"Gila juga bocah ini! Baru kali ini ada yang bisa membuat gue bertarung sampai habis-habisan kayak gini. Untung saat terakhir tadi gue berhasil membantingnya. Jika pukulan terakhir bocah ini masuk, bisa-bisa gue yang koit duluan." Pikir Codet sambil menstabilkan pernapasannya. Belum lagi cidera yang harus ditanggungnya, Codet terlihat babak belur.Saat Codet mengira dirinya sudah berhasil memenangkan pertarungan. Di belakangnya, Zaha justru kembali bergerak, kesadarannya pulih lebih cepat. Dia mengangkat sedikit badannya sambil coba menopang tubuhnya dengan kedua tangannya. Zaha menggeleng-gelengkan kepalanya untuk bantu memulihkan kesadarannya. Saat ia meludah, tampak seteguk darah segar keluar dari mulutnya."Oi, mana kemana, lu? Gue loh belum kalah." Teriuak Zaha dari belakang Codet.Codet sampai terperangah ketika menyaksikan lawannya masih bisa bangun setelah terkena pukulan mautnya.."Ma-masih hidup lu, bocah?""Hehehe, kan gue dah janji buat nambahin codet di wajah lu." Ucap Za
Aku dan bang Zulham pulang ke komplek perumahan tempat kami tinggal.Ada yang aneh ku rasakan dari sikap bang Zulham. Ia terlihat sangat sungkan padaku sekarang. Malah ketika ku tawari Ia untuk mampir dulu ke rumahku, ia langsung menolaknya dengan wajah takut. Katanya, ia malu bertemu kakakku.Ada-ada saja alasannya!Bagaimanapun aku harus berterima kasihnya padanya, karena telah menemani dan membantuku ketika bertarung tadi. Walau tidak berdampak banyak, tapi paling tidak ia telah memberiku waktu ekstra untuk merobohkan Rio dan Arman.Kombinasi serangan keduanya membuatku cukup kerepotan, tapi berkat kenekatan dari bang Zulham, membuatku bisa lebih mudah merobohkan keduanya. Habis ini, aku ingin mandi dan tidur nyenyak untuk mengurangi rasa sakit ditubuhku.Ketika sampai di pintu rumah, hari sudah sangat gelap, hampir tengah malam. Mungkin ibu dan kak Nia sangat mengkhawatirkan diriku saat ini.Rumah terasa sangat sepi dan gelap karena lampu luar tidak dinyalakan. Pintu rumahpun diku
"Cepat, buka bajunya!" Perintah kak Nia begitu aku selesai mandi.Eh, kok langsung main buka aja, nih? Gak pakai pemanasan dulu apa?Oi oi, jangan ngeres dulu kalian bacanya, ini disuruh buka baju biar kakak cantikku ini bisa mengobati luka-luka ditubuhku, wkwkwk.Aku tidak berani membantah perintah kak Nia dan langsung membuka kaosku dan hanya mengenakan celana pendek. Saat itu hanya ada kamiu berdua dan ibu sudah tidur di kamarnya.Kak Nia langsung terbelalak tidak percaya begitu melihat tubuhku yang penuh dengan luka lebam."Kamu, beneran berkelahi dengan anak buahnya juragan Cintung, dek?" Tanya kak Nia dengan suara sedikit bergetar. Perlahan tampak bulir air mata turun dari sudut matanya.Aku hanya mengangguk pelan tanpa menceritakan bagaimana detail pertarunganku dengan anak buah juragan Cintung, biar kak Nia tidak terlalu sedih mendengarnya. Cukuplah ia tahu kalau aku berhasil mengalahkan mereka, tanpa perlu tahu bagaimana sakitnya."Duduk depan kakak, sini!" Perintah kak Nia.
POV Zaha.Akibat pertarungan dengan anak buah juragan Cintung 5 hari yang lalu, kini menyisakan rasa sakit yang cukup untuk membuatku sampai harus beristirahat selama 5 hari ke depannya.Tidak hanya sekedar menyisakan rasa sakit, namun juga rasa canggung antara aku dan kakakku, Zanna Kirania Fitri. Apalagi kalau bukan karena ciuman tidak sengaja yang keterusan pada malam dimana aku dirawat oleh kak Nia.Akibat ciuman itu, baik aku ataupun kak Nia jadi sedikit canggung kalau kebetulan sedang berasa berdua di rumah, kecuali saat ada ibu.Ada tatapan yang berbeda dari kak Nia ketika melihatku, bukan lagi seperti tatapan seorang kakak pada adiknya, melainkan tatapan sayang layaknya seorang perempuan pada laki-laki yang telah sama-sama dewasa.'Ah, sudahlah!' Pikirku coba mengabaikan masalah ini.Untuk mengalihkan fokusku biar tidak larut dengan perasaan canggung yang sama, karena kebetulan siang ini kak Nia sedang berada di rumah. Aku pun memutuskan untuk joging ringan ke stasiun tua yang
"Jadi, setelah 'pemanasan' kemarin. Apa rencanamu selanjutnya?" Tanya Angel serius. Pemanasan yang dimaksudnya, tentu saja saat aku menumbangkan anak buah juragan Cintung tempo hari."Hahaha, pemanasan kamu bilangnya! Padahal kenyataannya, aku sampai harus istirahat beberapa hari dibuatnya." Jawabku hanya bisa nyengir."Salahmu sendiri! Kenapa tidak banyak latihan. Lawan begitu saja, bisa sampai terluka. Segera up fisikmu sampai ke level Zaha yang dulu. Aku gak sabar ingin segera mengajakmu untuk petualangan lebih ekstrim." Goda Angel."Sudah kubilang, aku gak akan kembali ke dunia seperti dulu lagi. Aku hanya ingin melakukan yang terbaik sebagai Zaha yang sekarang." Jawabku mengabaikan kata-kata Angel."Pfft, kamu gak asik!""Aku hanya ingin membuat Zaha yang sekarang memiliki arti yang berbeda. Mungkin juga ini alasan tuhan membuatku terlahir kembali ke dunia ini. Tapi..." Aku terdiam sejenak merenungkan kembali, apa memang begitu adanya tujuan bisa hidup kembali di dalam ragu remaj
POV Author.Ketidakhadiran Zaha di sekolah ternyata membuat seorang gadis berparas manis dan oriental merasakan kehilangan sosoknya.Sosok yang selalu menemaninya saat ia pulang sekolah. Sosok yang benar-benar membuatnya nyaman dan merasa terlindungi saat bersamanya, siapa lagi orangnya kalau bukan Zaha.Zaha yang sederhana dan apa adanya, membuat seorang Anna Altafunnisa merasa menjadi dia yang sebenarnya. Tanpa perlu berpura-pura agar orang lain melihatnya secara berbeda dan selalu terkesan sebagai gadis yang sempurna. Hanya ketika bersama Zaha lah, Ia bisa jadi Anna yang apa adanya.Kini, sudah lima hari cowok ceking itu tidak masuk sekolah dan selama lima hari itu pula lah Anna hanya pulang seorang diri. Hal itu tanpa sadar membuat gadis manis tersebut merasa kehilangan sosok Zaha.Akhirnya, hati itu Anna nekat mencari tahu alasan kenapa Zaha tidak masuk sekolah. Tidak peduli, tatapan heran dan penuh tanya siswa-siswa di kelasnya Zaha, ketika melihat Anna yang jadi primadona di se
Tidak lama, pintu rumah terbuka, dari dalam terlihat seorang wanita cantik keluar membukakan pintu, "Cari siapa, dek?" tanyanya ramah.Anna sempat pangling sesaat, mengira jika ia salah alamat.Anna bertanya dengan ragu, "Ini-ini benar rumah Zaha, kak?""Siapa, kak?" Terdengar suara Zaha menyahut dari dalam rumah."Zaha, ini aku, Anna." Kata Anna melambaikan tangannya begitu melihat Zaha muncul dari balik tubuh Nia."Temanmu, dek?" Tanya Nia ke Zaha."Iya, kak! Kok, kalian bisa ke sini?" Tanya Zaha heran melihat Anna datang ke rumahnya. Namun bukannya menjawab pertanyaan Zaha, Anna malah seperti bengong ketika melihat ke arah Zaha."Haloo?" Zaha melambaikan tangannya ke depan muka Anna."Astaga, kamu kok bisa babak belur lagi?" Tanya Anna seakan tak percaya."Hehehe, kemaren habis jatuh." Ujar Zaha beralasan sambil tertawa cengengesan."Jatuh apaan? Lukanya kayak orang habis digebukin satu kampung begitu! Sama kayak waktu itu." cecar Anna."Waktu itu? kapan, dek?" Sela Nia penasaran s
POV Zaha.Saat jam istirahat, seperti biasa Perpustakaan jadi tempat favoritku untuk menghabiskan waktu. Bukan karena kemampuan matematis dan analisaku yang lebih baik dari siswa lainnya, melainkan karena aku benar-benar perlu belajar lagi semua materi yang di ajarkan di Sekolah ini.Memang terasa membosankan sebenarnya, mengingat tidak semua materi ini terpakai dalam kehidupan nyata. Namun, karena remaja yang tubuhnya ku huni saat ini perlu sekolah agar tidak terlihat aneh di mata masyarakat dan itu juga mengharuskanku untuk menguasai dan memahami semua materi yang telah di ajarkan sebagai syarat kelulusan. Maka, mau tidak mau aku harus belajar dengan serius.Mustahil bisa berhasil tanpa ada proses yang harus dilewati, tidak peduli seberapa pintar pun orangnya.Karena tujuan awalku adalah membuat sosok Zaha menjadi lebih baik, maka ini adalah salah satu cara yang harus ku tempuh. Bukannya aku tidak ingin berkumpul atau hangout seperti siswa lainnya, ‘lah nasib karena fisik dan status