"Jack, lu maju duluan. Jangan bikin malu Gue, ya!" Perintah Bang Codet menunjuk salah seorang anak buahnya.Pria yang dipanggil Jack tersebut terlihat sedikit ragu, karena dia lah yang menyatroni rumah Zaha malam itu. Sehingga, Ia sedikit ciut jika harus menghadapi Zaha seorang diri, karena sudah pernah berhadapan dengan Zaha sebelumnya."Kenapa, takut lu?" Hardik Bang Codet membelalakkan mata ke arah Jack yang tak kunjung maju.'Nekat sajalah kalau begini, daripada Bang Codet yang menghajar, akan jauh lebih parah,' Bathin Jack."Mati lu, kerempeng." Ujar Jack dengan suara agak keras, lalu melayangkan sebuah pukulan ke arah kepala Zaha.WoshBugh"Arghk.."Entah darimana datangnya, malah pukulan Zaha yang masuk telak ke hulu hatinya.BamJack membungkuk kesakitan.Zaha tidak berhenti dan dengan cepat langsung menghantam kepala belakang Jack dan membuatnya roboh ke tanah seketika itu juga. Tampak tatapan tidak percaya dari semua orang yang melihat kejadian super cepat itu.Bagaimana bi
Tendangan terakhir tepat mengenai dada Zaha dan membuat terhempas kembali ke atas tanah.Kali ini, lawannya tidak langsung menyerang seperti sebelumnya.Pukulan Zaha sebelumnya membuat mereka sedikit ragu jika langsung meringsek maju. Satu orang mukanya banjir darah karena pukulan telak Zaha. Sementara satu lainnya tersengal dan sesak napas karena pukulan Zaha tepat mengenai rusuknya.Tidak ada yang menyangka, jika pemuda kerempeng itu bisa menaklukan 7 orang anggota bang Codet dalam waktu sesingkat itu. Pemuda yang selama ini dikenal sebagai penakut dan pendiam, malah sering dibully oleh anak-anak komplek tempat ia tinggal, sekarang bisa berubah semenyeramkan ini?Zulham yang sebelumnya ketakutan, karena sadar betapa menakutkannya bang Codet dan anak buahnya. Sekarang, melihat Zaha bertarung dengan penuh keberanian seperti itu malah mulai ikut tersulut keberaniannya. Walau untuk membantu Zaha dalam pertarungan, ia masih pikir-pikir. Namun, dari tatapannya saat ini, Zulham mulai meman
Zaha mengakhiri pertarungan Rio dengan sebuah hantaman ke arah kepala dan membuatnya menggelepar di atas tanah, sebelum jatuh tidak sadarkan diri. Prok prok prok Codet bertepuk beberapa kali, "Gila! Baru kali ini ada lawan yang bisa membuat gue jadi sangat bersemangat begini. Gak nyangka! Malah bocah seperti lu yang akan jadi lawan gue, hahaha." Zaha bukannya mengubris ucapan Codet, justru beranjak membantu Zulham berdiri.Zulham berusaha bangun walau sangat berat, wajahnya lumayan bonyok. Bibirnya mengeluarkan banyak darah karena dihajar oleh Rio sebelumnya. Zulham coba mengguncang kepalanya beberapa saat, untuk bantu memulihkan kesadarannya."Mana lawan gue?" Teriak Zulham seolah baru tersadar."Tuh, udah keok begitu!" Tunjuk Zaha pada Rio yang sudah terbaring tidak berdaya di atas tanah."Anjing, bisa juga gue ngelahin dia." Ucap Zulham terlihat senang.Zaha hanya terkekeh melihat Zulham yang cukup menghibur dalam kondisi menegangkan begitu."Ya udah, abang istirahat aja dulu di
"Gila juga bocah ini! Baru kali ini ada yang bisa membuat gue bertarung sampai habis-habisan kayak gini. Untung saat terakhir tadi gue berhasil membantingnya. Jika pukulan terakhir bocah ini masuk, bisa-bisa gue yang koit duluan." Pikir Codet sambil menstabilkan pernapasannya. Belum lagi cidera yang harus ditanggungnya, Codet terlihat babak belur.Saat Codet mengira dirinya sudah berhasil memenangkan pertarungan. Di belakangnya, Zaha justru kembali bergerak, kesadarannya pulih lebih cepat. Dia mengangkat sedikit badannya sambil coba menopang tubuhnya dengan kedua tangannya. Zaha menggeleng-gelengkan kepalanya untuk bantu memulihkan kesadarannya. Saat ia meludah, tampak seteguk darah segar keluar dari mulutnya."Oi, mana kemana, lu? Gue loh belum kalah." Teriuak Zaha dari belakang Codet.Codet sampai terperangah ketika menyaksikan lawannya masih bisa bangun setelah terkena pukulan mautnya.."Ma-masih hidup lu, bocah?""Hehehe, kan gue dah janji buat nambahin codet di wajah lu." Ucap Za
Aku dan bang Zulham pulang ke komplek perumahan tempat kami tinggal.Ada yang aneh ku rasakan dari sikap bang Zulham. Ia terlihat sangat sungkan padaku sekarang. Malah ketika ku tawari Ia untuk mampir dulu ke rumahku, ia langsung menolaknya dengan wajah takut. Katanya, ia malu bertemu kakakku.Ada-ada saja alasannya!Bagaimanapun aku harus berterima kasihnya padanya, karena telah menemani dan membantuku ketika bertarung tadi. Walau tidak berdampak banyak, tapi paling tidak ia telah memberiku waktu ekstra untuk merobohkan Rio dan Arman.Kombinasi serangan keduanya membuatku cukup kerepotan, tapi berkat kenekatan dari bang Zulham, membuatku bisa lebih mudah merobohkan keduanya. Habis ini, aku ingin mandi dan tidur nyenyak untuk mengurangi rasa sakit ditubuhku.Ketika sampai di pintu rumah, hari sudah sangat gelap, hampir tengah malam. Mungkin ibu dan kak Nia sangat mengkhawatirkan diriku saat ini.Rumah terasa sangat sepi dan gelap karena lampu luar tidak dinyalakan. Pintu rumahpun diku
"Cepat, buka bajunya!" Perintah kak Nia begitu aku selesai mandi.Eh, kok langsung main buka aja, nih? Gak pakai pemanasan dulu apa?Oi oi, jangan ngeres dulu kalian bacanya, ini disuruh buka baju biar kakak cantikku ini bisa mengobati luka-luka ditubuhku, wkwkwk.Aku tidak berani membantah perintah kak Nia dan langsung membuka kaosku dan hanya mengenakan celana pendek. Saat itu hanya ada kamiu berdua dan ibu sudah tidur di kamarnya.Kak Nia langsung terbelalak tidak percaya begitu melihat tubuhku yang penuh dengan luka lebam."Kamu, beneran berkelahi dengan anak buahnya juragan Cintung, dek?" Tanya kak Nia dengan suara sedikit bergetar. Perlahan tampak bulir air mata turun dari sudut matanya.Aku hanya mengangguk pelan tanpa menceritakan bagaimana detail pertarunganku dengan anak buah juragan Cintung, biar kak Nia tidak terlalu sedih mendengarnya. Cukuplah ia tahu kalau aku berhasil mengalahkan mereka, tanpa perlu tahu bagaimana sakitnya."Duduk depan kakak, sini!" Perintah kak Nia.
POV Zaha.Akibat pertarungan dengan anak buah juragan Cintung 5 hari yang lalu, kini menyisakan rasa sakit yang cukup untuk membuatku sampai harus beristirahat selama 5 hari ke depannya.Tidak hanya sekedar menyisakan rasa sakit, namun juga rasa canggung antara aku dan kakakku, Zanna Kirania Fitri. Apalagi kalau bukan karena ciuman tidak sengaja yang keterusan pada malam dimana aku dirawat oleh kak Nia.Akibat ciuman itu, baik aku ataupun kak Nia jadi sedikit canggung kalau kebetulan sedang berasa berdua di rumah, kecuali saat ada ibu.Ada tatapan yang berbeda dari kak Nia ketika melihatku, bukan lagi seperti tatapan seorang kakak pada adiknya, melainkan tatapan sayang layaknya seorang perempuan pada laki-laki yang telah sama-sama dewasa.'Ah, sudahlah!' Pikirku coba mengabaikan masalah ini.Untuk mengalihkan fokusku biar tidak larut dengan perasaan canggung yang sama, karena kebetulan siang ini kak Nia sedang berada di rumah. Aku pun memutuskan untuk joging ringan ke stasiun tua yang
"Jadi, setelah 'pemanasan' kemarin. Apa rencanamu selanjutnya?" Tanya Angel serius. Pemanasan yang dimaksudnya, tentu saja saat aku menumbangkan anak buah juragan Cintung tempo hari."Hahaha, pemanasan kamu bilangnya! Padahal kenyataannya, aku sampai harus istirahat beberapa hari dibuatnya." Jawabku hanya bisa nyengir."Salahmu sendiri! Kenapa tidak banyak latihan. Lawan begitu saja, bisa sampai terluka. Segera up fisikmu sampai ke level Zaha yang dulu. Aku gak sabar ingin segera mengajakmu untuk petualangan lebih ekstrim." Goda Angel."Sudah kubilang, aku gak akan kembali ke dunia seperti dulu lagi. Aku hanya ingin melakukan yang terbaik sebagai Zaha yang sekarang." Jawabku mengabaikan kata-kata Angel."Pfft, kamu gak asik!""Aku hanya ingin membuat Zaha yang sekarang memiliki arti yang berbeda. Mungkin juga ini alasan tuhan membuatku terlahir kembali ke dunia ini. Tapi..." Aku terdiam sejenak merenungkan kembali, apa memang begitu adanya tujuan bisa hidup kembali di dalam ragu remaj