"Kamu hanya fokus ke depan, pada dendammu. Tidak pernahkah sekalipun kamu melihatku yang terus berjuang keras untuk bisa mendekatimu? Tidak sadarkah kamu jika aku yang sering kali terjatuh, namun selalu bangkit hanya untuk bisa meraih tanganmu dan bisa berjalan disampingmu?""Kamu boleh saja fokus pada dendammu. Tapi jalanku, hanya untuk bisa bersamamu. Tapi, sekalipun kamu tidak pernah melihatku sedikitpun." Hera menumpahkan semua kegelisahannya yang selama ini disimpannya.Lidahku kelu ketika Hera menumpahkan semua beban yang selama ini disimpannya rapat.'Astaga! Bagaimana aku bisa tidak menyadari semua ini? Gadis kecil yang dulu ku tolong, menjadikan diriku sebagai tujuannya. Ternyata, aku yang dulu benar-benar telah dibutakan oleh dendam. Sampai melupakan orang-orang disekitarku.'"Maaf." Aku hanya dapat mengucapkan satu patah kata ini untuk menjawab kekecewaan Angel terhadapku.Aku tahu sebuah permintaan maaf tidak akan bisa menggantikan semuanya, bahkan ribuan kata maaf sekalip
POV AUTHORZaha tidak langsung pulang menuju rumahnya begitu selesai dari tempatnya Hera aka Angel, walau matahari sudah hampir tenggelam dan kembali ke peraduannya.Hari ini, Ia bertekad untuk langsung menyelesaikan urusannya dengan juragan Cintung dan komplotannya. Prinsipnya, semua urusan keluarganya harus bisa diselesaikan hari itu juga, agar ibu atau kakaknya tidak diganggu lagi di kemudian hari, apapun itu caranya.Rumah juragan Cintung terletak tidak jauh dari stasiun tempat Zaha biasa berlatih. Hanya melewati dua komplek perumahan dan dia akan sampai ke rumah tersebut. Saat Zaha melewati sebuah pos ronda yang terdapat di depan komplek perumahannya, ia dipanggil oleh Zulham, salah sseorang preman dikomplek perumahan tersebut."Oi, Ceking, bentar!"Zaha menghentikan langkahnya, begitu melihat Zulham berjalan menghampirinya."Kemana, lu?" Tanya Zulham penasaran melihat Zaha tampak begitu serius ketika berjalan."Ke rumahnya juragan Cintung, bang. Ada apa, ya?" Tanya Zaha acuh tak
Suasana tegang langsung dirasakan oleh Zulham begitu mereka sampai di depan rumah juragan Cintung sore itu.Diteras rumah yang luas, tampak Juragan Cintung sedang bicara dengan anak buahnya, bang Codet, kepala preman yang menguasai pasar Tanah Kuda dan Ia juga yang berkuasa di Komplek perumahan tempat Zulham dan Zaha tinggal.Tanpa disadari, Zulham malah sudah berkeringat dingin duluan, sedangkan Zaha sendiri malah tampak santai dan berjalan tenang masuk ke teras rumah.Anak buah Codet yang berjumlah 9 orang langsung siaga begitu melihat Zaha mendekat, sementara bang Codet terlihat sangat santai menemani juragan Cintung yang saat itu terlihat acuh sambil menghisap rokok cerutunya.Salah seorang anak buah Codet berbisik, lalu Codet melihat Zaha dari atas sampai ke bawah, lalu tersenyum mengejek. Mungkin melihat penampilan Zaha yang kurus kerempeng, bukan apa-apa baginya. Sehingga tidak perlu mempedulikan keberadaannya."Lu yang kemarin sok jagoan memukul anak buah gue ya, Ceking?" Tany
"Jack, lu maju duluan. Jangan bikin malu Gue, ya!" Perintah Bang Codet menunjuk salah seorang anak buahnya.Pria yang dipanggil Jack tersebut terlihat sedikit ragu, karena dia lah yang menyatroni rumah Zaha malam itu. Sehingga, Ia sedikit ciut jika harus menghadapi Zaha seorang diri, karena sudah pernah berhadapan dengan Zaha sebelumnya."Kenapa, takut lu?" Hardik Bang Codet membelalakkan mata ke arah Jack yang tak kunjung maju.'Nekat sajalah kalau begini, daripada Bang Codet yang menghajar, akan jauh lebih parah,' Bathin Jack."Mati lu, kerempeng." Ujar Jack dengan suara agak keras, lalu melayangkan sebuah pukulan ke arah kepala Zaha.WoshBugh"Arghk.."Entah darimana datangnya, malah pukulan Zaha yang masuk telak ke hulu hatinya.BamJack membungkuk kesakitan.Zaha tidak berhenti dan dengan cepat langsung menghantam kepala belakang Jack dan membuatnya roboh ke tanah seketika itu juga. Tampak tatapan tidak percaya dari semua orang yang melihat kejadian super cepat itu.Bagaimana bi
Tendangan terakhir tepat mengenai dada Zaha dan membuat terhempas kembali ke atas tanah.Kali ini, lawannya tidak langsung menyerang seperti sebelumnya.Pukulan Zaha sebelumnya membuat mereka sedikit ragu jika langsung meringsek maju. Satu orang mukanya banjir darah karena pukulan telak Zaha. Sementara satu lainnya tersengal dan sesak napas karena pukulan Zaha tepat mengenai rusuknya.Tidak ada yang menyangka, jika pemuda kerempeng itu bisa menaklukan 7 orang anggota bang Codet dalam waktu sesingkat itu. Pemuda yang selama ini dikenal sebagai penakut dan pendiam, malah sering dibully oleh anak-anak komplek tempat ia tinggal, sekarang bisa berubah semenyeramkan ini?Zulham yang sebelumnya ketakutan, karena sadar betapa menakutkannya bang Codet dan anak buahnya. Sekarang, melihat Zaha bertarung dengan penuh keberanian seperti itu malah mulai ikut tersulut keberaniannya. Walau untuk membantu Zaha dalam pertarungan, ia masih pikir-pikir. Namun, dari tatapannya saat ini, Zulham mulai meman
Zaha mengakhiri pertarungan Rio dengan sebuah hantaman ke arah kepala dan membuatnya menggelepar di atas tanah, sebelum jatuh tidak sadarkan diri. Prok prok prok Codet bertepuk beberapa kali, "Gila! Baru kali ini ada lawan yang bisa membuat gue jadi sangat bersemangat begini. Gak nyangka! Malah bocah seperti lu yang akan jadi lawan gue, hahaha." Zaha bukannya mengubris ucapan Codet, justru beranjak membantu Zulham berdiri.Zulham berusaha bangun walau sangat berat, wajahnya lumayan bonyok. Bibirnya mengeluarkan banyak darah karena dihajar oleh Rio sebelumnya. Zulham coba mengguncang kepalanya beberapa saat, untuk bantu memulihkan kesadarannya."Mana lawan gue?" Teriak Zulham seolah baru tersadar."Tuh, udah keok begitu!" Tunjuk Zaha pada Rio yang sudah terbaring tidak berdaya di atas tanah."Anjing, bisa juga gue ngelahin dia." Ucap Zulham terlihat senang.Zaha hanya terkekeh melihat Zulham yang cukup menghibur dalam kondisi menegangkan begitu."Ya udah, abang istirahat aja dulu di
"Gila juga bocah ini! Baru kali ini ada yang bisa membuat gue bertarung sampai habis-habisan kayak gini. Untung saat terakhir tadi gue berhasil membantingnya. Jika pukulan terakhir bocah ini masuk, bisa-bisa gue yang koit duluan." Pikir Codet sambil menstabilkan pernapasannya. Belum lagi cidera yang harus ditanggungnya, Codet terlihat babak belur.Saat Codet mengira dirinya sudah berhasil memenangkan pertarungan. Di belakangnya, Zaha justru kembali bergerak, kesadarannya pulih lebih cepat. Dia mengangkat sedikit badannya sambil coba menopang tubuhnya dengan kedua tangannya. Zaha menggeleng-gelengkan kepalanya untuk bantu memulihkan kesadarannya. Saat ia meludah, tampak seteguk darah segar keluar dari mulutnya."Oi, mana kemana, lu? Gue loh belum kalah." Teriuak Zaha dari belakang Codet.Codet sampai terperangah ketika menyaksikan lawannya masih bisa bangun setelah terkena pukulan mautnya.."Ma-masih hidup lu, bocah?""Hehehe, kan gue dah janji buat nambahin codet di wajah lu." Ucap Za
Aku dan bang Zulham pulang ke komplek perumahan tempat kami tinggal.Ada yang aneh ku rasakan dari sikap bang Zulham. Ia terlihat sangat sungkan padaku sekarang. Malah ketika ku tawari Ia untuk mampir dulu ke rumahku, ia langsung menolaknya dengan wajah takut. Katanya, ia malu bertemu kakakku.Ada-ada saja alasannya!Bagaimanapun aku harus berterima kasihnya padanya, karena telah menemani dan membantuku ketika bertarung tadi. Walau tidak berdampak banyak, tapi paling tidak ia telah memberiku waktu ekstra untuk merobohkan Rio dan Arman.Kombinasi serangan keduanya membuatku cukup kerepotan, tapi berkat kenekatan dari bang Zulham, membuatku bisa lebih mudah merobohkan keduanya. Habis ini, aku ingin mandi dan tidur nyenyak untuk mengurangi rasa sakit ditubuhku.Ketika sampai di pintu rumah, hari sudah sangat gelap, hampir tengah malam. Mungkin ibu dan kak Nia sangat mengkhawatirkan diriku saat ini.Rumah terasa sangat sepi dan gelap karena lampu luar tidak dinyalakan. Pintu rumahpun diku