POV ZahaFlash back beberaa menit sebelum penusukan.Aku sendiri tidak menyangka bisa mencapai perjalanan sejauh ini.Penyerangan yang tanpa rencana dan persiapan membuat kondisi kami terlihat pincang. Apalagi menyerang komplotan preman langsung di sarang mereka, jelas ini bukan rencana yang baik. Mungkin karena aku terlalu percaya diri dengan kemampuan orang-orang yang ada di sekelilingku dan membuatku menafikan kekuatan yang dimiliki oleh musuh.Benar saja, baru saja sampai di lantai dua sarangnya Kelompok Timur. Kekuatan tempur yang kami miliki mungkin hanya tersisa separoh, dengan banyaknya orang yang cidera.Beruntung, ada bantuan dari Kelompok Timur yang masih memiliki kesetiaan pada ketua terdahulu mereka dan bersedia membantu kami menghadapi Cakra dan komplotannya. Jika seandainya mereka memilih menjadi lawan kami, maka sudah jelas penyerangan hari ini akan berakhir dengan kekalahan telak Kelompok Selatan.Ketika mendengar mbak Virangel bercerita tentang peta kekuatan Kelompok
Aku sendiri belum mengenal siapa Rival dari Cak Timbul tersebut. Tapi, bisa ku pastikan kalau ia pasti juga orang hebat.Herannya, kenapa bukan Cak Timbul yang memimpin Kelompok Selatan? Seharusnya, dengan kemampuan yang dimilikinya, dia bisa mengimbangi Codet dalam duel satu lawan satu. Ku rasa dengan karakternya, Cak Timbul justru akan lebih baik dalam memimpin Kelompok Selatan dibandingkan Codet. Atau, dulunya ia pernah bertarung dengan Codet, terus kalah? Entahlah! Ku rasa setiap orang memiliki prinsip hidup mereka masing-masing.Ku lihat Yasir tampak sangat kesal, karena dalam beberapa jurus masih belum bisa melemahkan pertahanan Cak Timbul."Hmn, ternyata singa tua mantan pengawalnya 'pendiri' tidak ada apa-apanya." Ujar Yasir coba memprovokasi Cak Timbul agar mau melayani serangan brutalnya. Ia bahkan menyinggung sosok pendiri untuk memancing emosi Cak Timbul."Hehehe, kenapa Yasir? Apa lu sudah mau nyerah?" Jawab Cak Timbul dengan tenang, tidak termakan pancingan lawan sedikit
Dengan gerakan yang cukup cepat, aku berhasil memblokir serangan Cakra dengan kedua tanganku. Tapi, gerakan tersebut membuat pertahanan bawahku jadi terbuka cukup lebar. Alhasil, gerakan Cakra yang terlihat seperti kepiting, menendang dengan gerakan seperti kait dan menghantam telak tulang keringku."Arghh.."Rasa sakit di tulang kering barusan membuat tubuhku jadi sedikit membungkuk dan membuatku jadi sedikit lengah. Tanpa ku duga, pukulan tangan kiri Cakra kembali masuk menghantam rahang kananku.Bam!Wajahku sampai oleng ke kiri karena saking kuatnya pukulan Cakra.Tapi, sepertinya Cakra benar-benar tidak ingin memberiku jeda sedikitpun. Gerakan-gerakan anehnya membuatku hanya bisa bertahan.Bug, Bug, BugBerulang kali, ia coba menyerang titik vitalku.Gila! Aku benar-benar dibuat terdesak oleh serangan Cakra yang bertubi-tubi. Beruntung, latihan berat yang aku lakukan sebelumnya telah membuat kondisi fisikku meningkat cukup drastis. Jika tidak, mungkin pertahananku sudah berhasil
Baru saja kakiku hendak bergerak ke arah pria yang menjadi lawanku, tiba-tiba ia sudah melancarkan serangan terlebih dahulu untuk mendahului seranganku. Beruntung, aku berhasil merunduk tepat waktu untuk mengindari serangan cepatnya.Lalu dengan sebuah uppercut, aku coba mengcounter serangannya.Wosh,Tapi, dengan santainya ia berhasil mengindari seranganku dan tidak hanya sekedar menghindar, melainkan ia juga langsung menyerang balik dengan sebuah tendangan memutar dari arah kanan. Mau tidak mau, aku terpaksa harus memiringkan badan ke arah tendangan lawan dan mengunakan bahu dan lenganku sebagai perisai untuk menahan serangannya.Bam!Sambil bertahan, aku membalas dengan pukulan lurus menggunakan kekuatan penuh, menghantam bagian perut lawan."Urgh.."Kami sama-sama terdorong mundur dua langkah akibat pertukaran pukulan barusan. Bahu dan lengan kiriku terasa kebas akibat tendangan lawan. Tapi, keadaan tidak jauh berbeda tampak dari wajah lawanku. Ia juga tampak sedikit meringis kesa
Pemuda tersebut tersentak mundur ke belakang. Meskipun ia berhasil menangkis seranganku yang menyasar bagian dadanya.Aku tidak menyia-nyiakan momen itu begitu saja. Selanjutnya, aku langsung memberondong dengan serangan lain ke bagian perut untuk melemahkan pergerakannya.Bam!"Arghh.." Badannya sempat membungkuk dan terangkat.Tapi bantuan dari Cakra datang lebih cepat, sehingga niatku untuk melanjutkan serangan ke bagian kepalanya jadi tidak terlaksana.Cakra menyerangku dengan gerakan anehnya kembali.Wosh!Aku berhasil menghindari serangan kejutan Cakra. Seperti yang telah ku perkirakan sebelumnya, aku sengaja tidak membidik Cakra pertama kali, karena lawan pasti juga sudah menduga demikian. Karena Cakra menjadi sosok terlemah akibat kaki kanannya berhasil ku patahkan sebelumnya.Bam!Aku segera berkelit ke samping dan menyapu bagian kaki Cakra yang terluka dan berhasil menjatuhkannya. Hanya saja, saat aku mengejar tubuhnya yang sedang terjatuh dan bermaksud untuk melayangkan ten
"Argh.." Cakra tampak melotot dengan mata terbelalak begitu pisauku tepat menancap di lehernya. Tidak berhenti sampai di situ, aku langsung menggeser posisi pisau ke arah bawah sehingga pisau tersebut membelah leher Cakra sampai putus bagian depan. Begitu pisau yang ada ditangan kiriku berhasil membelah leher Cakra, aku langsung menusuk paha kiri orang yang membelitku. Sret! "Argh.." Terasa kunciannya di leherku merenggang, waktunya hanya sepersekian detik dan aku benar-benar memanfaatkannya seoptimal mungkin. Bugh! Merasakan kuncian di leherku melonggar, aku segera menghentak perutnya dengan sikutku dari atas, sehingga kunciannya jadi terlepas sepenuhnya. Aku dengan cepat berguling ke samping kiri, lalu dengan gerakan memutar ala kapoera, aku langsung melayangkan tendangan memutar ke arah lawan. Sayang jaraknya yang sedikit sempit, hanya mengenai bahunya dan serangan itu, membuat lawan berhasil menjauh dariku. Aku tidak buru-buru langsung menyerangnya kembali dan lebih memili
Bam!Terdengar sebuah pukulan yang cukup keras.Ternyata itu adalah bunyi pukulan Rio ke arah Cak Nawi.Gila, ketiga pasukan seniorku itu sudah tidak bergerak lagi. Aku tidak dapat melihat kondisi ketiganya dengan jelas. Namun yang jelas, apa yang telah dilakukan Rio pada orang-orangku membuatku emosiku meledak kembali.Aku berjalan mendekat ke arah Rio.Rio saat itu menatapku dingin, tampak sebuah bara dendam terpancar jelas dari matanya.Oke, Fine! Dia datang kesini karena ingin membalaskan dendam kedua saudaranya. Aku jelas tidak peduli lagi, apapun latar belakangnya ingin menghadapiku. Bagiku, saudara-saudaranya pantas menerima hukuman dari kesalahan yang telah mereka lakukan karena telah berani memperkosa kakakku.Dan sekarang, kakaknya sudah melakukan kesalahan yang sangat fatal, karena telah berani menyakiti tiga orang yang sudah menjadi bagian dari keluarga baruku, tepat di depan mataku.Wosh!Bugh!"Argghh.."'Gila, gerakannya sangat cepat.'Rio berhasil menghindar dari puku
Bam!Sebuah tendangan kuat Rio menghantam dadaku dengan sangat kuat. Membuat tubuhku terlempar terbang dan terhempas ke dinding."Argh."Rasanya jantungku seperti benar-benar akan berhenti berdetak karena saking kuatnya serangan Rio.Kesadaran serasa akan menghilang karena daya tahan tubuhku yang sudah mencapai batasnya.Hanya saja, sepertinya Rio benar-benar tidak membiarkan kesadaranku hilang begitu saja karena ia membuatku tetap tersadar saat ia menyiksa diriku. Selanjutnya, terasa sebuah cekikan kuat ke leherku.Rio berbicara dengan cukup keras dekat telingaku, "Lu telah menghabisi adik-adik gue. Lu tidak akan gue biarkan mati semudah itu. Gue... akan membiarkan lu sekarat dan menyaksikan gue mencincang seluruh anak buah lu.""Satu lagi..." Rio menggantung kata-katanya. Matanya terlihat menyala dengan bara dendam begitu besar didalamnya."Gue akan cari ibu dan kakak lu dan tepat di depan lu, akan gue siksa mereka sampai puas, sebelum mencincang habis tubuh mereka dan memberikannya