"Ehem, ehem," Supir taksi yang mengantar Zaha sengaja berdehem untuk menyadarkan Zaha dari kelumpuhannya, akibat ciuman barusan. Hal itu dilakukannya, karena melihat Zaha membeku cukup lama karena ciuman beraninya Silvi."Ini mau kemana lagi tujuannya, dek?""Eh, iya, pak?" Jawab Zaha sedikit tergagap karena masih terkejut, mendapat ciuman kilat Silvi barusan."Mau kemana lagi tujuannya, dek?" Ulang supir taksi sambil menahan senyumnya."Oh, ke daerah puncak, Pak." Jawab Zaha setelah berhasil memulihkan ketenangannya.Tidak lama, mobil taksi itu pun meluncur menuju arah yang disebutkan oleh Zaha...."Kamu dari mana saja sih, dek? Jam segini baru pulang? Malah senyum-senyum begitu?" Cecar Anna begitu melihat Silvi masuk ke dalam rumah.Silvi pulang dengan wajah cerah sambil bersenandung kecil.Mendapat rentetan pertanyaan seperti itu dari kakaknya, Silvi hanya menjawab, "Ada deh.." Jawaban Silvi membuat Anna jadi semakin kesal. "Kamu tuh, yaa! Udah membuat orang cemas karena pulang s
Hari senin, menjadi hari yang paling membosankan bagi sebagian anak sekolah. Tidak terkecuali Zaha, karena kesibukan dengan barunya, belum lagi sebuah tanda tanya besar tentang kabar Angel yang seolah-olah menghilang beberapa hari terakhir, membuat Zaha sedikit malas untuk masuk sekolah hari itu.Untung saja, kakaknya sudah stabil kondisinya dan ia memaksa adiknya tersebut untuk masuk sekolah hari itu. Alasan Zaha sebelumnya dengan alasan mengkhawatirkan keadaan sang kakak, tidak lagi mempan untuk membuatnya bisa libur hari itu. Apalagi, di sana sudah ada Sarah, saudara sepupunya Zulham yang menjaga dan menemani Nia di rumah saat Zaha sekolah dan ibu mereka jualan di pasar nantinya.Teet, teet!Seorang gadis remaja yang mengendarai sepeda motor matic, mengklakson dua kali dan berhenti tepat di dekat Zaha."Kak Zaha, yuk naik!" Ujar seorang gadis dengan seragam putih abu-abu yang sama dengannya, berhenti tepat di sebelah Zaha.Zaha sedikit mendekat, karena merasa belum kenal dengan cew
"Za, bisa bicara sebentar ?" Zaha dikagetkan dengan ucapan Anna yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kelasnya saat jam pelajaran terakhirnya hari itu berakhir.Zaha menatap heran Anna yang nekat menghampirinya ke dalam kelas. Tapi, Anna sepertinya tidak peduli dengan bisik-bisik siswa lainnya yang menatap heran pada dirinya.Ini seperti bunga yang datang menghampiri kumbang. Namun melihat dari penampilannya, ini adalah kumbang biasa yang tidak bernilai. Lalu, apa yang terdapat dalam diri kumbang biasa ini? Sampai kembang terindah di sekolah mereka itu datang menghampirinya?"Ya, bisa. Kita bicara diluar, yah!" Jawab Zaha kalem sambil membereskan beberapa bukunya dan memasukannya ke dalam tas cangklungnya.Semua orang di dalam kelas tersebut tercengang. Apa orang ini masih Zaha yang mereka kenal? Zaha yang mereka kenal, orangnya pendiam dan pemalu. Tapi, Zaha yang sekarang terlihat memiliki kepercayaan diri berlebih. Ia bahkan terlihat santai bicara dengan wanita tercantik di sekolah mer
Saat Anna dan Zaha sedang berjalan keluar dari gerbang sekolah. Di dekat gerbang, ternyata sudah ada Cintya yang menunggunya dengan motor maticnya."Kak Zaha, jadi pulang bareng, 'kan?" Tanya gadis tersebut to the point dengan wajah berseri penuh cinta.Wajah Anna langsung berubah begitu melihat gadis yang tadi pagi mengantar Zaha tersebut, ternyata sudah menunggu Zaha di depan gerbang sekolah.Keduanya saling bertatapan.Suasana hangat yang sempat dirasakan oleh Zaha sebelumnya, langsung berubah panas seketika.Kedua gadis tersebut saling memancarkan hawa permusuhan, seolah saling berebut Zaha untuk jalan bersama dengan mereka."Hmn, itu..." Zaha terlihat kebingungan untuk menjawabnya. Kulit kepalanya terasa gatal dan ia dihadapkan pada posisi sulit.Disaat bersamaan, supir Anna juga baru datang untuk menjemputnya.Cintya tersenyum licik dan berpikir ada kesempatan untuk menjauhkan Anna, "Tuh, supir kakak sudah datang menjemput! Kakak pulang duluan saja sana! karena kak Zaha sudah ja
"Kami sudah sangat dekat untuk mendapat petunjuknya, bos. Namun seseorang sepertinya telah bergerak mendahului kita. Semua nama yang sudah kami dapatkan dan selamat dari kejadian malam itu, semuanya telah dibunuh oleh seseorang.""Mereka sangat ahli dan sangat licin, kami bahkan tidak menemukan petunjuk apapun tentang siapa pelakunya."Wajah Abdi Batubara tampak gelap begitu mendengar laporan anak buahnya."BANGSAT!" Teriak pria berperut buncit tersebut geram, membuat dua anggota yang ada di depannya itu gugu dan bersiap menanti amukan amarah sang big boss.Raut muka Abdi tampak merah padam menahan emosi, begitu mendengar semua saksi kunci untuk bisa menemukan pembunuh kedua anaknya, ternyata telah tewas oleh orang yang tidak dikenal."Bagaimana bisa orang itu selalu mendahului dan menggagalkan rencana kita?" Ujar Abdi, entah bertanya pada siapa.Lalu, tanpa ada yang menduga apa yang akan dilakukannya. Abdi berjalan ke balik meja kerjanya dan mengambil sepucuk senjata api dalam laciny
POV Zaha Aku segera melangkah ke kamar di lantai atas, menyusul Angel. "Angel?" Sapaku pelan sambil menyentuh pundaknya dari belakang. Angel tetap tidak bergeming dan tetap tidur dalam posisi miring membelakangiku. Ia tampak masih marah karena ucapanku sebelumnya. Aku jadi bingung bagaimana harus menghadapi Angel dalam kondisi seperti ini, atau lebih tepatnya bingung bagaimana menghadapi perempuan yang sedang ngambek seperti ini? Mungkin lebih baik bertarung menghadapi seratus orang musuh ketimbang harus menghadapi satu perempuan yang sedang ngambek. Sejenak ku perhatikan Angel yang malam itu hanya mengenakan sebuah lingerie hitam sepaha. 'Astaga! Aku tidak pernah memperhatikan Angel menggunakan pakaian seksi seperti ini jika sedang ada tamu. Apa itu artinya ia sengaja berpenampilan seperti malam ini karena tahu kalau aku akan datang ke sini? dan Aku malah langsung mencercanya dengan pertanyaan seperti tadi!' "Sayang, maaf ya!" Ucapku lembut. Benar saja, Angel tampak mulai ber
"Vina sudah diawasi oleh anak buah Abdi Batubara. Walau kondisi kejiwaannya sedang terguncang, lambat laun mereka akan menemukan cara untuk membuatnya normal kembali, dan itu akan membawa mereka padamu. Begitupun empat wanita lainnya. "Walau mereka tidak mengenalmu, tapi bisa saja kesaksian mereka akan membahayakan dirimu ataupun keluargamu saat ini. Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi." Aku bisa merasakan detak jantung Angel sangat tenang, justru itulah yang membuat Angel sangat berbahaya karena itu artinya Angel sangat serius dan jujur dengan ucapannya. "Apa itu artinya, kamu akan melenyapkan kak Nia juga?" Tanyaku dengan perasaan ketar-ketir. Aku tidak bisa membayangkan, jika Angel juga akan berencana seperti itu. "Semula, iya." Jawab Angel sambil menegakkan kepalanya menghadapku. Angel mengucapkannya sambil tersenyum di antara peluh yang membasahi wajahnya. Reflek tanganku membersihkan peluh yang masih menempel di wajah cantiknya, membuat Angel memejamkan matanya menikmati s
Zaha menjadi panik dan mencemaskan keadaan Kak Nia. Saat ini, cuma ada Virangel, Zulham dan beberapa teman lainnya yang menjaga Nia. Kalau lawannya sesuai seperti informasi yang diberikan oleh Angel, maka mereka semua berada dalam bahaya."Astaga! Kenapa kamu gak bilang informasi segenting itu dari awal?" Ucap Zaha panik. Lalu, buru-buru bangkit dan mengenakan pakaiannya"Semoga saja masih sempat." Bathin Zaha cemas.Tanpa mempedulikan panggilan Angel, Zaha berlari keluar rumah dengan cepat seolah sedang berlomba dengan waktu...."Ah, syukurlah kakak tidak kenapa-kenapa!" Zaha langsung memeluk Nia begitu ia masuk ke dalam rumah dan menemukan kakaknya ternyata baik-baik saja dan sedang duduk santai di dalam rumah. Tidak dipedulikannya tatapan heran dari semua orang yang melihatnya saat itu. Zaha terlihat sangat lega dan senang begitu mendapati kondisi kakaknya baik-baik saja."Ka-kamu kenapa, dek?" Tanya Nia lirih dan juga merasa heran dengan sikap adiknya. Datang-datang langsung saja