Semakin gencarnya serangan anak buah Rojak, yang telah menewaskan Zulham dan juga Istri dan bayi dalam kandungan Juleha, istri Rojak. Membuat Zaha tidak bisa lagi menganggap remeh kebangkitan mereka. Kemunculan Rojak, merupakan ancaman besar terhadap klan naganya. Peringatan bulan di depan makam Zulham sebelumnya, seakan memaksa Zaha dan menyadarkanannya dengan kemampuannya yang masih terbatas. Dengan kemampuan Zaha saat ini dan meskipun ia berhasil kembali pada levelnya di kehidupannya sekalipun, itu semua masih belum cukup untuk menghadapi Rojak dan antek-anteknya. Zaha sudah merasakan sendiri, betapa kuatnya pukulan Marshel, salah satu murid Rojak yang berhasil membuat Zaha berada dalam keadaan kritis. Jika saja, Marshel meneruskan serangan waktu itu, bisa saja Zaha yang saat ini berada dalam kuburan. Setelah mempertimbangkannya dengan sangat matang, Zaha akhirnya memutuskan untuk memulai latihan khususnya. Untuk itu, ia segera memanggil masing-masing pemimpin wilayah klan nag
"Apa yang kakak pikirkan?" Tanya Bulan ketika melihat Zaha hanya diam dengan tatapan melayang jauh ke luar kaca jendela bus tujuan Jawa Tengah, yang sedang mereka tumpangi.Mata Zaha mengerjap beberapa kali. Tampak sekali, kalau tatapan Zaha terlihat enggan untuk pergi meninggalkan kota ini.Meski banyak kenangan pahit yang ia dapat dari kota ini. Namun, itdak sedikit juga kota ini memberikan kenangan indah untuknya. Terutama, dalam kehidupan kedua Zaha kali ini.Sekarang, ia tidak lagi sendiri. Zaha memiliki keluarga yang dari dulu diimpikannya, meski bukan keluarga sedarahnya.Zaha bersatu kembali dengan dokter Anna, kekasih masa lalu dan telah memiki seorang putri darinya.Lalu, ada Angel. Wanita malang yang ia besarkan dan latih. Kenyataannya, wanita ini justru begitu mengidolakan dan mencintainya. Bahkan setelah kematian Zaha dan kebangkitannya dalam tubuh remaja yang sekarang ia huni raganya, cinta Angel tidak berkurang sedikitpun untuknya.
Angel tersenyum senang, seolah berhasil mengejutkan Zaha dengan kemunculannya di sana. "Nanti saja ceritanya di atas mobil. Naiklah!" Ujar Angel lebih dulu, sebelum Zaha mengomelinya lebih lanjut. Zaha tidak memiliki pilihan lain, selain menaikkan barang-barangnya ke atas mobil dan mempersilakan Bulan untuk naik duluan. Karena mobil ini hanya memiliki dua pintu dan ia harus menggeser kursinya ke depan, agar Bulan bisa duduk di bangku baris kedua. Diperjalanan, Angel bercerita, "Aku menitipkan Ibu dan Nia pada geng Rose." Geng Rose merupakan kelompok wanita yang dibentuk oleh Angel. Mereka semua, sama seperti Angel di masa lalu. Ada yang menjadi korban pemerkosaan, pelacur dan sebagian lainnya, wanita miskin yang kehilangan harapan hidupnya. Angel melatih mereka semua dan membentuk geng Rose. Angel sengaja mengatakan hal itu, agar Zaha tidak perlu mengkhawatirkan ibu dan kakaknya. "Selain itu, aku sudah mengatakan pada Bulan jika aku ak
Dua pria beda dua generasi, bertarung dengan kecepatan tinggi dalam kegelapan menjelang subuh. Keduanya bertarung, di kali kecil yang ada di lereng bukit.Gerakan keduanya terlihat berbeda dari cara bertarung pada umumnya, karena kuda-kuda keduanya begitu rendah dan lebih terlihat seperti cara bertarungnya dua ekor hewan buas ketimbang pertarungan manusia.Gerakan mereka bahkan tidak terpengaruh oleh gelapnya hari dan mereka bisa bertarung sama cepatnya seperti siang hari.Meski memiliki gerakan dan jurus yang terlihat sama, namun pria yang berusia remaja berhasil dikalahkan oleh pria yang lebih tua, hanya dalam sebelas jurus.Hanya dalam satu gerakan cepat, remaja tersebut dibuat terjungkal oleh si pria tua dan berhasil dibuat tidak sadarkan diri....Entah berapa lama Zaha tidak sadarkan diri dan ia baru tersadar saat merasakan panas matahari pagi menyengat kulitnya.Saat Zaha membuka mata, ia baru sadar. Jika saat itu, ia tengah be
"Bulan, kenapa aku tidak melihat Zaha hari ini?" Tanya Angel merasa aneh.Malam sebelumnya, ia masih bertemu dengan Zaha dan bahkan sempat menggodanya setelah mereka makan malam.Selama seminggu terakhir, suasana di ibu kota sedang tegang dan mencekam. Membuat mereka tidak bisa lagi menghabiskan waktu bersama, seperti hari-hari sebelumnya. Namun hari ini, mereka akan sama-sama memulai latihan mereka yang sebenarnya dan juga, mereka tidak bisa bebas melepaskan rindu mereka yang tertahan. Meski begitu, satu pelukan singkat malam tadi, sudah cukup bagi mereka untuk saling menguatkan satu sama lain.Bulan dan ibunya bertindak sebagai mentor Angel.Setelah menguji kemampuan Angel sehari sebelumnya, mereka mengetahui bahwa Angel memiliki kecakapan bertarung yang handal dan menguasai keterampilan beladiri yang diajarkan Zaha padanya dengan sangat baik. Bahkan, Angel bisa mengembangkan keterampilan bertarung sendiri yang sesuai dengan gayanya.Hanya saja, kekuatan lahir saja tidak akan cukup
"Chintya, kamu benar tidak tahu ke mana Zaha perginya?" Tanya Anna pada hari ke lima setelah kepergian Zaha.Zaha kembali menghilang tanpa kabar berita sama sekali.Meski enggan, Anna terpaksa harus menemui Chintya di kelasnya untuk mencari tahu keberadaan Zaha.Bagaimanapun, Chitya adalah saingannya dalam merebut perhatian Zaha. Tapi, demi bisa menemukan Zaha, Anna terpaksa harus melakukan gencatan senjata hari itu.Zaha menghilang tanpa ada mengabarinya. Anna terlihat begitu kehilangan, padahal Zaha telah berjanji padanya bahwa dia tidak akan menghindarinya lagi, setelah pertempuran besar yang melibatkan empat wilayah ibu kota terakhir kali.Kali ini, Zaha kembali menghilang tanpa kabar dan itu sangat meresahkan Anna.Ia dan adiknya sudah datang ke rumah Zaha. Namun, rumah Zaha sedang diperbaiki oleh warga dan para preman yang ada di sana.Anna tidak tahu apa yang menimpa keluarga Zaha. Namun, saat melihat ru
Kemunculan Lingga dalam sekejap menggemparkan sekolah Zaha. Berita tentang Ruly dan teman-temannya yang telah dikalahkan oleh Lingga sehari sebelumnya, segera menyebar sampai ke sekolah lainnya. Meski Rully sekolah di SMA yang jarang ada siswa badboynya, reputasi Ruly sebagai siswa bermasalah cukup dikenal di sekolah-sekolah lainnya. Apalagi, Ruly sekolah di tempat yang sama dengan Zaha alias King, penguasa dunia bawah tanah ibu kota. Membuat nama Ruly dan kawan-kawannya, ikut lebih cepat dikenal. Saat itu, Adam yang mendengar berita itu, tidak percaya jika ada seorang siswa baru berhasil menghajar puluhan siswa di sekolah Zaha, sampai ia membuktikannya sendiri. Adam dulunya memusuhi Zaha dan sempat berkonflik dengannya. Namun, semenjak Adam dan teman-temannya dikalahkan oleh Zaha dan mengetahui kalau Zaha menjadi pemimpin wilayah Selatan dan sekarang, Zaha juga dinobatkan sebagai penguasa dari klan naga. Membuat Adam beralih jadi sangat menghormatinya. Keesokan harinya, Adam dan p
Hari ke delapan, sejak kepergian Zaha.Malam itu, Kuswoyo, jenderal wilayah utara klan Naga, merasakan kegelisahan yang tidak biasa. Ia merasa sesuatu yang buruk akan segera terjadi.Itulah sebabnya, ia segera mengungsikan semua anggota keluarganya dan menitipkan mereka pada keluarga jauh mereka yang berada di luar ibu kota.Kejadian buruk yang menimpak keluarga Komar, jenderal wilayah Timur klan njaga, menjadi pelajaran besar bagi semua orang agar lebih berhati-hati. Karena musuh suka menghalalkan segala cara untuk menekan mental mereka.Dalam ketidakpastian seperti sekarang, semua orang menjadi lebih waspada dan gelisah di saat bersamaan, tidak terkecuali Kuswoyo.Di markas utama mereka, Kuswoyo mengumpulkan dua orang kepercayaannya dan selama ini, bertindak sebagai wakil kepercayaannya, Ateng dan Kosasih. Selain mereka, ada juga pemimpin junior, seperti, Memed, Oded dan Gumilar yang sekarang ditugaskan untuk menjaga posko terluar dari markas uta
Setahun kemudian.Seorang remaja yang baru saja beranjak dewasa, baru saja keluar dari sebuah gedung milik kepolisian. Posturnya tampak tegap, senada dengan ekspresinya yang terlihat cerah dengan dibalut seragam khas siswa akademi militer.Bagaimana tidak? Ia baru saja dinobatkan sebagai lulusan akademi militer terbaik dari sekian ribu siswa akademi dan masa depan cerah sudah menanrtinya.Tidak hanya masa depan, karena tepat di luar gedung juga ada beberapa orang yang sangat ia kenal, telah menantinya dengan senyum cerah dan tatapan penuh harap, yang membuat dirinya serasa dibanggakan oleh mereka.Di antara mereka, ada seorang wanita cantik dengan wajah ayu yang masih mengenakan almamater mahasiswa kedokteran dari sebuah universitas ternama.Begitu melihat sang pemuda yang telah lama dinantinya keluar, wanita tersebut sudah tidak sabar untuk untuk buru-buru menghampirinya."Anna, kenapa harus terburu-buru begitu? Sampai kamu langsung melupakan masih ada kami di sini!" Ujar sang ayah t
Tepat, di saat Angel berpikir jika Zaha sudah tewas dan berniat untuk menyusulnya, sebuah kenanehan yang tidak lazim terjadi.Midun yang saat itu sudah berhasil bangun, pijakannya tiba-tiba menjadi goyah. Dari dalam mulutnya, keluar darah berwarna kehitaman dalam jumlah yang sangat banyak. Tidak berhenti sampai di situ, pembuluh darahnya meledak dan membuat darahnya menyembur keluar dengan sangat deras.Saat itu, Angel baru menyadari, jika penampilan Midun sudah sangat berantakan.Sampai akhirnya, Midun dengan ekspresi tidak rela jatuh ambruk ke tanah dan selanjutnya tidak lagi bergerak.Apa Midun telah tewas?Angel sulit mempercayai apa yang sedang dilihatnya saat itu.Apa itu artinya, Zaha menang?Lalu, di mana Zaha saat ini?Begitu menyadari situasinya, Angel segera mengedarkan pandangannya dengan liar untuk mencari keberadaan Zaha.Secercah harapan muncul dalam dirinya. Selanjutnya, Angel dengan langkah panik segera menyusuri tempat pertarungan dan mencari keberadaan Zaha.Antara
Angel segera berlari ke arah Bulan dan mendekap tubuhnya. Jika saja ia lebih cepat menyadari tujuan Bulan yang sebenarnya, ia tidak mungkin mau melanjutkan pertarungan yang menyebabkan Bulan dapat kehilangan nyawanya."Gadis bodoh! Apa yang kamu lakukan? Apa yang coba kamu buktikan, hah?" Teriak Angel tidak terima. Kedua tangannya bergetar hebat ketika mendekap tubuh Bulan yang semakin lemah dan mulai terasa dingin. Perasaan Angel menjadi kacau. Dia tidak tahu, apa ini kemenangan yang harus dirayakannya? Kemenangan yang seharusnya membuat dia merasa lega, karena telah menyingkirkan satu orang musuh kekasihnya. Tapi, kenyataannya tidak begitu!Angel justru merasakan rasa sakit dan kehilangan yang sulit untuk dijelaskan. Bahkan, Angel sendiri tidak tahu bagamaina mendeskripsikan perasaannya saat ini."Bulan... katakan, kenapa?" Isak Angel dengan perasaan berantakan.Bulan terbatuk dan kembali memuntahkan darah yang sudah bercampur dengan organ dalam tubuhnya. Tatapannya sendiri sudah m
Di sudut lain yang tidak jauh dari tempat pertarungan antara Zaha dan Midun, terjadi pertarungan yang tidak kalah sengit antara Angel melawan Bulan. Meski pertarungan keduanya tidak seintens pertarungan Zaha dan Midun, karena mereka hanya mengandalkan kemampuan fisik serta kekuatan bathin mereka sendiri. Pertarungan keduanya tetap saja mempertaruhkan hidup dan mati.Sikap Angel yang serius dan tanpa ragu, membuat Bulan tidak bisa memanfaatkan keunggulannya dengan baik. Pertarungan yang semula di dominasi oleh Bulan, perlahan mulai diambil alih oleh Angel dan membuat Bulan kepayahan.Jika pertarungan ini tidak melibatkan Zaha, Angel mungkin tidak akan ragu untuk berpihak ke sisi Bulan dan keluarganya. Bagaimanapun, beberapa waktu yang mereka habiskan bersama, Bulan dan Angel sudah menjadi cukup dekat dan sudah terlihat seperti saudara. Bagi Angel, Bulan adalah parner berlatih yang telah membantunya untuk mengasah kemampuan tenaga dalamnya, serta meningkatkan kemampuannya secara keselu
Maran yang berada di dalam tubuh Midun mendengus dingin, 'Jika Mandigo sudah mengerahkan seluruh kekuatannya, itu artinya ia ingin bertarung habis-habisan dengan kita. Selama ini, kami selalu imbang. Sepertinya, ia berniat memanfaatkan kekuatan anak itu untuk mengalahkan kita.' 'Hehehe., sepertinya ia terlalu meremehkanku. Baiklah, jika ini yang kamu inginkan, aku akan memasang taruhan yang sama denganmu.' Maran tertawa dingin dan keinginan bertarungnya naik berkali-kali lipat. Tentu saja, Maran juga tidak ingin kalah dengan rival abadinya tersebut. Segera, Midun pun merasakan kekuatan penuh Maran mengalir ke dalam tubuhnya dan membuat kekuatannya meningkat secara signifikan. Sekarang, Midun tidak perlu lagi memikirkan kekuatan lawan. Ini adalah pertama kalinya Midun merasakan kekuatan penuh Maran mengalir di dalam tubuhnya. Perasaan itu begitu luar biasa! Selama ini, Maran bahkan tidak pernah menunjukkan kekuatan seperti ini padanya. Wajar saja, Midun menjadi semakin bersemanga
Boom, boom,Dhuaar!Dalam sekejap, Zaha dan Midun sudah bertarung puluhan jurus. Serangan dan kecepatan mereka, tidak bisa diukur dengan mata telanjang. Karena keduanya sudah jauh melampaui level yang bisa diraih oleh manusia biasa.Pertarungan mereka, juga tidak lagi mengedepankan teknik yang tertulis di atas lembaran kertas ilmu beladiri. Di sekitar tempat mereka bertarung, banyak menyisakan lobang yang cukup dalam dan tidak beraturan, yang menunjukkan betapa tinggi intensitas pertarungan keduanya.Saat seperti ini, jurus dan teknik bukan lagi menjadi sesuatu yang penting. Keduanya bergerak dengan kecepatan tinggi dan didominasi oleh naluri bertarung tingkat tinggi yang tidak bisa diukur oleh teknik beladiri manapun.Bagi keduanya, puncak dari ilmu beladiri bukan lagi terletak pada teknik. Tapi pada insting, mental dan kecepatan. Siapa yang memiliki ketiganya akan menjadi penentu akhir kemenangan. Tapi, kerena hasil pertarungan mereka masih berimbang, di mana tidak ada satu pihak
Meski sudah mendapat peringatan dari Mandigo tentang kekuatan Maran, makhluk mistis milik Midun. Zaha masih saja bertindak nekat untuk menghadapinya dengan mengandalkan kekuatannya sendiri. Wus! Baru saja Zaha mengindahkan peringatan Mandigo, Midun sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri dan hanya menyisakan kabut bayangan di belakang. Saat itu, Zaha merasakah kegelisahan yang luar biasa. 'Sangat cepat!' Zaha dengan kemampuan barunya, bahkan sama sekali tidak bisa melihat pergerakan mantan gurunya tersebut. Sampai, ketika Midun tiba-tiba sudah muncul tepat di depannya pada detik berikutnya dan melayangkan sebuah pukulan sederhana yang sulit untuk dicegat Zaha. Di saat kritis seperti itu, Zaha hanya sempat mengangkat kedua lengannya ke depan dada untuk menahan serangan Midun. Itu saja, sudah membuat ia terlempar mundur sejauh belasan meter dan terhempas di tanah dalam posisi telentang dengan kondisi cukup buruk. Wus!
Kreek, kreek.Tumpukan batu yang menimbun tubuh Zaha bergerak dan meledak, begitu Zaha dengan tatapan menyala bangkit dari dalamnya.Sungguh luar biasa katahanan tubuhnya!Bahkan setelah tertimbun oleh dinding dan tiang rumah seperti itu, ia tidak terluka sama sekali, selain debu dan pasir yang mengotori tubuh dan pakaiannya. Melihat hal itu, Midun mau tidak mau mulai menganggap serius Zaha sebagai lawan yang pantas untuk menjadi lawannya. Jika pada pertarungan sebelumnya, Midun masih beranggapan Zaha sebagai seorang murid yang masih butuh banyak bimbingan untuk berkembang. Namun tidak setelah mereka bertukar belasan jurus, di mana Zaha mampu mengimbanginya dan bahkan beberapa kali membuatnya terpaksa harus berusaha keras untuk menahan serangannya.Zaha bukan lagi anak kemarin sore yang sedang berkembang. Dia sudah matang!Tingkat kematangan seperti itu adalah tingkat seorang ahli. Ketajaman serta instingnya terbangun seiring dengan pengalamannya. Ditambah, Zaha sekarang memiliki kek
Kehadiran Angel mampu mengalihkan perhatian Bulan. Tidak hanya berhasil memaksa Bulan bertarung satu lawan satu, Angel juga mampu menjauhkan Bulan dari Zaha. Dengan begitu, Zaha bisa fokus sepenuhnya bertarung melawan Midun.Tidak lama setelah keduanya pergi, pertarungan antara Zaha dan Midun pun segera dimulai.Jika melihat dari karakter Zaha, dia bukan karakter yang akan memulai pertarungan terlebih dahulu. Kecuali ia sedang dalam misi yang mengharuskannya untuk bergerak cepat, seperti saat ia masih berkarir di militer dulunya.Sayangnya, kali ini ia harus berhadapan dengan Midun, gurunya sendiri. Mereka memiliki karakter bertarung yang sama. Dalam pertarungan satu lawan satu seperti ini, mereka berdua cenderung menjadi karakter yang pasif di awal. Mengamati dan menganalisa kemampuan lawan adalah kunci dari kemenangan. Itulah yang Zaha pelajari dari Midun.Namun sekarang, situasinya berbeda. Zaha tidak mungkin menunggu Midun untuk menyerangnya lebih dulu. Bagaimanapun, ia sangat me