku belum bisa masuk menjangkau Israel, jarak kita terlalu jauh. Butuh setengah jam lagi." ia melemparkan beberapa kertas yang baru keluar dari printer, "Sementara, aku baru mendapatkan ini dari kamera pengawas komando militer saat Shereen mendapat perpindahan zona."
Aku melihatnya. Wajah Shereen nampak sangat berbahagia membaca surat perpindahan, "Selalu menolak bermain aman." lirihku.
Sora tiba-tiba berdiri dan mendekati meja kerja Kyrene, "Ky, coba perbesar bagian ini." Ia menunjuk foto Shereen yang berbaris diantara calon sekawan zona barunya dilayar monitor. "Zoe kemarilah."
Aku mendekati mereka, Sora menunjuk sesuatu dilayar.
"Titik tiga?" tanyaku saat menatap tanda dileher salah satu lelaki berseragam tentara Yordania. Aku pernah melihat tanda itu sebelumnya. Tanganku merogoh ponsel disaku, dan mengetikkan beberapa kata pada seorang informan. Dan balasannya membuatku terperangah, "Taiwan. Tato sindikat mafia Taiwan.".
"Tato itu milik mafia Taiwan?" tanya Kyrene memastikan.
Aku mengangguk cepat, "Hong Kong akan melawan Taiwan dengan pasukan kita besok. Awalnya aku juga curiga kenapa keluarga sebesar itu meminta bantuan pasukan alih-alih mengancam. Rupanya Taiwan dan Israel bersekutu." Tanganku menggaruk kepala frustasi, "Bodoh sekali Zhangs tidak mengabarkan detail padaku. Hubungi Mr.Zhangs, Jack!"
Sora mengusap wajahnya kasar, "Tytan, sisa pasukan perintahkan untuk melindungi markas dan menyebar di aset-aset kita. Sekarang!"
Suasana mendadak mencekam. Tytan nampak menghubungi beberapa petinggi perusahaan kami untuk melaporkan keadaan. Ia terlihat khawatir dan berulang kali mencuri pandang padaku, "Tidak masalah. Ini bukan sesuatu yang tidak bisa kita hadapi." Ujarku menenangkan. Ia mengangguk kecil.
Telepon Mr.Zhangs tersambung dilayar komputer Kyrene. Wajah laki-laki itu seolah sudah tau apa yang terjadi, "Aku sudah dengar tentang Putri Shereen, Zoe. Tadi aku menghubungi sekretaris markasmu." ujarnya.
Aku menghela nafas. Selalu lamban. Lantas jika sudah mendengar kabar, mengapa ia tidak langsung menghubungi? "Kami mendapatkan banyak puzzle. Orang yang bersama Shereen memiliki tato keluarga Taiwan. Kami tidak mendapatkan kepastian apakah benar putri Shereen ada di Israel atau malah di Taiwan."
"Tenang dulu, Zoe." ujarnya, "Konflik ini bukan hanya tentang Yordania dan Israel saja. Ini tentang kita, dunia gelap."
"A-apa maksudmu, Zhangs?" tanya Sora, "Mereka mengancam kami dengan mengambil Shereen?"
Kyrene menahan bahu Sora yang nampak marah, "Sora."
"Bukan begitu, Sora. Dengarkan aku dulu!" ia menghela nafas seolah lelah bila harus mendebat Sora, "Ini hanya prediksiku. Asia Timur tidak mempunyai pemimpin Tunggal seperti kalian –di Asia Tenggara. Ini semua karena pertemuan kita di Macau, Zoe. Rupanya mata-mata Taiwan menyalah artikan pertemuan kita sebagai persekutuan antara Asia Tenggara, Hong Kong, dan China. Pula, Semalam ketika kita di Borneo, anak buah ku juga membunuh satu mata-mata Taiwan. Melihat mereka mengajak perang terbuka dengan Hong Kong, rupanya Taiwan berambisi menjadi pemimpin Asia timur. Mereka mengatur siasat agar kau tidak memberi bantuan Hong Kong dengan cara memecah konsentrasi pada penculikan Shereen. Mungkin ini hanya prediksi, tapi lini masanya sangat jelas. Sehari setelah kita bertemu di Macau, Shereen mendapat perintah perpindahan. Dan setelah 1x24, berita tentang perpindahan Shereen baru sampai ditelingamu, esok adalah perang Hong Kong-Taiwan, esok pagi pula kedatanganmu di Israel. Pola ini sudah diatur, Zoe. Tidakkah kamu melihatnya?"
"Hey Zhangs! Berani sekali kalian melibatkan kami atas konflik benuamu itu! Apalagi dengan mengikut sertakan Shereen. Entah Taiwan atau Hong kong atau bahkan kau sendiri, kalian semua akan mati ditanganku jika Shereen terluka barang satu goresan."
"Kau kira aku menginginkan ini terjadi, Sora? Ini hanya dugaanku." Mr. Zhangs menatap mata Sora yang tajam menghardiknya dilayar, "Tapi dugaan ini rupanya adalah kenyataan. Aku mendapat laporan, beberapa Aset Hong Kong dikunjungi orang-orang asing. Beberapa diantara mereka menciptakan keributan. Kami juga dalam keadaan genting, Sora. Taiwan juga akan menyerang China setelah berhasil menaklukkan Hongkong. Mereka merasa diatas angin karena bantuan Israel."
"Aku tidak perduli! Tidak ada hubungannya dengan kami! Shereen berada di titik ini karena konflik Yordania dan Israel, Zhangs! Buat apa kau membicarakan masalah negara bagianmu?"
Aku menahan bahu Sora, "Sora, Taiwan mencurigai kita berada di balik mekarnya kekuasaan China dan Hong kong. Aku terkesan menunjukkan keterberpihakanku kepada dua negara itu. Akhirnya mereka meminta bantuan Israel untuk memecah konsentrasi kita. Kalau konsentrasi kita terpecah, maka Hongkong atau China tidak akan mendapat banyak bantuan itu artinya kesempatan Taiwan menang akan semakin besar. Mereka tau Shereen adalah umpan yang baik."
Sora menghempaskan tanganku, "Sialan!"
"Aku tidak akan membiarkan Shereen terluka karena kesalahan kita, Sora. Tenanglah."
"Kenapa harus Shereen, Zoe?" suara Sora terdengar benar-benar putus asa.
"Karena Shereen adalah bagian dari kalian dan kebetulan ia sedang berada dititik buta. Shereen berada dipihak kalian yang menguntungkan kemenangan Taiwan dan Shereen juga di pihak Yordania yang menguntungkan kemenangan Israel. Tidak mungkin negara kuasa itu melakukan bantuan tanpa melihat sisi strategisnya." sela Mr. Zhangs.
"Kalian menggunakan Shereen untuk semua ini?" Sora berdecak, "Mari kita bunuh mereka semua, Zoe, bedebah-bedebah Asia Timur."
"Zoe!" Kyrene melonjak dari tempat duduknya, "Radarku sudah berhasil menjangkau Israel. Lihat!" tangannya menunjuk monitor. Memperlihatkan rekaman CCTV di salah satu jalanan Israel. Seorang perempuan berambut cokelat nampak disekap didalam mobil bersama dua orang laki-laki berbadan kekar. Semua mata terkejut melihatnya.
"Ini dimana?" tanyaku, "Apa sudah kau pindai siapa yang ada difoto itu?"
"Jalan menuju markas mafia Israel kemarin sore." Ujarnya. Tangannya kembali bergerak dengan program-program rumit di layar komputer. Pemindaian selesai. Dua orang lelaki itu bernama Robe dan Maggo, salah satu anggota sindikat mafia Israel. Sedang, seorang yang berada dibalik kemudi itu, Sam, orang yang kukenal dengan baik.
Dan perempuan itu, Shereen.
Kepalaku kembali pening.
"Zoe!" Mr.Zhangs yang sempat terabaikan kembali menyela, "Aku harus segera pergi. Markas dijalan protokol diserang."
Aku mengangguk malas. Membiarkan layar kembali gelap tanpa ucapan selamat tinggal. Bajingan mafia Asia Timur itu terlalu dalam melibatkanku dalam petarungan kekuasaan. Mereka seolah tidak membiarkanku tenang dipuncak kemenangan, "Crab mentallity." Decihku.
"Nona." panggil Jack lirih, ia menunduk mendekatkan kepala ke telingku, "Inilah yang jelas terjadi ketika kekuasaan kita semakin membesar. Keterberpihakan kita pada satu kubu benar-benar harus dipikirkan matang-matang. Jika Taiwan menang, kita tidak dapat meluaskan kekuasaan ke Asia Timur."
Aku mengedik, "Aku tidak perduli pada Asia Timur. Fokus kita hanya menyelamatkan Shereen, membunuh keluarga Taiwan, membiarkan Hong Kong menang dan kembali ke misi awal; Izin Anti Trust. Tapi, ternyata untuk masalah sesepele itu kita menghadapi banyak hal. Bukankah 25% saham terlalu sedikit, Jack?" ujarku.
Jack tersenyum, "Kalau kau bisa membuatnya menjadi 30%, itu lebih menguntungkan, Nona."
Aku terkekeh kecil, "Tidak salah aku memilihmu Jack. Cara kita dalam berbuat dosa selalu sama."
"Kau membuatku tersanjung, Nona." Jack tersenyum, "Lalu, apakah ada perintah?"
"Siapkan makanan untuk semua anggota lalu pastikan mereka istirahat. Jangan lupa, Antar makanan ke Cockpit. Besok pagi, mereka semua harus dalam keadaan siap bertempur." Jack mengangguk, "Ah iya, siapkan Kanzashi dan Kalung dari Guru Tami milikku."
"Kita bertarung jarak dekat?" tanya Kyrene yang turut mendengarkan percakapan kami.
Aku tersenyum, "Surprise!
Langit merebah. Paduan gelap membiru terang diantara horizon orange mentari pagi menyambutku hangat. Aku berdiri menumpukan badan pada dinding pesawat melemparkan mataku pada bentangan gugusan awan. Setelah berbaur dengan kesunyian yang cukup panjang, Jack mengetuk pintu. Ia masuk bersama dengan segelas susu dan beberapa lapis roti selai cokelat. Matanya menunduk saat menatapku yang hanya dibalut jubah tidur. "Bagaimana malam mu, Jack?" tanyaku sembari mengambil susu diatas nampan, "Tidurmu nyenyak?" "Sangat, Nona." Ia meletakkan sarapan diatas tempat tidur, "Terimakasih." Aku menoleh menatapnya heran, terimakasih? Ia mengulum senyum. Tangannya bergerak membenarkan posisi Rolex Antimagnetique Ref. 4113 from 1942 dipergelangan. Jam yang dibuat dari silver matter dan pink gold Arab itu adalah oleh-oleh dariku sepulang menemani M
Suasana mendadak benar-benar tegang. Suara tapak kakiku yang sengaja kubuat kasar, lirih berjinjit tapak kaki anggota, dan pistol-pistol yang pelatuknya ditarik kasar mewarnai perjalanan. "Apa yang kau inginkan, Sam?" tanyaku. Sam sedikit mengendurkan todongannya ke kepala Shereen, ia tersenyum puas, "Kau harusnya bertanya lebih awal, Kei, supaya kita tidak perlu repot-repot melakukan ini."Aku mengangguk, "Kau juga tak perlu repot-repot memanggilku Kei, seolah ingin menghormatiku sebagai Putri Chikusou, Sam. Panggil aku Zoe, nama yang lebih layak untuk diucapkan mulut kotormu." Ujarku sambil terus melangkah mendekat, "Jadi, katakan apa maumu.""Sederhana." ucapnya santai, "Sewakan kembali tanah Al Baqoura dan Al Gamr pada Israel, kami ingin membuat ladang ganja disana. Lalu, jadikan Taiwan pemimpin Asia Timur. Dan yang terakhir, bergabunglah bersama kami. Begitu kau setuju, kau boleh pergi dari sin
Aku menatap Shereen yang masih tertidur dalam buai obat bius. Tanganku membelai rambut cokelatnya. Ialah Shereen, Seorang pilot militer wanita pertama yang menyelesaikan pelatihan fixed wing aircraft di usia 19 tahun. Seorang bangsawan yang diam-diam bekerja paruh waktu menjadi pilot organisasi kami. Menurutnya, kehidupan menjadi seorang Putri bungsu Raja Yordania membuat karier dalam dunia militer tidak menantang. Ia tidak diizinkan melakoni misi sulit bahkan sekadar mengendarai jet-jet tempur dengan alasan keamanan Putri Raja. Padahal kemampuannya tidak bisa diragukan. Kuakui, ia dua tingkat diatas Kyrene. Bersama kami, ia dapat dengan bebas menggendarai jet-jet tempur, memutar kemudi pesawatnya diudara, melakukan G Force (anti gravity), dan berbagai pengalaman menegangkan lainnya. Walaupun seluar biasa itu, dimata kami ia tetap hanyalah adik kecil yang menggemaskan dan terkadang –lebih banyak menyebalkan. Melihatnya setakberdaya ini memb
Dua tahun berlalu membawa begitu banyak perubahan pada tiap-tiap sudut pondasi Die waffe. Mulai dari Shereen yang tidak lagi berkeja sebagai pilot kami karena ia diperintahkan untuk tidak meninggalkan istana, Bonus 5% tambahan saham atas keberhasilan mendapat izin anti trust filing hingga kabar duka yang menyelimuti markas tiga minggu yang lalu. Guru besar kami, Guru Tami telah berpulang. Senyum pucat yang menghantarkan pada gerbang perpisahan tersirat mengatakan bahwa ia akan pergi untuk melanjutkan persahabatannya di surga. Semoga kedamaian menyertaimu, Guru. Kini Diruang tengah potret Guru Tami mengenakan Shinobi Shozoko dan Acungan ninjato Paman Frank terlukis gagah. Hariku kini lebih sibuk, semakin banyak wajah yang menuntut dengar ceritaku. Tanganku bergerak membenarkan lukisan Paman Frank yang sedikit miring. Masih hangat diingatanku ka
Langkahku beku disambut gelagar megah Foxwoods Casino. Aku tergugu heran. Sejak kapan surga menjelma menjadi Hamparan mesin slot; ruang poker; meja permainan BlackJack, Roullete dan Craps; kerumunan pertaruhan anjing, balap kuda dan jai lai; serta Balai Bingo sebesar ini? Tempat yang menyajikan pengalaman gemerlap dunia perjudian diantara restaurant mewah, Shopping center, spa center, top golf swing suite dan Stony Creek Bewery ini benar-benar layak menyandang gelar "The Most".Crazy!"Nona." panggil Jack lirih, "Kau mau menggunakan jasku?"Aku menoleh heran menatap dua kancing teratas jasnya yang sudah tanggal. Matanya merajuk tak nyaman pada leather guipure Lace Gown yang kukenakan. Aku menggeleng kecil ketika mengerti arah pembicaraannya, "Tidak perlu." tanganku bergerak mengaitkan kancing jasnya.Jack menahannya, "Banyak laki-laki yang terus memperhatikanmu sejak kita datang, Nona
“Tuan Thomas.” seorang lelaki diujung meja membuka suara. Kepalanya condong miring menyempurnakan pandang, “Karena keterlambatku, aku baru menyadari ada wajah baru yang duduk diantara kita hari ini. Aku rasa, tak elok bila makan semeja tanpa saling mengenal. Bukan begitu, Tuan?”Yang berbicara itu adalah pemimpin The Marrakesh. Seorang rubah berkepala manusia yang sangat lihai dalam permainan judi, Mr. Pierre. Kami pertama kali bertemu di Tusk Rio Casino, Afrika Selatan, saat Mr.Thomas menjeb
Mobil membelah jalanan meninggalkan pertemuan membosankan semalam. Aku melepas kanzashi dan membiarkan rambutku jatuh terurai. Kubuka sedikit kaca mobil, membiarkan rambutku diterbangkan angin. Mataku terpejam menikmati suasana. Ini adalah hal yang paling kusuka; Berkendara dengan kecepatan penuh, kaca mobil yang terbuka, angin dingin yang membelai kepala dan musik kencang sepanjang perjalanan. Cara berlibur paling sederhana.Jack menepikan mobil. Tangannya bergerak melepas jas dan menyelimutkan ke tubuhku. Aku ters
Malam jatuh di langit markas. Hitamnya pekat menggemakan gemerlap bintang dan rembulan. Lampu kota berkedip dari kejauhan, beberapa diantaranya nampak redup seolah mengingatkan hari mulai larut. Aku bersandar ditepian, membiarkan angin terus membelai puncak kepala. Tanganku masih keukeuh membolak-balikkan lembaran berkas laporan bulanan yang baru saja dihaturkan Jack. Menjelang awal bulan aku selalu sesibuk ini, banyak berkas yang harus ditanda tangani dan banyak masalah kecil yang harus segera dikuliti.“Semua laporan yang kau minta ada didalam sana, Non
Setelah kuhabiskan enam purnama duduk berairmata diberanda klinik Bian Que, akhirnya hari yang kutunggu datang jua.Malam ini, dengan mata nyalang memindai markas besar El Chino, aku duduk sedikit bersandar. Semua sudah sangat siap; tubuhku telah sempurna dibalut Shinobi Shozoko, jemariku telah dihiasi Shoboki, pula punggungku pula telah menegak menenggerkan kusarigama dan kyoketsu shoge. Setelah purnama kutujuhku sedikit menyingsing, semua dendam, duka, lara dan nestapaku akan segera sirna.Bicara tentang purnama ketujuh membuatku jadi sadar, enam purnama yang telah kulalui tak pernah seberbinar hari ini. Purnama pertamaku penuh duka, air mata dan tangis derita. Setiap pagi, Bian Que dengan sabar menjemur selimut bludruku yang basah air mata. Setiap siang, Chen akan datang membawakan cerita-cerita. D
Dari balik pasukan bersenjata, dua pasang mata yang amat sangat kukenal berkedip tak berdosa. Tangan mereka saling berkaitan seolah mautpun tak mampu memisahkan. Salah satu dari mereka melambai penuh senyum kearahku. Aku terdiam, menatap pengkhianatan maha luar biasa dihadapanku. Diantara carut marut itu, satu senyum ramah menyapa, Mr. Thomas. Wajahnya memar penuh darah. Dibalik kepalanya, satu riffle menodongnya kasar.Air mataku menetes dalam bisu, "Jack? Shereen?" lirihku."Perkenalkan, Kei. Ini Jack, pewaris ketiga bermata biru yang disebutkan Matteo sebelum ditembak oleh salah satu anggota kami. Lalu ini calon menantuku, Putri Yordania yang cantik jelita, Shereen. Aku kira kalian saling mengenal dengan baik bukan? Seorang tangan kanan sekaligus otak bisnis dan seorang pilot sekaligus sahabat terbaik die waffe."
Disebuah bangunan tua, yang halaman depannya dipenuhi ilalang, sebuah api unggun menyala pelan. Dibalik deru hangat apinya, dua pasang telapak diam-diam mencoba mencuri kehangatan. Kami terdiam menatap api yang terus menari-nari diterbangkan angin. Tapi diantara keheningan mega memerah, baik aku atau On Ji sama-sama sepakat bahwa sebentar lagi Sora berangkat menuju pagi."Kau tidak ingin bertanya padaku, Kei?" tanya On Ji memecah bisu.Aku menggeleng kecil kearahnya, "Apa yang harus kutanyakan, On Ji? Walaupun wajahmu penuh lebam, aku masih bisa mengenalimu."Ia terkekeh, "Sorry, aku hanya sedikit terkejut karena kau masih mempercayaiku.""Aku juga terkejut." balasku, "Kupikir aku tak lagi bisa mempercayai orang terdekatku, t
Kakiku segera menendang tubuhnya keras-keras. Jack terpelanting jatuh. Kala Katanaku siap menebas, ia bergulung menghindar. Mata pisau pedangku terayun sia-sia. Aku segera berbalik, dengan segenap dendam membara, kulayangkan katana tepat pada dadanya. Jack mundur menghindar. Katananya terayun menghalau seranganku.Kakiku terpeleset mundur selangkah. "ARGHH!!!" Pekikku kuat-kuat sembari kembali menebaskan pedang. Jack menahan serangan, kakinya maju cepat melumpuhkanku.Aku beringsut mundur, entah sejak kapan ia semahir ini. Katanaku terus menebas maju, Jack terus menangkis melupuhkankan serangan. Aku mundur selangkah, merapatkan kuda-kuda dan memutar tubuhku untuk menggelabuhi pergerakan. Nihil, ia masih mampu menangkisnya. Jack terlihat sangat mudah menebak pergerakanku.Aku terus meng
Ah, jadi begini rupa surga. Bulan purnama terang benderang dibalik jendela kayu, lentera-lentera lugu, ranjang bambu berlapis selimut bludru, dan tubuhku yang masih lemah layu. Mataku mengerjap, mencoba menalaah ruang surga lebih dalam. ternyata, surga begitu Gelap dan kelam. Bayangan tentang kehidupan yang pernah kulaluipun masih menusuk diruang kesedirian. Air mata deritaku kembali menetes. Ngilu. Mana bisa surga semenyedihkan ini?Sesosok malaikat yang wajahnya sangat akrab diingatanku datang menghampiri. Air mata tergantung disudut matanya. Aku tersenyum, mencoba berkata bahwa aku sudah merelakan segalanya. Tapi keningnya berkerut tak mengerti, "Zoe." panggilnya lirih. Ia mendekatkan lentera ke wajahnya, "Kau sudah sadar?"Aku menyipitkan mata. Chen? Aku yang belum mati atau memang ada malaikat yang berwajah seperti gadis T
Sekali lagi, Mykonos gagal menyembunyikan keindahannya. Ano Mera, distrik terdekat dari pantai teluk parmonos ini seolah dengan sengaja menenggelamkanku dalam budaya tradisional Yunani yang megah mewah. Mobil kami melewati gereja beratap merah milik biara Pananiya turgliani, tempat koleksi ikon kereta dan font marmer dari abad XVIII bertengger. Jika tidak pekerjaan mendadak, sebelum kembali ke Asia aku akan mengajak Jack kemari. Aku ingin mengambil beberapa gambar didalamnya, lalu berjalan kaki ke utara, ke arah biara Palebkastro dan menikmati pemandangan Yunani dari lereng gunung.Mobil berhenti di ujung jalanan utama, didepan papan nama restauran yang sudah dipesan Jack semenjak aku menyetujui ajakannya. Cuzenuz garden. Restauran ini terletak di halaman tersembunyi, di belakang pabrik roti. Meski letaknya terpencil, restauran ini sempurna menyajikan landscape pantai t
Sepuluh tahun berlalu, tapi Mykonos masih semegah dulu. Kota yang disebut-sebut dengan Second Ibiza ini menyambutku dengan pelukan hangat. Diantara hingar bingarnya, aku menepi ke sudut paling romantis di Mykonos; Little Venice. Distrik ini akan memanjakan mata dengan lengkungan garis pantai, pelabuhan tua yang hening, gereja-gereja putih, warna-warna ceria galeri seni, rumah-rumah dengan balkon kayu serta cafe dan bar yang ramai dengan tawa muda-mudi."Nona." genggaman tangan Jack sedikit menahan pergerakanku, "Jangan jalan terlalu cepat. Jahitanmu masih belum kering betul."Sudut bibirku terangkat mendengar kekhawatirannya. Sudah lima menit semenjak turun di pemberhentian bus, Jack tak sedikitpun mampu mengawani langkahku yang tergesa. Aku enggan melambat. Walau setengah pincang, aku benar-benar tidak sabar untuk membuka kenangan lama
Tiba-tiba, pasukan penembak dengan komposisi penuh berlarian naik. Seluruh moncong senjata bergerak mengelilingiku. Aku hanya tersenyum, mengangkat kedua tangan dan bersimpuh. Seluruh suara di earphone berteriak mempertanyakan rencanaku. Aku hanya diam dan terus diam. Mereka seharusnya tidak lupa bahwa aku bukan orang yang bisa menerima kekalahan. Aku tidak akan kalah. Diantara hingar bingar itu, seorang lelaki dengan tuxedo hitamnya bertepuk tangan mendekat. Ia menarik penutup wajahku kasar lalu tersenyum penuh kemenangan. Batinku tertawa, tidak sekarang, Matteo, tidak sekarang. "Look!" dengan gaya elegan ia menunjukku, "Pemimpin die Waffe yang terhormat bersimpuh dihadapanku! Why, Zoe? Ini tidak seru! Kau harus bangkit dan melawanku. Bukankah kau kemari dalam misi persekutuan dengan The Victory untuk menghancurkanku? Hah! Sampai kapan kau tidak meny
Diketinggian sekian meter diatas permukaan laut, aku duduk diantara bising mesin helikopter. Tubuhku sedikit menggigil ketika semburat angin dini hari berdesir. Mataku terpejam, terlalu lelah mengutuki langit. Kepalaku bersandar dibahu Jack, tangannya lembut mengenggamku menyalurkan kekuatan. Lima menit lagi, kami akan segera tiba di markas La dislav.Hari ini, Sora akan memberikanku tugas sedikit lebih berat. Ketika seluruh anggota mengepung akses keluar masuk markas dan menghimpit Matteo agar melarikan diri lewat jalur udara, bersama Jack, Dario dan balutan Shinobi Shozoko ditubuh, aku akan menjelma menjadi burung-burung malam yang bersembunyi diatara bayangan gelap sinar rembulan.Guru, malam ini aku kembali menjadi seorang Kunoichi yang kau banggakan. Bersoraklah atas namaku dari surga.