Satu-satunya pilihanku saat ini, aku harus nekat dan berjudi dengan nasibku sendiri.Aku berjalan biasa mendekati rumah tersebut, agar kedatanganku tidak dicurigai oleh warga sekitar. Lagian percuma juga kalau sudah sampai seperti ini harus berjalan senyap, apapun yang terjadi nantinya harus nekad ku hadapi.Aku menekan beberapa tombol yang terdapat pada sebuah panel di samping pagar, ini merupakan pagar elektrik yang memerlukan sebuah sandi khusus untuk membukanya.DrengPagar pun secara otomatis bergeser ke samping. Dalam hati aku tertawa, 'ternyata pasword pagar masih sama dengan dulu.'.Selanjutnya, aku berjalan ke dalam rumah dengan sikap sesantai mungkin. Saat sampai dalam rumah pun aku membuka pintu dengan menggunakan kombinasi angka yang masih ku ingat dengan jelas.Klik,Lagi, pintu rumahpun terbuka begitu aku selesai memasukkan pin dan membuka gagang pintu. Sampai disini, masih belum ada gerakan dari sang penguni rumah.Walau aku sadar, gerak-gerikku tidak mungkin bisa lepas
Wanita ini benar-benar sangat mengerikan. Dia sama sekali tidak memberiku kesempata untuk bisa membalas sedikitpun. Beberapa serangannya langsung dilancarkan dan membuatku tersudut.Wutt wuutBam bam bamSaling menghindar, menangkis dan beradu pukulan membuat kami sama-sama tidak ingin mengalah sedikitpun.Napasku terasa mulai berat, aku tidak tahu sudah berapa lama kami bertarung. Tapi, ketahanan fisik paling berpengaruh dalam pertarungan seintens ini. Jelas fisikku yang sekarang bukanlah lawannya. Saat beradu pukulan sekian lama, entah kenapa aku merasa kalau ia sengaja menurunkan kecepatannya dan belum mengeluarkan kemampuan terbaiknya.Matanya menatap aneh padaku, sebuah tatapan tajam menyelidik yang membuatku merinding ngeri dibuatnya."Aku tidak tahu siapa yang mengajarimu gerakan itu, tapi usahamu perlu ku acungi jempol. Sekarang saatnya untuk pertarungan yang sebenarnya."Setelah mengucapkan kalimat tersebut, tatapannya berubah jadi lebih tajam dari sebelumnya. Auranya meningk
"Kamu hanya fokus ke depan, pada dendammu. Tidak pernahkah sekalipun kamu melihatku yang terus berjuang keras untuk bisa mendekatimu? Tidak sadarkah kamu jika aku yang sering kali terjatuh, namun selalu bangkit hanya untuk bisa meraih tanganmu dan bisa berjalan disampingmu?""Kamu boleh saja fokus pada dendammu. Tapi jalanku, hanya untuk bisa bersamamu. Tapi, sekalipun kamu tidak pernah melihatku sedikitpun." Hera menumpahkan semua kegelisahannya yang selama ini disimpannya.Lidahku kelu ketika Hera menumpahkan semua beban yang selama ini disimpannya rapat.'Astaga! Bagaimana aku bisa tidak menyadari semua ini? Gadis kecil yang dulu ku tolong, menjadikan diriku sebagai tujuannya. Ternyata, aku yang dulu benar-benar telah dibutakan oleh dendam. Sampai melupakan orang-orang disekitarku.'"Maaf." Aku hanya dapat mengucapkan satu patah kata ini untuk menjawab kekecewaan Angel terhadapku.Aku tahu sebuah permintaan maaf tidak akan bisa menggantikan semuanya, bahkan ribuan kata maaf sekalip
POV AUTHORZaha tidak langsung pulang menuju rumahnya begitu selesai dari tempatnya Hera aka Angel, walau matahari sudah hampir tenggelam dan kembali ke peraduannya.Hari ini, Ia bertekad untuk langsung menyelesaikan urusannya dengan juragan Cintung dan komplotannya. Prinsipnya, semua urusan keluarganya harus bisa diselesaikan hari itu juga, agar ibu atau kakaknya tidak diganggu lagi di kemudian hari, apapun itu caranya.Rumah juragan Cintung terletak tidak jauh dari stasiun tempat Zaha biasa berlatih. Hanya melewati dua komplek perumahan dan dia akan sampai ke rumah tersebut. Saat Zaha melewati sebuah pos ronda yang terdapat di depan komplek perumahannya, ia dipanggil oleh Zulham, salah sseorang preman dikomplek perumahan tersebut."Oi, Ceking, bentar!"Zaha menghentikan langkahnya, begitu melihat Zulham berjalan menghampirinya."Kemana, lu?" Tanya Zulham penasaran melihat Zaha tampak begitu serius ketika berjalan."Ke rumahnya juragan Cintung, bang. Ada apa, ya?" Tanya Zaha acuh tak
Suasana tegang langsung dirasakan oleh Zulham begitu mereka sampai di depan rumah juragan Cintung sore itu.Diteras rumah yang luas, tampak Juragan Cintung sedang bicara dengan anak buahnya, bang Codet, kepala preman yang menguasai pasar Tanah Kuda dan Ia juga yang berkuasa di Komplek perumahan tempat Zulham dan Zaha tinggal.Tanpa disadari, Zulham malah sudah berkeringat dingin duluan, sedangkan Zaha sendiri malah tampak santai dan berjalan tenang masuk ke teras rumah.Anak buah Codet yang berjumlah 9 orang langsung siaga begitu melihat Zaha mendekat, sementara bang Codet terlihat sangat santai menemani juragan Cintung yang saat itu terlihat acuh sambil menghisap rokok cerutunya.Salah seorang anak buah Codet berbisik, lalu Codet melihat Zaha dari atas sampai ke bawah, lalu tersenyum mengejek. Mungkin melihat penampilan Zaha yang kurus kerempeng, bukan apa-apa baginya. Sehingga tidak perlu mempedulikan keberadaannya."Lu yang kemarin sok jagoan memukul anak buah gue ya, Ceking?" Tany
"Jack, lu maju duluan. Jangan bikin malu Gue, ya!" Perintah Bang Codet menunjuk salah seorang anak buahnya.Pria yang dipanggil Jack tersebut terlihat sedikit ragu, karena dia lah yang menyatroni rumah Zaha malam itu. Sehingga, Ia sedikit ciut jika harus menghadapi Zaha seorang diri, karena sudah pernah berhadapan dengan Zaha sebelumnya."Kenapa, takut lu?" Hardik Bang Codet membelalakkan mata ke arah Jack yang tak kunjung maju.'Nekat sajalah kalau begini, daripada Bang Codet yang menghajar, akan jauh lebih parah,' Bathin Jack."Mati lu, kerempeng." Ujar Jack dengan suara agak keras, lalu melayangkan sebuah pukulan ke arah kepala Zaha.WoshBugh"Arghk.."Entah darimana datangnya, malah pukulan Zaha yang masuk telak ke hulu hatinya.BamJack membungkuk kesakitan.Zaha tidak berhenti dan dengan cepat langsung menghantam kepala belakang Jack dan membuatnya roboh ke tanah seketika itu juga. Tampak tatapan tidak percaya dari semua orang yang melihat kejadian super cepat itu.Bagaimana bi
Tendangan terakhir tepat mengenai dada Zaha dan membuat terhempas kembali ke atas tanah.Kali ini, lawannya tidak langsung menyerang seperti sebelumnya.Pukulan Zaha sebelumnya membuat mereka sedikit ragu jika langsung meringsek maju. Satu orang mukanya banjir darah karena pukulan telak Zaha. Sementara satu lainnya tersengal dan sesak napas karena pukulan Zaha tepat mengenai rusuknya.Tidak ada yang menyangka, jika pemuda kerempeng itu bisa menaklukan 7 orang anggota bang Codet dalam waktu sesingkat itu. Pemuda yang selama ini dikenal sebagai penakut dan pendiam, malah sering dibully oleh anak-anak komplek tempat ia tinggal, sekarang bisa berubah semenyeramkan ini?Zulham yang sebelumnya ketakutan, karena sadar betapa menakutkannya bang Codet dan anak buahnya. Sekarang, melihat Zaha bertarung dengan penuh keberanian seperti itu malah mulai ikut tersulut keberaniannya. Walau untuk membantu Zaha dalam pertarungan, ia masih pikir-pikir. Namun, dari tatapannya saat ini, Zulham mulai meman
Zaha mengakhiri pertarungan Rio dengan sebuah hantaman ke arah kepala dan membuatnya menggelepar di atas tanah, sebelum jatuh tidak sadarkan diri. Prok prok prok Codet bertepuk beberapa kali, "Gila! Baru kali ini ada lawan yang bisa membuat gue jadi sangat bersemangat begini. Gak nyangka! Malah bocah seperti lu yang akan jadi lawan gue, hahaha." Zaha bukannya mengubris ucapan Codet, justru beranjak membantu Zulham berdiri.Zulham berusaha bangun walau sangat berat, wajahnya lumayan bonyok. Bibirnya mengeluarkan banyak darah karena dihajar oleh Rio sebelumnya. Zulham coba mengguncang kepalanya beberapa saat, untuk bantu memulihkan kesadarannya."Mana lawan gue?" Teriak Zulham seolah baru tersadar."Tuh, udah keok begitu!" Tunjuk Zaha pada Rio yang sudah terbaring tidak berdaya di atas tanah."Anjing, bisa juga gue ngelahin dia." Ucap Zulham terlihat senang.Zaha hanya terkekeh melihat Zulham yang cukup menghibur dalam kondisi menegangkan begitu."Ya udah, abang istirahat aja dulu di