CYRUS POV
"Kau begitu lihai dalam melakukannya. Sudah berapa lama kau melatih keahlian mu ini?" tanyaku yang berada di atasnya dengan pandangan lurus ke sepasang mata coklat yang kini menatap ku ketakutan. "Kenapa Saphire? Kau menatapku dengan ketakutan seperti itu. Apa kau berpikir aku akan mencoba membunuh mu?"
"Maafkan saya the emperor, saya sama sekali tidak bermaksud seperti itu. M-mereka meminta saya melakukannya"
"Siapa?"
"Segerombolan orang dengan pakaian mewah. Mereka menyebut diri mereka sebagai pembela negeri sebrang"
Rasanya aku pernah mendengarnya. Dimana kira-kira aku mendengar nama kelompok itu?
"Tolong lepaskan saya the emperor, tolong" dari matanya keluar air mata yang memohon kepada ku agar mau melepas ikatan tangan dan kakinya.
"Kenapa aku harus melepaskan mu?" ku dekatkan belati yang ku bawa ke wajahnya. "Aku lebih senang menghabisi mu dan mendengar mu memohon ampun kepada ku"
Air matanya semakin banyak mengalir membasahi wajahnya yang cantik itu.
"Jangan menangis. Kau begitu berani ketika mendekati ku, lalu kenapa kau merasa begitu takut sekarang? Bukankah kau ingin bermain bersama ku?"
"Ampuni saya, ampuni saya"
"Begini saja" aku berbaring di sampingnya. "Katakan kepada ku, apa kau tahu perihal percobaan penyerangan castle hari ini?"
Ekspresinya semakin ketakutan, tapi mulutnya tetap bungkam.
"Katakan kepada ku yang kau tahu. Sebagai gantinya aku akan membebaskan mu"
Dia menoleh ke arah ku. "Apa anda serius?"
"Aku selalu menepati janji ku"
"Sebenarnya..."
---------
Dengan pakaian lengkap, aku keluar dari kamar itu dan berjalan dengan cepat keluar kedai untuk kembali ke castle secepat mungkin.
"Sebenarnya.. Para penjahat itu tidak mungkin bisa masuk sendiri ke dalam castle. Seseorang di dalam castle telah membantunya, tapi saya tidak tahu siapa itu. Dan yang saya dengar, ada salah satu pelayan yang di tugaskan untuk memata-matai pergerakan emperor dan melaporkannya kepada mereka melalui kode khusus yang hanya mereka saja yang mengetahuinya"
Sialan! Demi tuhan, aku tidak akan membiarkan orang-orang itu hidup dengan nyaman di dalam castle.
Kuda ku lari dengan cepatnya. Melihat aku yang mendekat ke arah gerbang, dengan cepat para penjaga pintu membuka lebar-lebar gerbangnya sehingga aku dapat masuk kedalam castle tanpa hambatan.
Rayden berlari keluar castle dengan ekspresi senang bercampur bingung.
"Kau kembali dengan cepat" ujarnya setelah aku turun dari atas kuda.
"Rayden" aku menariknya untuk berjalan bersama menuju kamar ku.
"Ada apa?" tanyanya.
Ku lihat sekeliling dan tidak menemukan siapapun. Ku hentikan langkah kami dan ku bawa Rayden ke belakang vas bunga besar.
"Dengar Rayden, aku.."
"Seseorang di dalam castle telah membantunya, tapi saya tidak tahu siapa itu"
Ucapan wanita itu terngiang di telingaku. Bagaimana jika Rayden-lah yang membantu mereka? Meskipun ia sahabatku, bukan berarti tidak ada kemungkinan ia akan mengkhianati ku bukan?
"Ada apa? Kenapa wajah mu begitu tegang?"
Tidak, tidak.. Rayden adalah sahabatku, dia tidak mungkin mengkhianati ku. Hanya dia yang ku punya saat ini. Hanya dia yang dapat membantu ku saat ini.
"Emperor?"
Sebaiknya aku memberitahunya, tapi bagaimana jika pengkhianat itu adalah salah satu keluarganya? Ya, aku ingat kalau beberapa sepupu Rayden bekerja di bagian prajurit dan pelayan. Ayah yang memberikan keluarga Rayden kesempatan karena mengingat kesetiaan Rayden pada keluarga kami.
"Emperor..?"
Oh tuhan, apa yang harus aku lakukan?
"Cyrus!" guncangan yang di berikan Rayden kepadaku, mampu membuatku kembali dari labirin tidak berujung di kepala ku. "Sebenarnya ada apa dengan mu? Tadi kau terlihat begitu marah, lalu kau terlihat tegang dan sekarang kau terlihat bingung. Sebenarnya apa yang terjadi?"
"Aku akan memberitahu mu setelah aku yakin akan satu hal. Jadi persiapkan dirimu untuk segala kemungkinan"
Langkah ku di hentikan dengan berdirinya Rayden di hadapan ku.
"Aku benci saat kau melakukan ini. Katakan Cyrus ada apa?"
"Rayden, biarkan aku berpikir jernih selama beberapa hari. Aku tidak mau kecerobohan ku membuat semuanya berantakan, jadi bersabarlah" ku langkahkan kakiku menuju kamar.
Aku harap Rayden tidak terlibat dalam hal apapun mengenai masalah ini. Meski hati ku berkata dia tidak melakukan kesalahan, tetap saja aku harus waspada untuk saat ini. Lagipula apa masalah mereka dengan ku? Kenapa mereka ingin sekali membunuh ku? Jika bukan dari wilayah yang telah ku hancurkan berarti datang dari tempat yang ingin ku hancurkan.
Mari istirahat malam ini, dan pikirkan selanjutnya besok pagi.
*******
Kembali angin sejuk menerpa tubuh ku melalui jendela kamar yang lupa ku tutup semalam.
Meski matahari belum sepenuhnya terbit, aku sudah bangun bahkan sudah membersihkan diri dan siap bekerja.
Mungkin secangkir teh akan menenangkan. Sebaiknya aku sendiri yang membuatnya, karena seorang musuh selalu lebih awal bangunnya dibandingkan korbannya.
Aku masuk kedalam dapur dan mulai membuat secangkir teh untuk diriku sendiri.
Kompor, panci dan pemanggang roti.. semuanya tidak berubah sama sekali. Sama seperti terakhir kali aku berkunjung ke sini. Tepat sebelum aku memutuskan untuk pergi jauh dengan alasan memperluas wilayah kekuasaan.
Jika boleh memilih, aku ingin kembali dimana aku merasa bahagia ketika memanggang roti, tapi rasanya diriku yang seperti itu begitu lemah dan bodoh hingga dengan mudahnya di tipu oleh cinta munafik.
Ku bawa cangkir teh panas ku menuju kamar. Ketika aku menaiki beberapa anak tangga, wajah wanita itu kembali muncul di hadapan ku.
"The emperor" dia membungkukkan tubuhnya sejenak untuk menghormati ku.
"Kenapa pagi-pagi harus merusak suasana hati orang?" gerutu ku seraya melewatinya tanpa membalas sapaannya.
"Apa emperor membutuhkan sesuatu? Akan saya antar ke kamar the emperor"
Aku begitu malas menjawab pertanyaannya dan memilih berlalu pergi meninggalkannya seorang diri di dalam dapur.
"Emperor!" teriakannya yang menggema mengejutkan ku yang sedang melamun dengan langkah kembali ke kamar.
Ku balikkan tubuh ku ke belakang dan terlihat Rayden yang berlari semakin dekat ke arah ku.
"Apa kau harus berteriak seperti itu?" tanyaku sembari melotot ke arahnya.
"Aku terkejut melihat mu di luar pada jam segini" dia menatapku lekat-lekat. "Apa kau kesulitan tidur?"
"Tidak. Aku hanya bangun lebih awal karena mimpi buruk. Lalu bagaimana dengan mu? Kenapa jam segini kau sudah berkeliaran di dalam castle?"
"Emperor ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak jadi. Aku kepikiran sepanjang malam dan memutuskan untuk tidak tidur. Aku berpatroli malam bersama yang lainnya"
Ku anggukan kepala ku mengerti. "Baiklah, sekarang kau kembalilah ke kamar mu dan mandi. Aku tidak mau seseorang yang bau berada di dekatku. Itu akan merusak konsentrasi ku"
Kembali ku melangkah menuju kamar, meninggalkan Rayden sendirian di tengah lorong.
Ku letakkan cangkir teh itu di atas meja, dan ku membuka pintu balkon untuk berdiri diatasnya dan menikmati sunrise hari ini.
Bukannya menikmati langit pagi yang indah, aku malah melihat sesuatu yang...
To Be Continued
CYRUS POVTok tok tok"Masuk" jawab ku dingin karena aku sudah tahu siapa orang di balik pintu itu."Emperor memanggil saya?"Aku menatapnya tajam. "Wah Valerie, wah. Jika aku tidak mengenal mu maka aku tidak akan segera mengetahui niat busuk mu masuk kedalam castle ini" wanita yang ku benci itu menatap ku dengan bingung. "Kau tidak perlu berpura-pura bingung seperti itu Valerie, kini aku tahu segalanya""Sebenarnya apa yang-"Ku cengkram rahangnya hingga wajahnya seketika memerah menahan sakit."Kau pikir aku tidak tahu apa yang kau lakukan saat fajar tadi? Katakan kepadaku, untuk apa kau bersembunyi-sembunyi menemui orang dari luar castle? Bahkan dengan lancangnya kau membiarkan orang itu masuk ke taman di castle ku ini dan berbicara dengannya dari balik pohon besar tempat aku di serang kemarin""A-apa yang emperor katakan? Aku tidak melakukan apapun" ujarnya.Cengkraman ku yang semakin erat membuat wa
VALERIE POV Hari dimana penobatan terjadi adalah hal yang cukup menegangkan bagiku. Jika kau tanya mengapa, maka jawabannya karena aku kembali muncul di hadapan mantan kekasih ku setelah 5 tahun berlalu, atau lebih tepatnya.. Setelah aku menghancurkan hatinya. Ku langkahkan kaki melewati gerbang yang terbuka lebar di saat kerumunan orang masuk begitu saja tanpa pengawasan ketat. Rasanya aku ingin mempercepat langkah ku, tapi tidak mungkin dengan banyaknya orang yang melewati gerbang bersamaku. Mataku masih tidak dapat lepas dari sosok pria tinggi bertubuh besar dengan rompi kulitnya dan celana berwarna senada dengan kaus yang ia kenakan -putih-. Sejak awal aku mendengar percakapannya dengan seseorang dari balik kegelapan, dari sana aku memiliki firasat bahwa dia akan membawa nasib buruk pada emperor yang baru. Hingga akhirnya kami berhenti melangkah dengan jarak 2 meter di antara kami. Apa maunya? Kenapa dia mencob
CYRUS POVDengan cepat ku lahap kue terenak yang pernah ku makan, tapi sangat disayangkan karena aku harus segera pergi dari toko kue bibi Selene.FLASHBACK"Aku melihat kakak di kedai mengerikan malam itu dan-""Mau apa kau kesana?" anak sekecil dia untuk apa datang ke kedai semacam itu? Apa dia tidak tahu kalau isinya orang jahat semua?"Dengarkan aku dulu. Aku kesana untuk mengirimkan pesanan pemilik kedai, bahkan aku tidak masuk ke dalam kedai. Kami bertemu di tepi jalan""Tapi tetap saja, jika kau melihatku masuk kesana berarti kau ada di luar rumah pada larut malam seperti itu? Kau ini seorang wanita, jadi jangan sembarangan pergi di tengah malam" omel ku membuatnya mengeluarkan ekspresi kesal."Jadi kakak mau mengomeli ku atau mendengar ucapanku? Pilihlah salah satu. Jika kakak mau mengomeli ku lebih baik aku pergi untuk mengantarkan pesanan lainnya, tapi kalau mau mendengarkan perk
CYRUS POVTiada kusangka, dia sungguh tangguh. Kekuatannya bagaikan 1000 prajurit. Apa mungkin dia mantan prajurit di negara lain?"Hei, bagaimana kau bisa setangguh ini? Apa kau mantan prajurit istana?" tanyaku kepada pria di sampingku dengan wajah penuh memar bahkan sudut bibirnya mengeluarkan darah segar akibat pukulan ku."Aku tidak memiliki kewajiban untuk menjawabnya""Sombong sekali" geram ku sembari melirik sinis ke arahnya. "Jika aku tidak menahan diri maka kau sudah ku bunuh sekarang juga""Akan lebih baik jika aku mati sekarang daripada harus di perintah orang sepertimu""Ish pria tua ini" dengan cepat aku duduk di perutnya dan ku raih pisau yang tadi sempat terlempar dari tanganku. "Aku akan mengabulkan permintaan terakhir mu"Ku ayukan pisau itu dan..******Huft, apa aku semakin tua atau memang dia begitu kuat? Demi tuhan, ku rasakan sakit di sekujur tubuh ku akibat pukulan yang dia berikan
CYRUS POVAstaga, kenapa berat sekali tugas seorang emperor? Selama ini aku menganggap ringan tugas emperor karena hanya duduk di depan meja dengan dokumen dan bersenang-senang di setiap pesta.Tapi ini sebuah kesalahan besar...Aku terjebak di acara salah satu gubernur yang mengurusi bagian ekonomi negara. Dia menyambutku dengan senyuman lebar di wajahnya. Pakaiannya yang berwarna hijau terlihat mewah dengan benang emas di tiap tepi pakaian yang ia kenakan.Bahkan istrinya memakai gaun mewah yang di rancang khusus oleh satu designer ternama di negeri ini, jangan tanya kenapa aku bisa mengetahuinya. Warna hijau senada dengan pakaian suaminya, di tunjang semakin indah dengan rambut hitam yang di gulung hingga menjulang ke atas."Perkenalkan emperor. Dia satu-satunya anak perempuan ku" seorang gadis cantik berumur sekitar 25 tahun berdiri di hadapanku dengan ekspresi centilnya."Salam sejahtera untuk emperor" ujarnya.K
CYRUS POV Setelah ia membuka maskernya.. Wajah Valerie dapat ku lihat dengan jelas. Dia ada disini? Seharusnya dia sudah tidak bekerja sejak pukul 7 malam. Apa dia melakukan pekerjaan tambahan di luar castle? Seorang pelayan castle tidak boleh memiliki pekerjaan lain karena dapat terjadi kebocoran informasi dari dalam castle. Aku hendak menghampirinya, sebelum seorang pria bertubuh tinggi dan kekar berjalan mendekat ke arahnya. Wajahnya cukup tampan meski ia mengenakan pakaian biasa. Rambutnya yang berwarna hitam sedikit panjang dan lebat. Ku putuskan untuk melangkah mundur melihat mereka berbicara dengan ekspresi serius meski suara mereka tidak terdengar sedikitpun. Bukan karena jarak ku yang cukup jauh dari mereka, tapi karena mereka berbicara dengan berbisik. Belum sempat aku membalikkan tubuhku, tiba-tiba Valerie meninggikan suaranya dan itu membuat pria dihadapannya menunjukan ekspresi sedikit marah. "Seharu
CYRUS POV Setelah mengantar Amaris dan Konan pulang, kini aku berjalan menuju toko kue yang Amaris maksud untuk membeli beberapa kue terkenal yang mereka jual. Tokonya begitu ramai pembeli. Kebanyakan pelanggan adalah wanita dengan pakaian mewahnya yang hampir selaras dengan kemewahan di dalam toko. Ku buka pintunya, dan terdengar suara lonceng seperti setiap kali aku masuk ke toko roti bibi Selene. "Oh tuhan, Emperor" Kini semua mata menatap ke arahku akibat dari ucapan pemilik toko kue yang terkejut melihat kehadiranku. "Selamat pagi" sapaku. "Sebuah kehormatan emperor mengunjungi toko kue kecil kami ini" ujar pria berkumis yang memiliki tinggi sebahuku. "Melihat toko mu dapat menampung banyak pembeli, tempat ini tidak bisa dikatakan toko kecil" ujarku dengan mata yang melihat sekeliling. "Silahkan emperor. Silahkan melewati barisan dan ambilah kue apapun yang emperor inginkan" "
CYRUS POV Ketika mataku kembali menatap lurus kedepan.. Sosok Valerie yang berjalan seraya tertunduk dapat ku lihat dengan jelas. Tas dari karung goni ia kaitkan di bahu kirinya. Pakaian berwarna putih dengan rok merah, dipadupadankan dengan bandana putih yang menghalangi wajahnya tertutup rambut. Dia terus berjalan dengan tertunduk sedangkan aku hanya diam di tempat. Mematung seperti orang terkagum atas kecantikannya yang sudah lama tidak aku temui. Jarak kami tinggal beberapa langkah, dan dia menegakkan kepalanya hingga sepasang matanya bertemu dengan milik ku. Matanya membulat terkejut. Tentu saja ia terkejut. Sepanjang jalan ia tertunduk seperti itu, seakan-akan tidak ada orang yang berjalan atau berhenti di depannya. Kebiasaan buruknya tidak pernah hilang. Perhatian ku teralihkan dengan warna merah di pipinya. Itu bekas tamparan semalam. Pasti terasa begitu perih di lihat dari betapa merahnya bekas itu. "Kau-"
VALERIE POVDengan bantuan Cyrus dan Rayden, kami semua berhasil tiba di rumah dengan selamat. Perlahan tubuh Alessio direbahkan di atas tempat tidur. Rasa sakitnya pasti sudah berkurang akibat obat yang diberikan Alexa. Wajahnya kini tidak terlalu pucat, dan keringat dingin perlahan mulai berkurang. "Obat ini harus di minum dua jam sekali. Dan obat oles ini, sebisa mungkin di gunakan saat obat yang sebelumnya telah kering." Dua botol dengan cairan hijau diletakkan di atas laci. Yang membedakan hanya tekstur cair dan kental dari masing-masing botol. "Terimakasih," ujarku yang menemukan bahwa sejak tadi Alexa masih menatap Alessio dengan sedih. "Sebaiknya kita kembali." ujar Cyrus yang mencoba mengajak Alexa keluar dari kamar ku. "Tidak bisakah, aku disini malam ini?" pertanyaannya membuat semua orang sedikit terkejut. Bagaimana bisa seorang gadis tinggal bersama pria yang sudah menikah? Terlebih mereka hanya sebatas teman. Apa yang akan dibicarakan semua orang yang mengetahuinya?
Valerie POVSinar senja yang menyinari mereka, menambah keindahan dan keromantisan ketika mereka saling menatap. Ku sadari posisi ku saat ini. Siapa aku di dalam kehidupannya? Hanya seorang wanita yang pernah menyakiti hatinya begitu dalam, hingga ia harus menjauhkan diri dari semua orang.Sampai saat ini, aku masih menyesali hal tersebut. Tapi saat ini, hati ku yang sakit melihatnya."Mau sampai kapan kau menatap mereka?" suara Alessio dari sampingku. Sejak kapan ia berdiri disana?"Kau tidak punya pekerjaan? Enak sekali jadi dirimu, bisa bersantai saat yang lain sibuk memasak untuk makan malam." ia berlalu pergi melewati ku.Dengan cepat aku berjalan di sampingnya. Tak terima dengan apa yang baru saja ia katakan. "Bersantai? Aku bekerja sejak pagi, tapi kau yang datang di waktu yang tidak tepat. Jadi kau hanya melihat ku yang sedang beristirahat, bukan yang sedang bekerja." Tiba-tiba ia berhenti dan menoleh ke arahku. "Sejak kapan kau bicara panjang seperti ini?" Aku seperti s
CYRUS POV"Apa kau ingin melakukan hal buruk di wilayah ku?" Tawanya membuatku semakin kesal dan bingung. "Hal buruk? Bukankah aku adalah penyelamat di negeri ini? Bagaimana bisa kau ..." Ia menghela nafas. "Ini sudah musim semi. Banyak bunga yang baru terbentuk dengan warna yang indah. Dan aku rasa, kau adalah bunga itu." Entah karena terlalu banyak alkohol yang ku minum, atau memang ia berbicara omong kosong. Aku tidak dapat mengerti yang ia katakan. "Terserah kau saja, tapi ingat. Jangan lakukan hal yang tidak baik di dalam castle. Mungkin bagi mu, itu hanyalah tempat tinggal, tapi bagiku, castle layaknya kuil. Harus tetap suci dan bersih dari tindakan tidak pantas.""Ya, mari kita jaga wilayah masing-masing."Minuman keras ia teguk tanpa ragu. Bibirnya menyunggingkan senyuman yang membuat siapapun yang melihatnya, akan merasa curiga kepadanya. Niat hati ku datang kemari untuk menghilangkan seluruh perasaan resah dan beban yang ku rasakan sejak beberapa terakhir, tapi dengan b
CYRUS POVTidak ku sangka, Alessio memang serendah itu. Bagaimana mungkin ia mengkhianati Valerie disaat seperti ini. Dia adalah suaminya, Valerie yang baru sembuh membutuhkan dukungannya, tapi dia malah bersama wanita lain. "Menjijikkan.""Apa ada yang salah?" Aku tersadar setelah mendengar suara Rayden. Kertas di tanganku sudah tidak berbentuk akibat kepalan kuat yang ku lakukan sejak tadi. "Apa sesuatu yang buruk tertulis disana? Emperor terlihat kesal." "Tidak." ku rapihkan kembali sebisanya. "Tidak ada apa-apa." Rayden hanya mengangguk tanpa bertanya lebih lanjut. "Rayden," aku sempat ragu untuk mengatakannya. "Apa ... Kau dengar kabar dari Valerie?" "Kabar apa yang ingin emperor dengar darinya?" "Maksudku, ini sudah tiga hari sejak ia sakit. Menurutku, dia sudah baik-baik saja hingga dapat membantahku saat di rumah bibi, lalu kenapa ia tidak masuk bekerja?" "Aku bukan pengasuhnya, jadi cukup sulit untuk menjawab pertanyaan emperor." Aku tau dia hanya bercanda, tapi mat
CYRUS POV "Apa yang kalian lakukan?!" Valerie keluar rumah dengan penuh amarah. "Apa kalian tau bibi sedang sakit saat ini!" Ku masukkan kembali pedang ke tempatnya. "Justru itu aku ingin melihatnya! Kenapa tidak ada satupun dari kalian yang mengerti?!" "Kami bukan tidak mengerti" Alessio berdiri diantara aku dan Valerie. "Kami sedang melindungi emperor di negeri ini dari penyakit mematikan" "Bibi adalah keluargaku" "Dan Bibi adalah penyelamatku" tungkas Alessio. "Bibi bukan hanya keluarga mu, tapi dia keluarga semua orang di sekitar sini. Banyak orang memohon untuk bisa menjenguk tapi kami menolaknya, lalu untuk apa kami membiarkan emperor masuk ke dalam? Bagaimana jika daya tahan tubuh emperor lemah hingga menyebabkan kematian? Apa emperor kami adalah seseorang yang sangat tidak bertanggung jawab?" Setelah keributan panjang, akhirnya kuping dan otak ku kembali bekerja. Aku mendengarkan semua ucapan Alessio. "Kami akan melaporkan perkembangan kesehatan dari bibi Selena, tapi em
CYRUS POVKedua mataku terbuka dengan jantung yang berdegup kencang, dan keringat yang membahasi seluruh tubuhku.Sebisa mungkin aku mengatur nafas dengan menyandarkan tubuhku di kursi yang sedang ku duduki. "Astaga" kepalaku mulai terasa berat meski keringat perlahan mengering akibat hembusan angin dari jendela yang terbuka. Tok tok tok"Masuk" jawabku seraya menopang kepala dengan kedua tangan. "Emperor.." "Ada apa?" tanyaku tanpa menoleh."Ini tentang virus yang menyebar di kota" dengan cepat aku menatap Rayden yang kini berdiri di hadapanku. "Penyebarannya begitu cepat hingga 89% warga sudah terkena virus tersebut. Bahkan.. Kurang lebih 150 jiwa meninggal dunia" "Meninggal?" dengan perasaan bingung, aku bangkit dari duduk. "Aku tidak mendengar kabar itu. Jumlah yang tidak sedikit untuk ditutupi" "Bukan ditutupi, tapi banyak yang tidak membicarakannya dan memilih fokus pada yang masih hidup" Rayden meletakkan laporan keluhan dari beberapa perdana menteri. "Beberapa menteri sud
CYRUS POVAku berjalan menuju dapur setelah kembali dari taman."Siapkan makanan manis untuk ku dalam 15 menit dan bawa ke ruangan kerja ku" "Baik" jawab para pelayan secara bersamaan.Langkah kaki membawaku pergi menjauh menuju ruang kerja, tapi hanya tinggal beberapa langkah dari ruangan, aku memutar arah menuju perpustakaan yang jaraknya berlawanan arah. "Tidak bisakah kita beristirahat sejenak dari agenda jalan-jalan ini?" Ku berbalik menatap pria tukang mengeluh ini. "Jika kau merasa lelah mengikuti ku, mungkin lebih baik jika kau kembali ke keluarga mu" "Bukan begitu maksud ku. Emperor sudah berkeliling castle ini tiga kali. Bahkan emperor sudah pergi ke dapur 4 kali untuk mengganti setiap menu yang sebelumnya dipesan"Ku letakkan kedua tanganku di pinggang. "Mereka tidak ada masalah dengan itu, lalu kenapa kau merasa keberatan?" "Emperor, mengertilah. Wajah mereka terlihat bingung dan.. Apa emperor tidak melihat meja mereka? Hidangan untuk menu sebelumnya sudah hampir jadi
VALERIE POV Ketika mataku terbuka.. "Cyrus?" suaraku hampir tidak ada. Seperti orang berbisik, tapi sama sekali tidak terdengar dengan jarak yang cukup jauh. "Kau akan baik-baik saja. Dokter bilang virus yang sedang terjadi, berhasil menyerang mu. Dia sudah memberikan resep obat, kau harus menghabiskannya" Aku terdiam. Merasakan rasa ngilu yang menjalar ke seluruh tubuhku dengan cepat. "Kau harus pergi" lirihku dengan mata yang terasa berat, seperti orang mengantuk. Dia tersenyum lebar. "Kau takut kalau aku tertular? Tubuhku ini sudah begitu kebal dengan hal seperti itu" tawa kecil terdengar cukup jelas di telingaku. "Kau istirahatlah. Baru saja aku memberi mu obat" Tangan yang menyentuh puncak kepalaku terasa begitu hangat dan menenangkan. Ingin kedua mataku tetap terbuka, tapi rasa kantuk ini sudah di luar kendali ku. Alhasil, hanya gelap yang terakhir aku ingat. ******Apa aku tidur cukup lama? Suara burung terdengar begitu jelas. Rasanya seperti mereka bernyanyi di telingak
AUTHOR POV"Valerie, tolong berikan camilan ini ke ruangan emperor sebelum kau pulang" ujar kepala pelayan seraya memberikan satu troli berisikan biskuit, teh hangat dan beberapa kue kering lainnya. Sudah 3 kali mengetuk pintu, tidak ada sedikitpun jawaban dari emperor. Valerie memutuskan untuk masuk ke dalam. Dari balik pintu ia melihat Cyrus yang melamun hingga tidak sadar akan jendela yang terbuka akibat angin yang behembus kencang."Saya datang untuk memberikan camilan malam" Valerie meletakkan troli camilan itu di samping meja, tapi Cyrus masih tidak sadar akan kehadirannya. Khawatir sang emperor merasa kedinginan, Valerie menutup kedua jendela dan menguncinya. "Haruskah aku berpamitan kepadanya? Dia seperti sedang berada di dunianya sendiri"Meski berniat untuk langsung pergi, tapi Valerie yang memiliki sikap 'tidak enak' akhirnya memutuskan untuk berpamitan. "Emperor?"Tiba-tiba salah satu jendela kembali terbuka hanya dengan satu hentakan angin kencang diluar. Dan itu cuk