Lingga yang sudah hampir selangkah lagi mendapatkan apa yang diinginkannya, tidak mungkin berhenti, hanya karena ada seorang wanita muda yang tiba-tiba datang menghalangi jalannya.
Lingga sadar jika waktunya sangat singkat, karena tahu bahwa target yang ditugaskan padanya untuk ia culik adalah anak seorang jenderal polisi. Apalagi, ia telah membunuh dua orang anggota polisi yang bertugas menjaga Anna dan adiknya. Tidak lama lagi, komplek perumahan ini pasti akan dibanjiri oleh polisi dan ia tidak akan memiliki kesempatan untuk menyelesaikan misinya pada saat itu.
Karena itu, Lingga tanpa ampun, segera menerjang penyusup wanita yang datang menghalangi misinya itu. Bahkan tanpa repot-repot menanyakan identitas wanita muda tersebut, Lingga menyerang dengan niat untuk menghabisinya.
Hanya saja, serangan cepatnya berhasil dengan dihindari oleh wanita tersebut.
"Oh, mau main kasar rupanya! Maju saja, kita lihat siapa yang terbaik di antara kita." Ujar wan
Malam itu akan menjadi malam berdarah yang akan diingat oleh semua orang dalam klan naga. Bahkan, masyarakat biasa yang tidak terlibat dalam pertempuran dua kelompok bawah tanah itupun, bisa merasakan betapa mencekamnya malam tersebut berlalu dan membuat siapapun tidak berani untuk keluar rumah mereka.Suara sirine mobil patroli militer dan mobil ambulance lalu lalang silih berganti di seluruh wilayah ibu kota. Mereka semua sibuk, baik itu untuk mengamankan para perusuh ataupun mengangkut korban dari pertempuran besar malam itu.Sementara itu, dalam sebuah gedung yang sebelumnya menjadi markas klan naga, di wilayah Timur. Tampak berkumpul Rojak, empat orang murid utamanya dan lima puluh lebih muridnya yang lain, di luar jumlah besar pasukan yang telah mereka rekrut.Meski Rojak gagal mengambil alih klan naga malam itu, setidaknya mereka berhasil merebut dua wilayah klan naga. Dua wilayah itu, sama artinya dengan mereka menguasai separuh wilayah klan naga dan membuat peta kekuasaan mer
Zaha terpekur lama sambil memejamkan mata saat kakinya berada di depan makam Komar dan petinggi klan naga lainnya. Perasaannya campur aduk dan lebih didominasi oleh perasaan kehilangan dari kerabat dekatnya. Zaha terlambat sehari dan ia harus kehilangan beberapa petinggi klannya yang sudah ia anggap sebagai keluarganya sendiri. Mereka yang saat ini terkubur dalam tanah di depannya, adalah mereka yang setia dengannya dan juga klan naga. Bahkan hingga akhir hayat mereka, mereka sama sekali tidak tergoyahkan dengan bujukan Rojak yang mengajak mereka untuk mengkhianati klan naga dan lebih memilih mati daripada mati sebagai seorang pengkhianat. Seperti kata pepatah, 'mencari musuh itu mudah. Namun, mencari teman yang setia adalah sesuatu yang langka'. Komar dan yang lainnya, mempertahankan kesetiaan mereka hingga nyawa mereka putus dari raga mereka. Hanya dengan memikirkan itu, sudah cukup bagi Zaha untuk menabuh perang atas kematian mereka. Segera setelah itu, Zaha membuka matanya da
"Bagaimana mereka bisa melacak keberadaan kita?" Tanya Evelin heran pada lima rekannya, yang saat itu sedang berada bersamanya dalam ruang pengawasan yang terdapat di dalam rumah. Dari dalam ruangan kecil tersebut, Evelin dan yang lainnya bisa memantau situasi seluruh bagian luar dan dalam rumah. Sehingga, mereka bisa mengetahui jika ada pergerakan yang tidak biasa terjadi di luar sana. Termasuk kedatangan Natiya dan anak buahnya yang mencoba menculik Nia dan Ibunya, yang saat itu berada dalam perlindungan mereka. Selama Angel tidak ada, Evelin bertanggung jawab menjaga keamanan Nia dan ibunya. Di sana, Evelin tidak sendirian. Tim wanita yang dibentuk dan dilatih oleh Angel tersebut, terdiri dari enam orang dari berbagai latar belakang dan profesi. Namun, mereka memiliki kesamaan dalam satu hal, yaiotu mereka sama-sama korban kehidupan dan terabaikan dari kehidupan sosial dan lebih sering dianggap sebagai sampah masyarakat. Ada yang dulunya bekerja sebagai pelacur, korban perkosa
Claire dan Diva bahu membahu menyerang Natiya yang hanya seorang diri.Di sisi lain, natiya dikejutkan dengan kelincahan dua lawannya dan tidak mengira bahwa gaya bertarung keduanya begitu rapi dan tajam. Hanya dengan bertukar beberapa puluh pukulan dengan keduanya, Natiya menyadari bahwa keduanya begitu terlatih dan sangat disiplin.Claire dan Diva memiliki gaya bertarung berbeda. Jika Diva lebih kuat dan memiliki pertahanan yang bagus dan kuat. Claire ada sisi sebaliknya, gerakannya lincah dan tajam. Kombinasi keduanya, membuat Natiya sangat kerepotan dan tidak berdaya memanfaatkan keunggulannya. Saat ia coba menyerang Diva yang sengaja berada di depan untuk berhadapan secara langsung dengannya, serangan tajam dari Claire membuat Natiya tidak bisa begitu saja menekan Diva.Natiya jadi berandai-andai, jika bawahannya juga sedisiplin mereka. Paling tidak, Haikal tidak akan berakhir tragis jika bukan karena kesombongannya yang selangit."Kalian berdua cukup bagus! Bagaimana kalau kali
"Maaf, aku datang terlambat!" Ujar Angel tersenyum sambil mengulurkan tangan dan membantu Diva berdiri."Sama sekali tidak terlambat, kak Angel! Kami justru baru mulai senang-senangnya." Balas Diva seraya mengusap darah dari bibirnya."Apanya yang senang-senang? Kak Angel terlambat datang satu detik saja, kamu sudah bertemu malaikat maut, Va!" Ledek Claire bergabung bersama mereka."Bacotmu! Aku begini karena jadi bumpermu tau!" Sungut Diva dengan wajah cemberut.Keduanya adalah tim yang sangat kompak. Namun, adakalanya mereka terlihat seperti kucing dan tikus yang saling serang di waktu berbeda. Namun, itu juga yang membuat kehadiran keduanya membuat suasana menjadi lebih ceria."Tapi, bagus kak Angel sudah datang. Dengan kita bertiga, kita akan bisa mengalahkannya." Tambah Diva bersemangat. Ia berpikir, bahwa ini waktunya bagi mereka untuk membalikan keadaan.Namun, Angel segera menggeleng dan berkata, "Tidak. Kalian berdua ke bawah, bantu
Dhuaar!Benturan pukulan antara Natiya dan Angel yang terjadi di atap vila, menimbulkan kilat tajam dan suara gelegar seperti guntur yang cukup memekakkan telinga.Hasilnya, kedua wanita ini sama-sama terpental mundur dan dari mulut keduanya, sama-sama memuntahkan darah segar.Hasil itu menunjukkan jika tingkat kekuatan keduanya berada di level yang sama.'Tidak. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?' Pikir Natiya dengan ekspresi yang sangat buruk.Dia merasa bahwa Angel baru belajar bertarung kemarin sore. Sementara dirinya telah belajar selama belasan tahun untuk mencapai levelnya yang sekarang. Namun, semua usahanya seakan sia-sia, karena dalam waktu yang sangat singkat, Angel mampu menyamai levelnya.Like father, like daughter!Istilah itu mungkin sangat tepat untuk menggambarkan bagaimana karakter Natiya.Natiya begitu berambisi menjadi yang terbaik, demi membuktikan dirinya di depan sang ayah. Hal itu membuat Natiya menjadi karakter dengan ego tinggi. Dia tidak bisa menerima kenya
Keduanya kembali maju dan bersiap untuk adu pukulan lagi. Bam, Bam, Pukulan keduanya secara bergantian masuk dan sesekali mereka tampak seolah akan roboh. Namun sedetik kemudian, mereka langsung berdiri tegak dan kembali membalas serangan. Pertarungan keduanya bahkan jauh terlihat lebih brutal dari pertarungan antar lelaki. Tekad untuk bisa mengalahkan lawan, membuat keduanya tidak ingin berhenti menyerang hingga napas mereka berhenti. Nia dan ibunya yang menyaksikan itu, hanya bisa terpaku dengan tatapan ngeri menatap pertarungan keduanya. Nia hendak membantu Angel, namun ditahan oleh ibunya, "Nak, ini bukan perkelahian yang bisa kita campuri. Mereka hanya akan berhenti, sampai salah satu dari mereka ada yang tumbang." "Tapi, bu..." Nia sangat mencemaskan keadaan Angel. Bagaimanapun, Angel adalah penyelamatnya. Meski hanya sebagai tamengnya, selama itu bisa membantu Angel, Nia tidak akan keberatan. Baam.
Tanah pemakaman itu kembali basah dan kali ini, Zanna Kirania Fitri, kakaknya Zaha yang menjadi salah satu penghuni kuburan yang beberapa saat lalu dipenuhi oleh jasad para petinggi klan Naga.. Zaha masih teringat, kenangan pertama kali, saat ia bertemu dengan Nia. Nia yang dulu begitu angkuh dan sulit diatur. Zaha bahkan harus berkonflik dengan Nia saat ia pertama kali datang sebagai Zaha remaja. Remaja belasan tahun yang fisiknya kini ia huni. Namun, karena konflik yang terjadi di antara mereka juga, Zaha mulai mengenal bagaimana karakter kakak perempuannya itu dan seiring berjalannya waktu, Zaha berhasil merubah watak keras Nia dan membuat mereka mulai dekat layaknya saudara. Meski Zaha baru mengenalnya beberapa bulan terakhir, ia mulai menyayangi Nia dan keluarga barunya tersebut, layaknya keluarganya sendiri. Zaha menganggap, 'kelahiran'nya dalam keluarga ini, untuk menebus dosa masa lalunya. Namun, saat ia sudah mulai bahagia dengan keluarga barunya, Nia harus pergi untuk
Setahun kemudian.Seorang remaja yang baru saja beranjak dewasa, baru saja keluar dari sebuah gedung milik kepolisian. Posturnya tampak tegap, senada dengan ekspresinya yang terlihat cerah dengan dibalut seragam khas siswa akademi militer.Bagaimana tidak? Ia baru saja dinobatkan sebagai lulusan akademi militer terbaik dari sekian ribu siswa akademi dan masa depan cerah sudah menanrtinya.Tidak hanya masa depan, karena tepat di luar gedung juga ada beberapa orang yang sangat ia kenal, telah menantinya dengan senyum cerah dan tatapan penuh harap, yang membuat dirinya serasa dibanggakan oleh mereka.Di antara mereka, ada seorang wanita cantik dengan wajah ayu yang masih mengenakan almamater mahasiswa kedokteran dari sebuah universitas ternama.Begitu melihat sang pemuda yang telah lama dinantinya keluar, wanita tersebut sudah tidak sabar untuk untuk buru-buru menghampirinya."Anna, kenapa harus terburu-buru begitu? Sampai kamu langsung melupakan masih ada kami di sini!" Ujar sang ayah t
Tepat, di saat Angel berpikir jika Zaha sudah tewas dan berniat untuk menyusulnya, sebuah kenanehan yang tidak lazim terjadi.Midun yang saat itu sudah berhasil bangun, pijakannya tiba-tiba menjadi goyah. Dari dalam mulutnya, keluar darah berwarna kehitaman dalam jumlah yang sangat banyak. Tidak berhenti sampai di situ, pembuluh darahnya meledak dan membuat darahnya menyembur keluar dengan sangat deras.Saat itu, Angel baru menyadari, jika penampilan Midun sudah sangat berantakan.Sampai akhirnya, Midun dengan ekspresi tidak rela jatuh ambruk ke tanah dan selanjutnya tidak lagi bergerak.Apa Midun telah tewas?Angel sulit mempercayai apa yang sedang dilihatnya saat itu.Apa itu artinya, Zaha menang?Lalu, di mana Zaha saat ini?Begitu menyadari situasinya, Angel segera mengedarkan pandangannya dengan liar untuk mencari keberadaan Zaha.Secercah harapan muncul dalam dirinya. Selanjutnya, Angel dengan langkah panik segera menyusuri tempat pertarungan dan mencari keberadaan Zaha.Antara
Angel segera berlari ke arah Bulan dan mendekap tubuhnya. Jika saja ia lebih cepat menyadari tujuan Bulan yang sebenarnya, ia tidak mungkin mau melanjutkan pertarungan yang menyebabkan Bulan dapat kehilangan nyawanya."Gadis bodoh! Apa yang kamu lakukan? Apa yang coba kamu buktikan, hah?" Teriak Angel tidak terima. Kedua tangannya bergetar hebat ketika mendekap tubuh Bulan yang semakin lemah dan mulai terasa dingin. Perasaan Angel menjadi kacau. Dia tidak tahu, apa ini kemenangan yang harus dirayakannya? Kemenangan yang seharusnya membuat dia merasa lega, karena telah menyingkirkan satu orang musuh kekasihnya. Tapi, kenyataannya tidak begitu!Angel justru merasakan rasa sakit dan kehilangan yang sulit untuk dijelaskan. Bahkan, Angel sendiri tidak tahu bagamaina mendeskripsikan perasaannya saat ini."Bulan... katakan, kenapa?" Isak Angel dengan perasaan berantakan.Bulan terbatuk dan kembali memuntahkan darah yang sudah bercampur dengan organ dalam tubuhnya. Tatapannya sendiri sudah m
Di sudut lain yang tidak jauh dari tempat pertarungan antara Zaha dan Midun, terjadi pertarungan yang tidak kalah sengit antara Angel melawan Bulan. Meski pertarungan keduanya tidak seintens pertarungan Zaha dan Midun, karena mereka hanya mengandalkan kemampuan fisik serta kekuatan bathin mereka sendiri. Pertarungan keduanya tetap saja mempertaruhkan hidup dan mati.Sikap Angel yang serius dan tanpa ragu, membuat Bulan tidak bisa memanfaatkan keunggulannya dengan baik. Pertarungan yang semula di dominasi oleh Bulan, perlahan mulai diambil alih oleh Angel dan membuat Bulan kepayahan.Jika pertarungan ini tidak melibatkan Zaha, Angel mungkin tidak akan ragu untuk berpihak ke sisi Bulan dan keluarganya. Bagaimanapun, beberapa waktu yang mereka habiskan bersama, Bulan dan Angel sudah menjadi cukup dekat dan sudah terlihat seperti saudara. Bagi Angel, Bulan adalah parner berlatih yang telah membantunya untuk mengasah kemampuan tenaga dalamnya, serta meningkatkan kemampuannya secara keselu
Maran yang berada di dalam tubuh Midun mendengus dingin, 'Jika Mandigo sudah mengerahkan seluruh kekuatannya, itu artinya ia ingin bertarung habis-habisan dengan kita. Selama ini, kami selalu imbang. Sepertinya, ia berniat memanfaatkan kekuatan anak itu untuk mengalahkan kita.' 'Hehehe., sepertinya ia terlalu meremehkanku. Baiklah, jika ini yang kamu inginkan, aku akan memasang taruhan yang sama denganmu.' Maran tertawa dingin dan keinginan bertarungnya naik berkali-kali lipat. Tentu saja, Maran juga tidak ingin kalah dengan rival abadinya tersebut. Segera, Midun pun merasakan kekuatan penuh Maran mengalir ke dalam tubuhnya dan membuat kekuatannya meningkat secara signifikan. Sekarang, Midun tidak perlu lagi memikirkan kekuatan lawan. Ini adalah pertama kalinya Midun merasakan kekuatan penuh Maran mengalir di dalam tubuhnya. Perasaan itu begitu luar biasa! Selama ini, Maran bahkan tidak pernah menunjukkan kekuatan seperti ini padanya. Wajar saja, Midun menjadi semakin bersemanga
Boom, boom,Dhuaar!Dalam sekejap, Zaha dan Midun sudah bertarung puluhan jurus. Serangan dan kecepatan mereka, tidak bisa diukur dengan mata telanjang. Karena keduanya sudah jauh melampaui level yang bisa diraih oleh manusia biasa.Pertarungan mereka, juga tidak lagi mengedepankan teknik yang tertulis di atas lembaran kertas ilmu beladiri. Di sekitar tempat mereka bertarung, banyak menyisakan lobang yang cukup dalam dan tidak beraturan, yang menunjukkan betapa tinggi intensitas pertarungan keduanya.Saat seperti ini, jurus dan teknik bukan lagi menjadi sesuatu yang penting. Keduanya bergerak dengan kecepatan tinggi dan didominasi oleh naluri bertarung tingkat tinggi yang tidak bisa diukur oleh teknik beladiri manapun.Bagi keduanya, puncak dari ilmu beladiri bukan lagi terletak pada teknik. Tapi pada insting, mental dan kecepatan. Siapa yang memiliki ketiganya akan menjadi penentu akhir kemenangan. Tapi, kerena hasil pertarungan mereka masih berimbang, di mana tidak ada satu pihak
Meski sudah mendapat peringatan dari Mandigo tentang kekuatan Maran, makhluk mistis milik Midun. Zaha masih saja bertindak nekat untuk menghadapinya dengan mengandalkan kekuatannya sendiri. Wus! Baru saja Zaha mengindahkan peringatan Mandigo, Midun sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri dan hanya menyisakan kabut bayangan di belakang. Saat itu, Zaha merasakah kegelisahan yang luar biasa. 'Sangat cepat!' Zaha dengan kemampuan barunya, bahkan sama sekali tidak bisa melihat pergerakan mantan gurunya tersebut. Sampai, ketika Midun tiba-tiba sudah muncul tepat di depannya pada detik berikutnya dan melayangkan sebuah pukulan sederhana yang sulit untuk dicegat Zaha. Di saat kritis seperti itu, Zaha hanya sempat mengangkat kedua lengannya ke depan dada untuk menahan serangan Midun. Itu saja, sudah membuat ia terlempar mundur sejauh belasan meter dan terhempas di tanah dalam posisi telentang dengan kondisi cukup buruk. Wus!
Kreek, kreek.Tumpukan batu yang menimbun tubuh Zaha bergerak dan meledak, begitu Zaha dengan tatapan menyala bangkit dari dalamnya.Sungguh luar biasa katahanan tubuhnya!Bahkan setelah tertimbun oleh dinding dan tiang rumah seperti itu, ia tidak terluka sama sekali, selain debu dan pasir yang mengotori tubuh dan pakaiannya. Melihat hal itu, Midun mau tidak mau mulai menganggap serius Zaha sebagai lawan yang pantas untuk menjadi lawannya. Jika pada pertarungan sebelumnya, Midun masih beranggapan Zaha sebagai seorang murid yang masih butuh banyak bimbingan untuk berkembang. Namun tidak setelah mereka bertukar belasan jurus, di mana Zaha mampu mengimbanginya dan bahkan beberapa kali membuatnya terpaksa harus berusaha keras untuk menahan serangannya.Zaha bukan lagi anak kemarin sore yang sedang berkembang. Dia sudah matang!Tingkat kematangan seperti itu adalah tingkat seorang ahli. Ketajaman serta instingnya terbangun seiring dengan pengalamannya. Ditambah, Zaha sekarang memiliki kek
Kehadiran Angel mampu mengalihkan perhatian Bulan. Tidak hanya berhasil memaksa Bulan bertarung satu lawan satu, Angel juga mampu menjauhkan Bulan dari Zaha. Dengan begitu, Zaha bisa fokus sepenuhnya bertarung melawan Midun.Tidak lama setelah keduanya pergi, pertarungan antara Zaha dan Midun pun segera dimulai.Jika melihat dari karakter Zaha, dia bukan karakter yang akan memulai pertarungan terlebih dahulu. Kecuali ia sedang dalam misi yang mengharuskannya untuk bergerak cepat, seperti saat ia masih berkarir di militer dulunya.Sayangnya, kali ini ia harus berhadapan dengan Midun, gurunya sendiri. Mereka memiliki karakter bertarung yang sama. Dalam pertarungan satu lawan satu seperti ini, mereka berdua cenderung menjadi karakter yang pasif di awal. Mengamati dan menganalisa kemampuan lawan adalah kunci dari kemenangan. Itulah yang Zaha pelajari dari Midun.Namun sekarang, situasinya berbeda. Zaha tidak mungkin menunggu Midun untuk menyerangnya lebih dulu. Bagaimanapun, ia sangat me