Waktu sudah mendekati angka nol-nol tengah malam, ketika seorang pemuda yang mengenakan setelan pakaian serba hitam memasuki sebuah rumah, tanpa ada seorangpun dari penghuni rumah yang menyadari kehadirannya malam itu.Langkahnya senyap dan benar-benar hening, bahkan tidak ada seorangpun dari para pemuda yang sedang asik berkumpul di teras sambil menikmati miras saat itu menyadarinya.Setelah berdiam diri cukup lama dari jarak yang tidak jauh dari basecamp tempat berkumpulnya Ronal dan kawan-kawannya malam itu. Zaha memutuskan untuk mulai bergerak masuk, saat hari sudah sangat gelap dan beberapa pemuda yang sedang mabuk di ruang paling depan mulai terkapar karena mabuk.Zaha tampak sangat memperhatikan setiap detail aksinya malam itu, karena itu merupakan melakukan sebuah aksi balasan.Tentunya, sebagai seorang mantan agen khusus yang sudah terbiasa melakukan misi beresiko tinggi, Zaha sadar betul untuk mempelajari setiap targetnya sebelum mengekesuksinya. Untuk itu, ia sengaja mengen
Darah mengucur deras dari bagian tubuh mereka yang terpotong. Wajah mereka menjadi pucat dan dipenuhi ketakutan."Si-siapa Kamu sebenarnya? Ka-kami tidak pernah ada urusan denganmu." Ujar Ronal terbata."Tidak ada urusan katamu?" Seru Zaha dingin. 'Bam.'"Argkh.."Kaki kanan Zaha menghantam kepala pria ketiga dengan sangat kuat, membuat kepala pria tersebut langsung terhempas kuat ke dinding yang ada di belakangnya. Kepalanya langsung retak seketika, lalu ia menggelepar dengan darah menggumpal keluar dari mulutnya.Tidak lama, ia pun meregang nyawa, membuat Ronal, Roy dan Vina semakin gemetar ketakutan ketika melihat kekejaman nyata pria bertopeng tersebut.Mereka sadar kalau sebentar lagi giliran mereka yang akan bernasib sama dengan temannya itu.Roy bahkan sampai kencing di celana, saking takutnya, "To-tolong, ampuni kami! Apapun yang kamu minta, pasti akan dikabulkan oleh orangtua kami."Zaha menarik rambut Roy dan memaksa menegakkan kepalanya, "Mana kesombongan yang lu banggakan
Seorang pria tua dengan setelan jas serba hitam, tampak terduduk dengan muka merah padam melihat dua orang putra kesayangannya terbaring dengan kondisi yang sangat mengerikan."Lapor bos! wanita yang kami temukan bersama tuan muda, masih belum bisa dimintai keterangannya. Dia mengalami gangguan jiwa berat dan terus menjerit histeris saat kami temukan hingga sekarang. Tapi, dia merupakan satu-satunya saksi kunci yang melihat langsung semua peristiwa malam ini." Lapor salah seorang pengawalnya.Mata pria tua tersebut terlihat dingin, hatinya menjadi membeku bersama duka atas kematian dua putranya. Dia tidak akan bisa tenang, sebelum bisa menemukan dan membalas pelaku yang telah membunuh kedua putranya dengan cara yang begitu kejam.Pria tersebut merupakan Abdi Batubara, pengusaha batubara asal Sumatera Utara. Abdi tidak akan sampai pada titik ini, jika bukan karena banyaknya usaha ilegal dan bekingan kuat yang mendukung usahanya. Tentu saja, wajah malaikat yang ditunjukkannya selama ini
Suasana pagi yang dingin membuatku terbangun dari tidurku yang rasanya baru beberapa saat. Aku melihat sekeliling ruangan, karena ruangan ini terasa sangat asing bagiku.Kepalaku masih masih sedikit pusing, akibat kejadian semalam. Tubuh ini belum siap untuk menampung emosi sebesar itu, alasan itu yang sempat terpikir olehku begitu menyadari bahwa tubuhku cukup lambat pulih setelah pembataian semalam.Saat berhasil mengingat kejadian terakhir setelah aku selesai dengan pembalasan dendamku, aku segera tersadar."Astaga!" Aku tersentak kaget, begitu melihat tubuh polosku yang ada di dalam selimut, namun didalamnya benar-benar polos!Tidak lama, Angel masuk ke dalam kamar sambil membawa nakas dengan segelas susu hangat di atasnya. Yang mengejutkan dan membuatku tidak fokus adalah penampilan Angel yang hanya mengenakan kemeja putihku dulu. Bukan pakaiannya yang membuatku kaget, namun penampilan Angel saat itu yang membuatku jadi terpana lama menatapnya.Angel mengenakan kemeja putih trans
"Sayang, Kita sudah sampai." Sapa Angel sambil memegang sebelah tanganku lembut. Karena memikirkan kejadian semalam, membuatku tidak sadar jika mobil yang kami kendarai sudah sampai di jalan ujung gang, komplek perumahanku."Eh, iya!""Sayang.." Panggil Angel lagi saat tanganku hendak membuka handel pintu.Dia memberi kode dengan menunjuk pipinya sambil tersenyum mesra padaku.Aku hanya bisa menghela nafas dalam, entah sudah benarkah caraku ini atau tidak? Aku sendiri gamang dengan apa yang akan terjadi ke depannya."Ih, malah melamun? Gak romantis banget sih jadi cowok!" Ucap Angel sambil merengut manja. Membuatku mau tidak mau menuruti keinginannya.CupSebuah senyuman indah terkembang dari bibirnya. Lalu, Angel memiringkan kepalanya sambil menunjuk pipi kirinya.Deg'Tambah manja begini Angel, yah?'Meski begitu, tetap saja aku menuruti keinginannya tersebut. 'Daripada tidak selesai-selesai ini keluar dari mobilnya, hahaha.'CupAku mengusap dagu Hera pelan.Aku akui, kalau aku say
Ini adalah hari ke enam, pasca Zaha menyerang dan membantai Ronal dan komplotannya. Selama itu pula, Nia tidak masuk kuliah sama sekali. Ia tampak masih syok dan masih belum bisa melupakan kejadian pemerkosaan yang dialaminya tempo hari. Walau kondisinya sudah jauh lebih tenang dari sebelumnya, Nia tidak mau berpisah sesaat pun dari Zaha. Ia memaksa Zaha untuk selalu menemaninya, ketika berada di rumah. Kecuali, ketika Zaha sekolah, maka Ibunya yang gantian menemaninya di rumah. Walau untuk itu, ibunya terpaksa tidak jualan di pasar. Hari ke tujuh, saat itu hari jum'at di mana Zaha hanya sekolah setengah hari. Hari ini, ibunya sudah mulai kembali berjualan seperti biasa. Satu hal positif yang dirasakan keluarga Zaha setelah kemenangannya dari Codet, penguasa daerah Selatan adalah perlakuan istimewa dari semua orang di daerah itu. Meski tidak ada pengukuhan secara resmi, namun kemenangan Zaha itu telah menunjukkan bahwa Zaha dan keluargannya layak untuk mendapatkan perlakuan istimew
Silvia Dwi Annisa, sama seperti kakaknya, walau masih berusia lima belas tahun dan duduk di kelas 9 SLTP, tapi sudah menampakkan kecantikan alami yang mempesona. Bahkan cowok-cowok di sekolahnya sudah banyak yang mengantri untuk menjadikannya pacar.Saat itu, ada salah seorang teman sekelasnya yang juga merupakan ketua kelas dan juga salah satu cowok populer di sekolah tersebut, sampai rela bertahan hanya untuk masuk dalam daftar tunggu dan bisa mendapat cintanya Silvi.Cowok tersebut bernama Romi.Romi di antara banyak cowok lainnya, lebih berpeluang untuk bisa mendapatkan cintanya Silvia. Karena seperti umumnya anak sekolahan dan di usia itu, suka ada mak comblang yang menyatukan para pasangan remaja ini. Apalagi, di antara banyak teman Silvi merupakan anggota OSIS.Sejak kelas dua SLTP, Silvi selalu sekelas dengan Romi.Bahkan Romi sudah terang-terangan menyatakan cintanya pada Silvi. Walau Silvi tidak pernah mengatakan iya ataupun menolaknya. Justru dengan seringnya teman-temannya
Sementara gerombolan siswa STM itu, justru semakin tertawa senang melihat tangisan Silvi yang ketakutan begitu ditinggal pergi oleh cowoknya. Mereka mengelilingi Silvi seolah bersiap untuk menerkamnya."Cowok lu banci banget, masa tega begitu meninggalkan lu sendiri di sini? Hahaha.""Mending sama abang saja, say! Abang akan melindungi kamu, hehehe." "Duh gilaa.. Nih tangan mulus banget, yak!" Ucap yang lainnya sambil memegangi lengan Silvi.Silvi coba menarik tangannya, namun ditahan oleh pria tersebut.Silvi semakin gemetaran ketakutan.Tidak jauh dari sana, Zaha sedang duduk di salah satu toko yang ada di lantai satu, tidak jauh dari taman. Toko itu adalah salah satu gerai yang dimiliki oleh Ncang Ari, seorang pedagang besar yang sebelumnya membantu ibunya Zaha dengan memberikan salah satu ruko kosong sebagai tempat Ibu Zaha berjualan.Siang itu, setelah Zaha dan kakaknya selesai bantu-bantu ibu mereka pindahan. Meski yang terjadi sebanrnya, pekerjaan mereka tidak banyak, karena s