Hari ke delapan, sejak kepergian Zaha.Malam itu, Kuswoyo, jenderal wilayah utara klan Naga, merasakan kegelisahan yang tidak biasa. Ia merasa sesuatu yang buruk akan segera terjadi.Itulah sebabnya, ia segera mengungsikan semua anggota keluarganya dan menitipkan mereka pada keluarga jauh mereka yang berada di luar ibu kota.Kejadian buruk yang menimpak keluarga Komar, jenderal wilayah Timur klan njaga, menjadi pelajaran besar bagi semua orang agar lebih berhati-hati. Karena musuh suka menghalalkan segala cara untuk menekan mental mereka.Dalam ketidakpastian seperti sekarang, semua orang menjadi lebih waspada dan gelisah di saat bersamaan, tidak terkecuali Kuswoyo.Di markas utama mereka, Kuswoyo mengumpulkan dua orang kepercayaannya dan selama ini, bertindak sebagai wakil kepercayaannya, Ateng dan Kosasih. Selain mereka, ada juga pemimpin junior, seperti, Memed, Oded dan Gumilar yang sekarang ditugaskan untuk menjaga posko terluar dari markas uta
Di markas utama klan Naga, di wilayah selatan ibu kota.Pemandangan di pasar tanah Kuda menjadi sangat berantakan, dengan banyaknya tubuh yang bergelimpangan disepanjang jalan dan juga di dalam pasar. Baik, mereka yang pingsan ataupun mereka yang sudah kehilangan nyawanya.Warna merah darah, bertebaran di sana sini, seperti banjir dan menjadi pemandangan yang dominan.Sementara itu, teriakan intens suara pertarungan masih menggema di sana sini. Pertarungan di markas utama klan naga adalah pertarungan terbesar dibanding wilayah lainnya.Hiukali yang memimpin wilayah selatan, serta Cak Timbul yang menjadi penasehat klan Naga, terlihat menggila dan telah menjatuhkan belasan pasukan Rojak yang membawa panji macan liar.Mereka dikejutkan dengan serangan dadakan yang dilakukan oleh pasukan Rojak, menjelang tengah malam.Beruntung, mereka semua tengah berkumpul saat itu dan siap menghadapi serangan tersebut. Mengejutkannya, mereka mendapat la
Hanya dalam waktu singkat, ketimpangan jumlah mereka dari lawan, bisa mereka pangkas hingga setengahnya dan sekarang, murid-murid Rojak mulai mendominasi Acera dan yang lainnya.Melihat hal itu, Cak Timbul segera memerintahkan pasukan senior turun tangan untuk membantu Acera dan yang lainnya.Segera, Kobang, Cak Nawi dan Jarwo ikut ambil bagian dan membuat keadaan menjadi berimbang.Saat mereka semua sibuk bertarung, Rojak berkata pada Cak Timbul, "Apa kamu yakin membiarkan mereka untuk bertarung melawan murid-muridku, Timbul? Hanya Hiukali yang menemanimu, kamu akan segera mati lebih cepat.""Kata siapa? Kalau kita belum mencobanya, siapa yang tahu?" Balas Cak Timbul tenang."Kalau kamu ingin bukti, baiklah! Cobalah bertahan dari satu jurusku!" Ujar Rojak dan langsung menghampiri Cak Timbul dan menyerangnya.Wosh!Bam!Cak Timbul dikejutkan dengan satu serangan Rojak. Gerakan Rojak sangat sederhana dan seharusnya, ia bisa meng
"Kamu?" Rojak tercengang, begitu menyadari identitas pria yang telah berhasil menahan serangannya dan menyelamatkan Cak Timbul dan Hiukali di waktu yang sangat kritis. Kemunculan pria tersebut, sekaligus juga menghentikan pertempuran hebat yang saat itu sedang berlangsung sengit. Semua orang menatap penasaran ke sosok pria misterius yang telah berhasil menahan serangan Rojak. "Halo, paman! Lama tidak bertemu! Ku harap, paman tidak melupakanku setelah pertemuan terakhir kita, dua puluh tahun yang lalu." Sapa pria berjambang dan bertubuh tinggi tersebut dengan santainya. Ia sama sekali tidak terpengaruh dengan sosok Rojak dan murid-muridnya yang menyerang markas klan naga hari itu dan bahkan, ia sempat-sempatnya mengeluarkan rokok kesukaannya dan menikmatinya dengan cara yang begitu santai. Cak Timbul yang saat itu berada di belakang pria terserbut, tidak kalah terkejut melihat kemunculan pria itu hari ini dan lagi-lagi, pria ini kembali menyelamatkan n
Norman dengan cepat langsung melayangkan serangan pada Lingga. Sebagai anggota, Norman memiliki kemampuan beladiri yang cakap dan pemegang sabuk hitam karate. Gerakannya tajam dan mematikan.Wosh.Tanpa diduga oleh Norman, ternyata Lingga tidak kalah cepat darinya dan berhasil menghindari serangannya dan bahkan berhasil menghadiahi Norman sebuah tendangan balik yang membuat Norman terjejak mundur hingga dua langkah.'Sial, dia ternyata cukup kuat! Pantas saja dia berani bersikap sombong.' Pikir Norman terkejut.Bharada Rizal yang melihat pertarungan pembuka keduanya, ikut maju dan memegang pundak Norman, "Jangan memaksakan diri, Man! Kita serang bersama. lebih cepat meringkusnya, lebih baik!"Norman mengangguk, "Baik, kita lumpuhkan dia!"Bergabung Rizal dalam pertarungan, membuat pertarungan berjalan tidak imbang bagi Lingga.Dua intel tersebut, sama-sama memiliki kemampuan beladiri yang tangguh dan membuat Lingga terdesak.
Lingga yang sudah hampir selangkah lagi mendapatkan apa yang diinginkannya, tidak mungkin berhenti, hanya karena ada seorang wanita muda yang tiba-tiba datang menghalangi jalannya.Lingga sadar jika waktunya sangat singkat, karena tahu bahwa target yang ditugaskan padanya untuk ia culik adalah anak seorang jenderal polisi. Apalagi, ia telah membunuh dua orang anggota polisi yang bertugas menjaga Anna dan adiknya. Tidak lama lagi, komplek perumahan ini pasti akan dibanjiri oleh polisi dan ia tidak akan memiliki kesempatan untuk menyelesaikan misinya pada saat itu.Karena itu, Lingga tanpa ampun, segera menerjang penyusup wanita yang datang menghalangi misinya itu. Bahkan tanpa repot-repot menanyakan identitas wanita muda tersebut, Lingga menyerang dengan niat untuk menghabisinya.Hanya saja, serangan cepatnya berhasil dengan dihindari oleh wanita tersebut."Oh, mau main kasar rupanya! Maju saja, kita lihat siapa yang terbaik di antara kita." Ujar wan
Malam itu akan menjadi malam berdarah yang akan diingat oleh semua orang dalam klan naga. Bahkan, masyarakat biasa yang tidak terlibat dalam pertempuran dua kelompok bawah tanah itupun, bisa merasakan betapa mencekamnya malam tersebut berlalu dan membuat siapapun tidak berani untuk keluar rumah mereka.Suara sirine mobil patroli militer dan mobil ambulance lalu lalang silih berganti di seluruh wilayah ibu kota. Mereka semua sibuk, baik itu untuk mengamankan para perusuh ataupun mengangkut korban dari pertempuran besar malam itu.Sementara itu, dalam sebuah gedung yang sebelumnya menjadi markas klan naga, di wilayah Timur. Tampak berkumpul Rojak, empat orang murid utamanya dan lima puluh lebih muridnya yang lain, di luar jumlah besar pasukan yang telah mereka rekrut.Meski Rojak gagal mengambil alih klan naga malam itu, setidaknya mereka berhasil merebut dua wilayah klan naga. Dua wilayah itu, sama artinya dengan mereka menguasai separuh wilayah klan naga dan membuat peta kekuasaan mer
Zaha terpekur lama sambil memejamkan mata saat kakinya berada di depan makam Komar dan petinggi klan naga lainnya. Perasaannya campur aduk dan lebih didominasi oleh perasaan kehilangan dari kerabat dekatnya. Zaha terlambat sehari dan ia harus kehilangan beberapa petinggi klannya yang sudah ia anggap sebagai keluarganya sendiri. Mereka yang saat ini terkubur dalam tanah di depannya, adalah mereka yang setia dengannya dan juga klan naga. Bahkan hingga akhir hayat mereka, mereka sama sekali tidak tergoyahkan dengan bujukan Rojak yang mengajak mereka untuk mengkhianati klan naga dan lebih memilih mati daripada mati sebagai seorang pengkhianat. Seperti kata pepatah, 'mencari musuh itu mudah. Namun, mencari teman yang setia adalah sesuatu yang langka'. Komar dan yang lainnya, mempertahankan kesetiaan mereka hingga nyawa mereka putus dari raga mereka. Hanya dengan memikirkan itu, sudah cukup bagi Zaha untuk menabuh perang atas kematian mereka. Segera setelah itu, Zaha membuka matanya da