Beranda / Lain / ZOE / BAB 3: PUTRI SHEREEN

Share

BAB 3: PUTRI SHEREEN

Penulis: Edableyou
last update Terakhir Diperbarui: 2020-10-01 12:40:03

    Kepaku pening. Semalam suntuk aku dan Mr.Zhangs mengadakan pertemuan di Borneo untuk membahas rencana lobbying pemerintah China terkait izin Anti Trust Filing. Aku merebahkan tubuh dihadapan sofa yang menyorot langsung pada dinding tempat lukisan Chichi dan Haha bertengger gagah. Dari arah gelanggang, Sora bersama wakizashinya melakukan rutinitas; mengupas apel untuk sarapan sembari berjalan mendekatiku.

    "Kau minum berapa banyak, Zoe?" tanyanya sembari merapikan anak rambutku. Aku mengacungkan dua jari. Sora menggeleng tak habis pikir, "Lalu bagaimana hasilnya?"

    "Tidak ada yang spesial. Hanya, keluarga Hong Kong meminta sekompi pasukan kita untuk dibawa menggempur Taiwan besok. Dengan begitu, ia berjanji tidak akan menganggap die Waffe mengkhianati persekutuan. Bahkan, jika Taiwan berhasil diduduki, ia berjanji akan menggerakkan rakyat Hong Kong untuk mengikuti permainan China dua tahun kedepan." Aku mengambil sepotong apel di piring Sora, "Aku dan Mr.Zhangs sudah punya data cacat hukum pemerintah China. Tapi, pemerintah China bukanlah orang-orang yang mudah dikalahkan. Kita tidak banyak pilihan selain mengirimkan prajurit terbaik. Karena bila Hong Kong menang, kesepakatan dengan China lebih mudah. Lebih banyak yang bisa ditawarkan."

    "Apa kau akan mengirim Tytan?"

    Aku mengedikkan bahu, "Tytan ikut atau tidak dan siapa saja yang menjadi pasukan itu wewenangmu." ujarku, "Tapi, Sora, kita benar-benar butuh memenangkan Taiwan. Karena kalau sekadar mengganti pejabat bea cukai, membebaskan pajak, jaminan keamanan penyelundupan, dan pembebasan orang-orang China yang menjadi tahanan karena kasus kemarin, itu tidak akan menarik mereka. Jika kita bisa memberi jaminan bahwa Hong Kong sedikit tunduk dua tahun kedepan, pasti pemerintah China akan langsung setuju. Benarkan? Jadi, kirimkan yang sebaik-baiknya."

    "Iya, setelah ini aku kirimkan daftarnya kepadamu. Tapi, daripada terus sibuk mengurus konflik, lebih baik kau membersihkan wajahmu dulu." Sora membawaku ke pangkuannya. Tangannya bergerak menyentuh wajahku. "Lihat mata hitam yang selalu kau banggakan sebagai hasil kerja keras itu, Zoe. Aku yakin, Panda merasa insecure saat melihat kantung matamu." celotehnya.

    Gadis cantik ini bernama Sora, anak jenderal kebanggaan Chikusou -Frank Rothein. Ia dua tahun lebih muda dariku. Namun, Hidup kami tidak berbeda jauh. Dilingkungan Paman Frank tidak ada yang mau menerima Sora. Akhirnya Haha membantu Paman dengan menitipkan Sora kepada penembak jitu Uni Soviet, Pembunuh 257 komplotan Nazi di Sevastopol, Lyudmila Pavlichenko. Sora hidup dilingkungan sama hitamnya denganku. Sedari kecil Lyudmila melatihnya menjadi seorang pembidik handal -untuk menjadi penerusnya. Namun naas, saat umur Sora masih sepuluh tahun ia dipaksa berpisah karena Lyudmila harus melakukan misi khusus. Sejak saat itulah, Haha mengambilnya dan memperkenalkan Sora sebagai kawanku, Kawan pertama di markas besar Chikusou.

    Kedatangan Sora membuat hidupku warna-warni ceria oleh tawa seorang gadis berwajah sendu ahli Rheinmettal MG 3 -Senjata garda depan ini. Melihat potensi kami, Chichi kembali membawaku dan Sora pada gelanggang pelatihan. Pagi kami dipaksa membaca buku-buku pengetahuan, Siang sedikit kami dihadirkan dalam rapat pembahasan masalah organisasi dan malam kami berlatih berbagai macam teknik bela diri serta senjata api. Kami tumbuh bersama sekeras itu.

    "Kau sudah makan, Sora?" tanyaku, ia menggeleng kecil, "Ada yang ingin kau makan? Biar kubuatkan."

    "Buatkan makanan kesukaan Kyrene saja, Zoe. Dia belum tidur semalaman untuk menyelesaikan pekerjaan darimu."

    Belum sempat aku menjawab, tiba-tiba dari arah ruang pertemuan kami Kyrene berlarian. Tangannya penuh oleh notebook dan beberapa berkas. Melihat wajahnya yang cemas, hal buruk jelas sedang terjadi.

    Baiklah. Apalagi sekarang?

    Aku bangkit. Kyrene menatapku dan Sora bergantian, "S-Shereen." ia menjeda. Meninggalkan tanda tanya besar dikepala kami. "Disandera."

    "Apa!" Sora berteriak kencang. Wajahnya terkejut dan menatapku meminta penjelasan. Aku berlari merampas notebook Kyrene dan membaca pesan surel yang terpampang dilayar.

    "Kemarin, aku mencoba menelpon Shereen untuk menanyakan kabar. Tapi, ia tidak menjawab. Seingatku, misi Shereen tidak seburuk itu. Harusnya ia bisa menjawab setelah selesai tugas. Tapi, Nihil. Akhirnya, aku mencoba menghubungi beberapa rekan teamnya, mereka bilang Shereen dipindah tugaskan keperbatasan Yordania-Israel. Awalnya aku tidak menyangka ada yang salah, toh dia memang dalam masa tugas. Tapi, tadi pagi, Pangeran Mahkota Yordania menghubungi markas kita. Ia mendapat kabar dari informan kerjaan bahwa adiknya dipindah tugaskan. Dan menurutnya, Itu hal yang tidak mungkin mengingat Shereen seorang Putri dan panasnya konflik yang berkembang antar dua negara akhir-akhir ini. Khaled menduga kuat ini penyanderaan Israel. Ia meminta bantuan, karena adanya surat keputusan perpindahan zona, kerajaan tidak ada alasan untuk melakukan penyelidikan. Mereka tidak ingin dianggap menganak emaskan Putri."

    Aku menghela nafas berat, jantungku mendadak sesak seolah ditikam tajam. Mengapa harus Shereen?

    "Konflik apa?" tanya Sora.

    Aku mengusap wajahku kasar, "Terakhir kali pertemuanku dengan Shereen, satu bulan yang lalu, Ia bercerita bahwa Yordania akan mengambil kembali Al Baqoura dan Al Gamr yang disewakan ke Israel. Lantas, Menteri Pertanian Israel mengancam akan menghentikan pasokan air bersih ke Amman. Mendengar kekhawatiran Shereen, Aku menyuruh Jack mengirimkan bala bantuan ke Yordania untuk mencari cara agar Amman memiliki pasokan air bersih yang cukup. Dan berhasil. Lima hari yang lalu Shereen masih mengirimkanku pesan ucapan terimakasih, karena berkat bantuan kita Yordania tidak perlu takut menghadapi ancaman. Namun rupanya, ini berdampak buruk. Israel mencari cara lain, cara yang lebih sampah dari sampah." jelasku.

    "Bedebah-bedebah itu berani sekali menyentuh adikku. Ia tidak tau kakak-kakaknya ini berdarah dingin." Sora menancapkan wakizashinya pada sisa potongan apel, "Kita harus segera berangkat, Zoe. Berikan aku perintah."

    Tidak mudah untuk mengambil Shereen ditengah kondisi perpecahan seperti ini. Sentimental antar dua negara jelas akan mempengaruhi jatuh berkembangnya Die Waffe. Apalagi, kami tidak punya cukup bukti yang menyimpulkan Shereen benar-benar disana. Lagi, pertempuran dengan Israel bukan hal yang main-main. Mafia negera itu sangatlah kuat, pengambilan langkah yang buru-buru jelas akan menumbangkan banyak pasukan.

    Setelah lama terbungkam aku sadar satu hal; Shereen bukan hanya seorang Putri Yordania, ialah bagian dari keluarga die waffe. Persahabatan antara kami dan Shereen adalah hal yang patut dipertarungkan meski itu artinya berimbas pada Jatuh berjaya –nya die waffe.

    "Okay." Aku menghela nafas, "Waktu kalian tiga puluh menit dari sekarang. Sora, ajak Tytan dan pasukanmu untuk mempersiapkan senjata. Aku dan Jack akan mencari cara untuk diplomasi. Kyrene, siapkan pesawat. Kita pakai pesawat hadiah itu, cek anti rudalnya. Oh iya, siapkan juga berkas bukti bahwa Sora ada di Israel. Jam sebelas tiga puluh kita bertemu dihanggar. Clear?"

    Dua perempuan yang selalu menolak bermain aman itu mengangguk sempurna dihadapanku, "Go!".

    ***

    Die Waffe patut berbangga kepada Prajurit Tertinggi kami, Tytan. Pasalnya, baru dua puluh menit lalu aku mengakhiri perintah, dua bataliyon pasukan dan komponen persenjataan sudah siap diatas pesawat. Bahkan, lelaki itu masih sempat membantuku yang bergelut dengan potongan informasi dari Kyrene, menawarkan beberapa taktik dan mempertimbangkan banyak strategi.

    Aku melirik jam tanganku, dua menit sebelum keberangkatan. Namun ada sesuatu yang kurang, sang pemimpin perang, Sora. "Kemana Sora?" tanyaku.

    Tytan menggeleng tidak tau, "Terakhir kami bertemu, Nona membantuku mengambil senjata di gudang utama lalu pamit untuk melakukan persiapan."

    Dari depan komputernya, Kyrene tertawa kecil. Aku menoleh, "Sejak kedatangan Air Force One ini, Sora tidak henti-hentinya bertanya padaku kapan kita akan melakukan misi. Ia juga tak henti-hentinya merengek meminta melakukan pengecheckan ulang karena saat pengecheckan pertama kami Sora sedang di Las Vegas. Bisa aku pastikan ia sekarang sedang berdandan seolah akan pergi kencan dengan benda ini. Lihat saja, sebentar lagi ia akan membuat kehebohan yang tak perlu."

    Aku tertawa kecil, lupa fakta bahwa pesawat ini adalah barang favoritnya setelah wakizashi. Air Force One adalah pesawat bersistem anti rudal termutakhir dilengkapi dengan suit room, ruang pertemuan, dapur, kabin, ruang operasi hingga ruang penyimpanan senjata. Pesawat ini hadiah dari klien kami saat ia berhasil menduduki jabatan Presiden baru. Kadang aku merasa tidak pantas mendapatkan hadiah ini, mengingat yang kami lakukan hanyalah menyebarkan mosi tidak percaya dan mengancam partai oposisi untuk melakukan yang kami perintahkan. Itu bukan pekerjaan berat sebenarnya. Tapi, ya sudahlah, anggap saja ini hadiah untuk malam-malam Kyrene yang duduk menahan kantuk didepan layar monitor.

    Dari executive entrance, derap suara high heels memecah pembicaraan. Aku menoleh. Sesuai dugaan, Sora. Asymmetric Lace Top dan High waisted Double Zip Short berpadu cantik dikulit putih saljunya. Siapa yang akan percaya bahwa gadis yang tersenyum anggun dihadapanku itu seorang penembak jitu organisasi kami?

    Kabin pesawat lenggang. Semua mata menatap kecantikan Sora.

    "Wah, Sora, selalu luar biasa." pujiku.

    Mata berbinar Sora menatap sejurus denim jacket dan pocket Track pantsku -baju andalan ketika perang. "Melihat pakaianmu, kita sepertinya benar-benar bertempur." Komentarnya.

    Aku mengangguk, mengiyakan, "Pakailah sepatuku Sora. Terik Israel tidak sebercanda itu." aku mengambil Cow Girl Patrol Thigh High Boots-ku yang baru saja dibawa Jack dan menyodorkan padanya, "Nanti kakimu terluka."

    Sora menggeleng cepat, "Walaupun juru tembak, aku harus tampil match dari atas sampai bawah, Zoe. Sepatu itu akan merusak point utama yang ingin aku tonjolkan." Ia menunjuk bajunya.

    Kyrene mencibir dari kursi putarnya. Sora berdecak kesal, "Tidak seperti Kyrene yang selalu bertahan dengan Track jacket dan track pants hitamnya. Fashion terorist!" Sindirnya.

    "Berhentilah mengomel dan jadi copilotku." ujar Kyrene yang kemudian menggeret Sora ke cockpit. Gadis itu mengeluh panjang dan terus meronta saat tangan Kyrene mencengkeramnya kuat.

    "Nona Sora luar biasa." Tytan tersenyum sekilas, "Cantik."

    "Jangan keras-keras. Ia paling benci dipuji laki-laki." Aku menatap mata Tytan yang memandangi punggung Sora, "Kau juga akan dibunuh jika menatapnya seperti itu."

    Lelaki bertato kalung naga dilehernya itu mengangguk dan tertawa miris.

Bab terkait

  • ZOE   BAB 4: SURPRISE

    Setelah pesawat cruising, Kendali pesawat digantikan oleh anggota kepercayaan Tytan. Kyrene dan Sora menyusul kami di meja pertemuan. Banyak hal yang harus kami dibahas di meja bundar ini. "Yang paling menguntungkan dikeadaan seperti ini adalah penyerangan tertutup." Aku memulai pembicaraan, "Setidaknya, kita dapat titik point sebelum kekuatan mereka terkumpul. Tapi bagaimanapun kita harus memastikan Shereen ada di markas. Karena menikam jantung musuh tanpa senjata yang bisa membuatnya mati sekali tekan hanya akan membuat kita menggalami sekali duakali serangan kecil." "Tapi, Zoe, jika kita melakukan penyerangan tertutup tentu tidak akan ada negosiasi antara kau dan israel. Itu lebih membahayakan Shereen, ia jelas akan menjadi umpan untuk membuat kita bertekuk lutut. Pula, mengingat pertempuran ini ada di kandang lawan, keadaan Non negosiasi juga membahayakan kita. Tapi tentu, jika kita melakukan negosia

    Terakhir Diperbarui : 2020-10-01
  • ZOE   BAB 5: ALPAZORAM

    Langit merebah. Paduan gelap membiru terang diantara horizon orange mentari pagi menyambutku hangat. Aku berdiri menumpukan badan pada dinding pesawat melemparkan mataku pada bentangan gugusan awan. Setelah berbaur dengan kesunyian yang cukup panjang, Jack mengetuk pintu. Ia masuk bersama dengan segelas susu dan beberapa lapis roti selai cokelat. Matanya menunduk saat menatapku yang hanya dibalut jubah tidur. "Bagaimana malam mu, Jack?" tanyaku sembari mengambil susu diatas nampan, "Tidurmu nyenyak?" "Sangat, Nona." Ia meletakkan sarapan diatas tempat tidur, "Terimakasih." Aku menoleh menatapnya heran, terimakasih? Ia mengulum senyum. Tangannya bergerak membenarkan posisi Rolex Antimagnetique Ref. 4113 from 1942 dipergelangan. Jam yang dibuat dari silver matter dan pink gold Arab itu adalah oleh-oleh dariku sepulang menemani M

    Terakhir Diperbarui : 2020-10-01
  • ZOE   BAB 6: APRON ESCAPE

    Suasana mendadak benar-benar tegang. Suara tapak kakiku yang sengaja kubuat kasar, lirih berjinjit tapak kaki anggota, dan pistol-pistol yang pelatuknya ditarik kasar mewarnai perjalanan. "Apa yang kau inginkan, Sam?" tanyaku. Sam sedikit mengendurkan todongannya ke kepala Shereen, ia tersenyum puas, "Kau harusnya bertanya lebih awal, Kei, supaya kita tidak perlu repot-repot melakukan ini."Aku mengangguk, "Kau juga tak perlu repot-repot memanggilku Kei, seolah ingin menghormatiku sebagai Putri Chikusou, Sam. Panggil aku Zoe, nama yang lebih layak untuk diucapkan mulut kotormu." Ujarku sambil terus melangkah mendekat, "Jadi, katakan apa maumu.""Sederhana." ucapnya santai, "Sewakan kembali tanah Al Baqoura dan Al Gamr pada Israel, kami ingin membuat ladang ganja disana. Lalu, jadikan Taiwan pemimpin Asia Timur. Dan yang terakhir, bergabunglah bersama kami. Begitu kau setuju, kau boleh pergi dari sin

    Terakhir Diperbarui : 2020-10-01
  • ZOE   BAB 7: OPERATIE KAMER

    Aku menatap Shereen yang masih tertidur dalam buai obat bius. Tanganku membelai rambut cokelatnya. Ialah Shereen, Seorang pilot militer wanita pertama yang menyelesaikan pelatihan fixed wing aircraft di usia 19 tahun. Seorang bangsawan yang diam-diam bekerja paruh waktu menjadi pilot organisasi kami. Menurutnya, kehidupan menjadi seorang Putri bungsu Raja Yordania membuat karier dalam dunia militer tidak menantang. Ia tidak diizinkan melakoni misi sulit bahkan sekadar mengendarai jet-jet tempur dengan alasan keamanan Putri Raja. Padahal kemampuannya tidak bisa diragukan. Kuakui, ia dua tingkat diatas Kyrene. Bersama kami, ia dapat dengan bebas menggendarai jet-jet tempur, memutar kemudi pesawatnya diudara, melakukan G Force (anti gravity), dan berbagai pengalaman menegangkan lainnya. Walaupun seluar biasa itu, dimata kami ia tetap hanyalah adik kecil yang menggemaskan dan terkadang –lebih banyak menyebalkan. Melihatnya setakberdaya ini memb

    Terakhir Diperbarui : 2020-10-01
  • ZOE   BAB 8: HOLOLENS

    Dua tahun berlalu membawa begitu banyak perubahan pada tiap-tiap sudut pondasi Die waffe. Mulai dari Shereen yang tidak lagi berkeja sebagai pilot kami karena ia diperintahkan untuk tidak meninggalkan istana, Bonus 5% tambahan saham atas keberhasilan mendapat izin anti trust filing hingga kabar duka yang menyelimuti markas tiga minggu yang lalu. Guru besar kami, Guru Tami telah berpulang. Senyum pucat yang menghantarkan pada gerbang perpisahan tersirat mengatakan bahwa ia akan pergi untuk melanjutkan persahabatannya di surga. Semoga kedamaian menyertaimu, Guru. Kini Diruang tengah potret Guru Tami mengenakan Shinobi Shozoko dan Acungan ninjato Paman Frank terlukis gagah. Hariku kini lebih sibuk, semakin banyak wajah yang menuntut dengar ceritaku. Tanganku bergerak membenarkan lukisan Paman Frank yang sedikit miring. Masih hangat diingatanku ka

    Terakhir Diperbarui : 2020-10-01
  • ZOE   BAB 9: FOXWOODS CASINO

    Langkahku beku disambut gelagar megah Foxwoods Casino. Aku tergugu heran. Sejak kapan surga menjelma menjadi Hamparan mesin slot; ruang poker; meja permainan BlackJack, Roullete dan Craps; kerumunan pertaruhan anjing, balap kuda dan jai lai; serta Balai Bingo sebesar ini? Tempat yang menyajikan pengalaman gemerlap dunia perjudian diantara restaurant mewah, Shopping center, spa center, top golf swing suite dan Stony Creek Bewery ini benar-benar layak menyandang gelar "The Most".Crazy!"Nona." panggil Jack lirih, "Kau mau menggunakan jasku?"Aku menoleh heran menatap dua kancing teratas jasnya yang sudah tanggal. Matanya merajuk tak nyaman pada leather guipure Lace Gown yang kukenakan. Aku menggeleng kecil ketika mengerti arah pembicaraannya, "Tidak perlu." tanganku bergerak mengaitkan kancing jasnya.Jack menahannya, "Banyak laki-laki yang terus memperhatikanmu sejak kita datang, Nona

    Terakhir Diperbarui : 2020-10-01
  • ZOE   BAB 10: FOXWOODS CASINO 2

    “Tuan Thomas.” seorang lelaki diujung meja membuka suara. Kepalanya condong miring menyempurnakan pandang, “Karena keterlambatku, aku baru menyadari ada wajah baru yang duduk diantara kita hari ini. Aku rasa, tak elok bila makan semeja tanpa saling mengenal. Bukan begitu, Tuan?”Yang berbicara itu adalah pemimpin The Marrakesh. Seorang rubah berkepala manusia yang sangat lihai dalam permainan judi, Mr. Pierre. Kami pertama kali bertemu di Tusk Rio Casino, Afrika Selatan, saat Mr.Thomas menjeb

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-03
  • ZOE   BAB 11: (AR)MY

    Mobil membelah jalanan meninggalkan pertemuan membosankan semalam. Aku melepas kanzashi dan membiarkan rambutku jatuh terurai. Kubuka sedikit kaca mobil, membiarkan rambutku diterbangkan angin. Mataku terpejam menikmati suasana. Ini adalah hal yang paling kusuka; Berkendara dengan kecepatan penuh, kaca mobil yang terbuka, angin dingin yang membelai kepala dan musik kencang sepanjang perjalanan. Cara berlibur paling sederhana.Jack menepikan mobil. Tangannya bergerak melepas jas dan menyelimutkan ke tubuhku. Aku ters

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-03

Bab terbaru

  • ZOE   BAB 31: REVENGE

    Setelah kuhabiskan enam purnama duduk berairmata diberanda klinik Bian Que, akhirnya hari yang kutunggu datang jua.Malam ini, dengan mata nyalang memindai markas besar El Chino, aku duduk sedikit bersandar. Semua sudah sangat siap; tubuhku telah sempurna dibalut Shinobi Shozoko, jemariku telah dihiasi Shoboki, pula punggungku pula telah menegak menenggerkan kusarigama dan kyoketsu shoge. Setelah purnama kutujuhku sedikit menyingsing, semua dendam, duka, lara dan nestapaku akan segera sirna.Bicara tentang purnama ketujuh membuatku jadi sadar, enam purnama yang telah kulalui tak pernah seberbinar hari ini. Purnama pertamaku penuh duka, air mata dan tangis derita. Setiap pagi, Bian Que dengan sabar menjemur selimut bludruku yang basah air mata. Setiap siang, Chen akan datang membawakan cerita-cerita. D

  • ZOE   BAB 29: PSIDELIK ANESTESI (2)

    Dari balik pasukan bersenjata, dua pasang mata yang amat sangat kukenal berkedip tak berdosa. Tangan mereka saling berkaitan seolah mautpun tak mampu memisahkan. Salah satu dari mereka melambai penuh senyum kearahku. Aku terdiam, menatap pengkhianatan maha luar biasa dihadapanku. Diantara carut marut itu, satu senyum ramah menyapa, Mr. Thomas. Wajahnya memar penuh darah. Dibalik kepalanya, satu riffle menodongnya kasar.Air mataku menetes dalam bisu, "Jack? Shereen?" lirihku."Perkenalkan, Kei. Ini Jack, pewaris ketiga bermata biru yang disebutkan Matteo sebelum ditembak oleh salah satu anggota kami. Lalu ini calon menantuku, Putri Yordania yang cantik jelita, Shereen. Aku kira kalian saling mengenal dengan baik bukan? Seorang tangan kanan sekaligus otak bisnis dan seorang pilot sekaligus sahabat terbaik die waffe."

  • ZOE   BAB 32: END OF OUR STORY

    Disebuah bangunan tua, yang halaman depannya dipenuhi ilalang, sebuah api unggun menyala pelan. Dibalik deru hangat apinya, dua pasang telapak diam-diam mencoba mencuri kehangatan. Kami terdiam menatap api yang terus menari-nari diterbangkan angin. Tapi diantara keheningan mega memerah, baik aku atau On Ji sama-sama sepakat bahwa sebentar lagi Sora berangkat menuju pagi."Kau tidak ingin bertanya padaku, Kei?" tanya On Ji memecah bisu.Aku menggeleng kecil kearahnya, "Apa yang harus kutanyakan, On Ji? Walaupun wajahmu penuh lebam, aku masih bisa mengenalimu."Ia terkekeh, "Sorry, aku hanya sedikit terkejut karena kau masih mempercayaiku.""Aku juga terkejut." balasku, "Kupikir aku tak lagi bisa mempercayai orang terdekatku, t

  • ZOE   BAB 32: REVENGE (2)

    Kakiku segera menendang tubuhnya keras-keras. Jack terpelanting jatuh. Kala Katanaku siap menebas, ia bergulung menghindar. Mata pisau pedangku terayun sia-sia. Aku segera berbalik, dengan segenap dendam membara, kulayangkan katana tepat pada dadanya. Jack mundur menghindar. Katananya terayun menghalau seranganku.Kakiku terpeleset mundur selangkah. "ARGHH!!!" Pekikku kuat-kuat sembari kembali menebaskan pedang. Jack menahan serangan, kakinya maju cepat melumpuhkanku.Aku beringsut mundur, entah sejak kapan ia semahir ini. Katanaku terus menebas maju, Jack terus menangkis melupuhkankan serangan. Aku mundur selangkah, merapatkan kuda-kuda dan memutar tubuhku untuk menggelabuhi pergerakan. Nihil, ia masih mampu menangkisnya. Jack terlihat sangat mudah menebak pergerakanku.Aku terus meng

  • ZOE   BAB 30: PERJUDIAN TAKDIR

    Ah, jadi begini rupa surga. Bulan purnama terang benderang dibalik jendela kayu, lentera-lentera lugu, ranjang bambu berlapis selimut bludru, dan tubuhku yang masih lemah layu. Mataku mengerjap, mencoba menalaah ruang surga lebih dalam. ternyata, surga begitu Gelap dan kelam. Bayangan tentang kehidupan yang pernah kulaluipun masih menusuk diruang kesedirian. Air mata deritaku kembali menetes. Ngilu. Mana bisa surga semenyedihkan ini?Sesosok malaikat yang wajahnya sangat akrab diingatanku datang menghampiri. Air mata tergantung disudut matanya. Aku tersenyum, mencoba berkata bahwa aku sudah merelakan segalanya. Tapi keningnya berkerut tak mengerti, "Zoe." panggilnya lirih. Ia mendekatkan lentera ke wajahnya, "Kau sudah sadar?"Aku menyipitkan mata. Chen? Aku yang belum mati atau memang ada malaikat yang berwajah seperti gadis T

  • ZOE   BAB 28: PSIDELIK ANESTESI (1)

    Sekali lagi, Mykonos gagal menyembunyikan keindahannya. Ano Mera, distrik terdekat dari pantai teluk parmonos ini seolah dengan sengaja menenggelamkanku dalam budaya tradisional Yunani yang megah mewah. Mobil kami melewati gereja beratap merah milik biara Pananiya turgliani, tempat koleksi ikon kereta dan font marmer dari abad XVIII bertengger. Jika tidak pekerjaan mendadak, sebelum kembali ke Asia aku akan mengajak Jack kemari. Aku ingin mengambil beberapa gambar didalamnya, lalu berjalan kaki ke utara, ke arah biara Palebkastro dan menikmati pemandangan Yunani dari lereng gunung.Mobil berhenti di ujung jalanan utama, didepan papan nama restauran yang sudah dipesan Jack semenjak aku menyetujui ajakannya. Cuzenuz garden. Restauran ini terletak di halaman tersembunyi, di belakang pabrik roti. Meski letaknya terpencil, restauran ini sempurna menyajikan landscape pantai t

  • ZOE   BAB 27: LITTLE VENICE

    Sepuluh tahun berlalu, tapi Mykonos masih semegah dulu. Kota yang disebut-sebut dengan Second Ibiza ini menyambutku dengan pelukan hangat. Diantara hingar bingarnya, aku menepi ke sudut paling romantis di Mykonos; Little Venice. Distrik ini akan memanjakan mata dengan lengkungan garis pantai, pelabuhan tua yang hening, gereja-gereja putih, warna-warna ceria galeri seni, rumah-rumah dengan balkon kayu serta cafe dan bar yang ramai dengan tawa muda-mudi."Nona." genggaman tangan Jack sedikit menahan pergerakanku, "Jangan jalan terlalu cepat. Jahitanmu masih belum kering betul."Sudut bibirku terangkat mendengar kekhawatirannya. Sudah lima menit semenjak turun di pemberhentian bus, Jack tak sedikitpun mampu mengawani langkahku yang tergesa. Aku enggan melambat. Walau setengah pincang, aku benar-benar tidak sabar untuk membuka kenangan lama

  • ZOE   BAB 26: KOBAYASHI

    Tiba-tiba, pasukan penembak dengan komposisi penuh berlarian naik. Seluruh moncong senjata bergerak mengelilingiku. Aku hanya tersenyum, mengangkat kedua tangan dan bersimpuh. Seluruh suara di earphone berteriak mempertanyakan rencanaku. Aku hanya diam dan terus diam. Mereka seharusnya tidak lupa bahwa aku bukan orang yang bisa menerima kekalahan. Aku tidak akan kalah. Diantara hingar bingar itu, seorang lelaki dengan tuxedo hitamnya bertepuk tangan mendekat. Ia menarik penutup wajahku kasar lalu tersenyum penuh kemenangan. Batinku tertawa, tidak sekarang, Matteo, tidak sekarang. "Look!" dengan gaya elegan ia menunjukku, "Pemimpin die Waffe yang terhormat bersimpuh dihadapanku! Why, Zoe? Ini tidak seru! Kau harus bangkit dan melawanku. Bukankah kau kemari dalam misi persekutuan dengan The Victory untuk menghancurkanku? Hah! Sampai kapan kau tidak meny

  • ZOE   BAB 25: THE GREAT KUNOICHI

    Diketinggian sekian meter diatas permukaan laut, aku duduk diantara bising mesin helikopter. Tubuhku sedikit menggigil ketika semburat angin dini hari berdesir. Mataku terpejam, terlalu lelah mengutuki langit. Kepalaku bersandar dibahu Jack, tangannya lembut mengenggamku menyalurkan kekuatan. Lima menit lagi, kami akan segera tiba di markas La dislav.Hari ini, Sora akan memberikanku tugas sedikit lebih berat. Ketika seluruh anggota mengepung akses keluar masuk markas dan menghimpit Matteo agar melarikan diri lewat jalur udara, bersama Jack, Dario dan balutan Shinobi Shozoko ditubuh, aku akan menjelma menjadi burung-burung malam yang bersembunyi diatara bayangan gelap sinar rembulan.Guru, malam ini aku kembali menjadi seorang Kunoichi yang kau banggakan. Bersoraklah atas namaku dari surga.

DMCA.com Protection Status