VALERIE POV
Hari dimana penobatan terjadi adalah hal yang cukup menegangkan bagiku. Jika kau tanya mengapa, maka jawabannya karena aku kembali muncul di hadapan mantan kekasih ku setelah 5 tahun berlalu, atau lebih tepatnya.. Setelah aku menghancurkan hatinya.
Ku langkahkan kaki melewati gerbang yang terbuka lebar di saat kerumunan orang masuk begitu saja tanpa pengawasan ketat. Rasanya aku ingin mempercepat langkah ku, tapi tidak mungkin dengan banyaknya orang yang melewati gerbang bersamaku.
Mataku masih tidak dapat lepas dari sosok pria tinggi bertubuh besar dengan rompi kulitnya dan celana berwarna senada dengan kaus yang ia kenakan -putih-. Sejak awal aku mendengar percakapannya dengan seseorang dari balik kegelapan, dari sana aku memiliki firasat bahwa dia akan membawa nasib buruk pada emperor yang baru.
Hingga akhirnya kami berhenti melangkah dengan jarak 2 meter di antara kami.
Apa maunya? Kenapa dia mencoba mengincar emperor yang baru? Sepertinya dia dari negeri seberang yang hampir di habisi oleh Cyrus.
Haruskah aku memberitahu Cyrus? Atau setidaknya haruskah aku memberitahu Rayden? Bagaimana jika mereka mengusirku sebelum mendengar perkataan ku? Tapi setidaknya mereka harus tahu apa yang aku dengar dari me...
Ketika ku mendongak, mata hazlenya yang indah tengah menatapku dengan tatapan terkejut. Aku senang melihat dia menyadari keberadaan ku, tapi di sisi lain aku merasa sedih karena dia menatapku penuh kebencian, penuh amarah dan penuh hinaan.
Itu wajar, karena hari itu aku begitu menyakitinya..
Wanita yang ia begitu cintai mengkhianatinya..
Dan wanita yang dia benci itu, telah menyakitinya tepat di hari ia melamarnya..
******
"Argh.." erang ku kesakitan ketika pria kasar yang berstatus menjadi suami ku ini menjambak rambutku dengan seluruh tenaganya.
"Kemana saja kau hari ini? Apa kau sudah puas bersenang-senang di luar sana, hingga kau lupa bahwa ada orang yang harus kau beri makan di rumah ini?!" dia melemparku layaknya benda kotor yang menjijikan. "Sekarang buatkan aku makanan yang enak"
Ku tundukan pandangan ku seraya berjalan menuju dapur untuk memasak beberapa makanan kesukaan suami ku. Sup jamur dengan ikan goreng adalah favoritnya, tapi jamur adalah racun bagi ku. Jika sedikit saja aku memakannya maka tubuhku perlahan akan melemas dan mulai mengeluarkan busa dari mulutku. Semua itu ku ketahui saat berumur 10 tahun dimana ibuku tidak sengaja memasukkan satu jamur pada sup wortel kesukaan ku.
"Hei, dimana ibu dan kedua adik mu itu?"
"Mereka ke pasar" jawab ku dengan tenang.
"Bagus sekali. Disaat mereka bekerja, kau hanya berkeliaran dan menikmati hidangan enak di acara penobatan itu. Kau sungguh luar biasa"
Tangan yang sedang memotong labu, seketika berhenti saat dia mengungkit perihal penobatan Cyrus.
"Seharusnya kau membawa beberapa makanan disana untuk ku. Kau selalu saja menikmati makanan enak dan melupakan keluarga mu di sini"
Terdengar suara kursi yang bergeser. Apa dia sudah pergi? Apa dia menjauh dari ku? Syukurlah jika...
Terasa hembusan nafas yang panas di tengkuk leher ku. "Jangan lupa, aku adalah suami mu. Kau lebih memilih ku daripada kekasih mu yang tukang roti itu. Bersyukurlah karena aku mau menikahi mu, meski aku belum pernah... Menyentuh mu sedikitpun"
Sungguh, setiap kali ia mendekat kearah ku rasanya jantung ku akan segera copot dan aku akan mati seketika. Bukan karena cinta, tapi karena aku begitu takut kepadanya. Aku begitu menghindarinya. Tapi aku tidak pernah menyesal telah menikah dengannya.
Selesai memasak, ku sajikan semua makanan itu di atas meja makan. Ku siapkan piring, mangkuk dan sepasang sendok dan garpu diatas meja dimana ia sering duduk di sana.
"Wah, masakan mu memang yang terbaik" dia datang dan melemparkan selembar kertas ke hadapan ku. "Dari pada kau berkeluyuran seperti itu, akan lebih baik jika kau bekerja dan menghasilkan uang"
Ku ambil kertas yang bertuliskan bahwa castle membutuhkan 5 pelayan yang akan mengerjakan pekerjaan rumah selama 3 tahun.
"Pergilah dan carikan uang untuk ku" ujarnya tanpa ragu sedikitpun seraya memakan sup jamur buatan ku.
"Lalu siapa yang akan membereskan rumah ini?" tanyaku.
Tatapannya begitu tajam ketika menoleh kearah ku. "Tentu saja dirimu. Kau jangan tinggal di dalam castle, tapi pulanglah ketika pekerjaan mu sudah selesai disana. Jangan terlalu lama berada di dalam kemewahan jika kau tidak sanggup menahan bebannya"
Dia benar, aku harus bekerja untuk menghidupi ibu dan kedua adik ku. Mau tidak mau aku harus datang ke castle sekarang untuk melamar pekerjaan itu. Entah apa yang akan Cyrus lakukan jika melihat ku di dalam istana, tapi aku tidak peduli. Tujuan ku masuk kedalam castle adalah untuk mencari nafkah, bukan mencari cintaku yang telah hilang.
Dengan pakaian yang paling bagus menurutku, langkah kaki tanpa ragu ini membawa ku menuju gerbang castle.
"Apa kau mau melamar pekerjaan juga?" tanya seorang penjaga.
"Ya"
"Ikut dengan ku" dia berjalan di depan ku, menuntun kemana arah ku untuk memulai pekerjaan yang banyak di idamkan oleh semua orang di negeri ini.
Melihat taman yang begitu luas, hijaunya rumput yang di rawat, pohon besar dengan daun oranye cukup membuat mulutku tidak menutup sejak memasuki halaman castle.
"Kau tunggulah di sini. Akan ku panggilkan ketua pelayan" penjaga itu pergi ke arah pintu kayu tak jauh dari tempatku berdiri.
Selagi menunggu, ku putuskan untuk berjalan sedikit melihat gugurnya dedaunan karena musim dingin hampir tiba. Dan langkah ku terhenti ketika melihat Cyrus bersandar pada sebuah pohon besar seakan tengah menghindari sesuatu.
Sejenak ia menatap langit dan memejamkan matanya. Dia terlihat begitu damai dengan pakaian mewah yang ia kenakan tadi saat penobatan dirinya menjadi emperor. Sudah lama sekali aku tidak melihatnya tertidur dengan wajah polos itu.
Aku begitu merindukan kenangan saat melihatnya masih tertidur di atas tempat tidur kami. Terkadang ku sentuh wajahnya lembut dengan niat untuk membangunkannya, tapi bukannya terganggu dia malah memeluk ku dengan sangat erat seraya berbisik.
"Aku mencintai mu"
Astaga, Valerie apa yang sedang kau pikirkan saat ini? Ini bukan saatnya mengenang masa lalu! Sebaiknya aku kembali sebelum ketua pelayan mencari... Kenapa banyak asap di dekat Cyrus?
Ya Tuhan! Siapa pria itu?!
Dengan cepat aku berlari ke arah Cyrus yang tertidur seraya berteriak meminta tolong.
Pria dengan penutup wajah itu mengarahkan pisau yang ia pegang ke arah ku.
"Diamlah! Sebaiknya kau pergi dari sini atau-"
"Kau seorang pecundang yang menyerang lawannya ketika lemah!" mendadak kepalaku pusing dengan semua asap yang tebal ini.
"Dasar kau!"
Hanya dengan modal ranting, ku coba melindungi Cyrus dari penjahat ini.
Tapi tak lama datang beberapa prajurit dengan senjata mereka.
"Sial!" penjahat itu segera hilang di dalam asap dan aku... Kenapa semua mendadak gelap?
******
Astaga, kepalaku sangat pusing.. Tapi dimana ini? Di kamar siapa aku?
Perlahan ku bangkit dari tidur dan duduk di tepi tempat tidur.
"Kau sudah bangun?"
"Rayden.." lirih ku.
"Emperor ingin bertemu dengan mu untuk berterimakasih"
"Katakan kepadanya aku sudah pulang" jawabku sembari memijat pelipis yang terasa sakit.
"Datanglah untuk sebentar. Setidaknya dia tahu siapa yang menyelamatkan dirinya"
Aku tersenyum kecut mendengarnya. "Untuk apa? Dia akan membunuh ku jika melihatku di sekitarnya"
Meski masih terasa pusing, ku putuskan untuk bangkit dan secepat mungkin keluar dari castle ini. Tapi ucapan Rayden berhasil menghentikan langkah ku tepat di depan pintu.
"Kau begitu berani kepada emperor, baik dulu maupun sekarang" aku hanya terdiam seraya menggenggam gagang pintu. "Tapi kau begitu lemah saat bersama suami mu itu"
Dengan kesal ku tatap Rayden. "Jangan ikut campur urusanku"
"Maka pergilah menemui emperor.. Untuk yang terakhir kalinya"
Aku yakin Rayden mengetahui alasan ku ada di sini. Berarti secara tidak langsung Rayden meminta ku untuk mengurungkan niatku bekerja disini. Sial!
******
Aku masuk kedalam ruangan kerja mewah penuh buku dan lemari berisikan tumpukan kertas. Dari pintu sudah terlihat Cyrus yang begitu serius membaca dokumen di hadapannya, bahkan ia terus berbicara tanpa menoleh ke arah ku.
Tak lama ia memberikan selembar kertas dengan judul surat perjanjian. Di dalamnya bertuliskan bahwa aku tidak akan di pecat kecuali aku ingin mengundurkan diri. Hanya ada satu alasan aku bisa di pecat hanya ketika aku mencuri atau melakukan hal tidak pantas di dalam castle.
Sebenarnya di perjalanan tadi Rayden terus memperingati ku untuk menjauhi emperor, tapi ini kesempatan emas. Tidak semua orang dapat bekerja di castle dengan perjanjian menguntungkan seperti ini.
Terserah apa yang akan di katakan Rayden, aku harus tanda tangan dokumen ini segera sebelum Cyrus menyadari keberadaan ku dan menariknya kembali.
"Apa ada pertanyaan?"
Haruskah aku menanyai kabarnya? Aku sangat ingin tahu tentang dirinya saat ini, tapi apa hal yang baik jika aku bertanya sekarang?
Ketika kebingungan sedang menerpa hatiku, mulut ku justru mengikuti instingku.
"Bagaimana keadaan mu sekarang?" mulut ku mengatakan hal yang ku pikirkan sejak tadi.
Dia menoleh dengan begitu terkejutnya. Matanya membulat, wajahnya pucat seketika dan nafasnya tidak beraturan.
"Sudah lama, lord Cyrus"
"Kau masih hidup?"
Wajar jika dia bertanya seperti itu karena rasa bencinya kepada ku, tapi.. Kenapa hatiku sakit mendengarnya?
"Selama kau hidup, bagaimana aku bisa mati? Kau adalah jiwaku"
Senyuman kecutnya semakin membuat hatiku terluka. Mungkin akan lebih baik jika aku tidak mengeluarkan suara ku tadi.
"Jiwa mu yang telah kau bunuh dengan tangan mu sendiri, Cyrus yang kau kenal sudah mati, maka seharusnya kau juga mati bersamanya" tidak ada yang bisa ku katakan selain memberikan senyuman. "Pergilah, aku tidak ingin melihat mu di sini"
Ya, benar. Itu reaksi yang begitu wajar. Aku harus menerimanya dengan lapang dada.
Ku pamit dengan membungkukkan badan, lalu berlalu pergi dengan senyuman terpaksa agar aku tidak terlihat lemah.
Bagaimanapun Cyrus adalah orang yang menepati janjinya, jadi dia tidak akan memecat ku meski setiap hari melihatku.
******
Setelah seharian aku bekerja, akhirnya aku pulang di saat langit mulai gelap.
"Kau baru pulang?"
Aku terkejut melihat suami ku yang masih belum tidur di jam segini.
"Bagaimana pekerjaan mu hari ini?" tanya-nya sembari meletakkan cangkir selepas ia minum.
"Biasa saja" jawab ku datar.
"Ibu mu membelikan makanan. Sebaiknya kau makan sebelum mandi dan istirahatlah agar kau bisa mencari uang lagi besok" dia berlalu pergi menaiki anak tangga yang menuju kamarnya.
Ku buka tudung saji di atas meja makan. Ibu memang yang terbaik. Ayam bakar adalah makanan kesukaan ku.
Bersabarlah ibu, aku akan membawa kita semua pergi dari sini. Secepatnya.
******
Aku datang lebih pagi hari ini karena harus mengupas udang segar yang baru datang.
Ketika aku melangkah ke dapur, mataku bertemu dengan Cyrus yang baru saja keluar dari dapur.
Niatku baik ingin membantunya tapi dia mengabaikan ku dan memilih pergi tanpa menjawab pertanyaanku.
Sudahlah, aku akan mulai terbiasa dengan sikapnya.
Ketika aku tengah mengupas undang-undang itu, tiba-tiba sepintas aku melihat keberadaan suami ku melalui pintu dapur yang terbuka.
Mau apa dia kemari? Dan bagaimana dia bisa masuk? Aku harus segera menyuruhnya pergi atau orang akan menemukannya dan menghukum ku juga atas kesalahannya.
Aku yang mengikutinya dari belakang dapat melihat ia berjalan ke salah satu pohon besar dan berdiri di sana tanpa rasa takut.
"Kenapa kau kemari?" tanyaku.
"Sudah ku duga, kau akan menyadari kehadiran ku" dengan cepat dia mengadahkan tangan ke arah ku. "Berikan aku uang"
"Bukankah kau memiliki banyak uang?"
"Kenapa kau harus banyak bertanya?! Cepat berikan aku uang atau aku akan tetap di sini sampai semua orang datang"
Dia orang yang selalu menepati perkataannya. Tidak ingin mencari keributan, akhirnya ku berikan sisa uang ku kepadanya.
"Terimakasih" ujarnya seraya pergi dari castle sembunyi-sembunyi.
Huft, aku harap tidak ada yang menyadari kehadirannya.
******
"Sebenarnya apa yang-"
Kalimat ku terpotong, tapi bukan karena dia berbicara melainkan mulut ku yang sulit terbuka saat ini.
Cengkramannya pada rahang ku begitu menyakitkan hingga rasanya aku ingin menangis.
"Kau pikir aku tidak tahu apa yang kau lakukan saat fajar tadi? Katakan kepadaku, untuk apa kau bersembunyi-sembunyi menemui orang dari luar castle? Bahkan dengan lancangnya kau membiarkan orang itu masuk ke taman di castle ku ini dan berbicara dengannya dari balik pohon besar tempat aku di serang kemarin"
"A-apa yang emperor katakan? Aku tidak melakukan apapun" aku kesulitan berbicara.
Cengkraman semakin menguat, dan rasa sakit ku terus bertambah akannya.
"Akan ku pastikan untuk menemukan semua bukti kejahatan mu itu dan mengusir mu dari sini sesegera mungkin"
Layaknya barang tidak berharga. Dia menghempaskan ku ke lantai dengan begitu kuat hingga dahi ku sempat membentur lantai marmer ini.
Hati ku begitu sakit menerima perlakuan seperti ini. Rasanya aku tidak berani mendongakkan kepalaku hanya untuk menatap pria yang kini tengah memarahiku.
"Sekarang enyahlah dari sini, dan tunggulah waktu yang tepat sampai aku mengusirmu secara tidak terhormat dari negeri ku ini sampai tidak akan ada negeri yang mau menerima kau meski kau memohon kepada mereka"
Ya.. Seperti saat suami ku menyiksa ku. Aku hanya terdiam.. Tanpa perlawanan, tanpa mengatakan apapun.. Aku hanya terdiam.
Masih dengan kepala tertunduk, aku berjalan ke arah pintu dan keluar dari ruangan itu.
Kaki ku bergetar, mata ku terasa panas, hati ku terasa sakit dan darah ku mendidih.
Sejak awal menikah, aku sering mendapatkan perilaku seperti ini. Aku menangis, memohon ampun dan berteriak. Tapi setelah 3 tahun, aku mulai tidak peduli dan hanya mengerang kesakitan setiap kali suami ku berperilaku buruk. Tidak ada lagi air mata, tidak ada lagi rasa sakit. Semua terasa wajar.
Tapi hari ini... Hari ini aku merasa begitu sakit. Dadaku terasa sesak. Kenapa aku harus di perlakukan seperti ini? Apa ada orang yang mengutuk ku hingga harus menerima semua perlakuan ini?
Kaki ku sudah tidak kuat lagi berjalan dan aku memutuskan untuk menghentikan langkah ku di depan jendela castle di lorong menuju dapur.
Air mata mulai menetes dan dadaku semakin sesak. Ku tutup kedua mataku dengan telapak tangan agar tidak ada yang dapat melihat air mata ku yang menetes.
Aku tidak melakukan apapun lalu kenapa aku yang di hukum? Sekejam itukah takdir di hidupku?
Tapi aku tidak bisa lemah.. Aku tidak bisa membiarkannya..
Aku harus menemukan sumber dari amarah Cyrus. Bukan karena diriku, bukan karena suamiku. Saat ini Cyrus tengah mencari orang yang hampir membunuhnya, dan aku akan menemukan orang itu segera!
To Be Continued
CYRUS POVDengan cepat ku lahap kue terenak yang pernah ku makan, tapi sangat disayangkan karena aku harus segera pergi dari toko kue bibi Selene.FLASHBACK"Aku melihat kakak di kedai mengerikan malam itu dan-""Mau apa kau kesana?" anak sekecil dia untuk apa datang ke kedai semacam itu? Apa dia tidak tahu kalau isinya orang jahat semua?"Dengarkan aku dulu. Aku kesana untuk mengirimkan pesanan pemilik kedai, bahkan aku tidak masuk ke dalam kedai. Kami bertemu di tepi jalan""Tapi tetap saja, jika kau melihatku masuk kesana berarti kau ada di luar rumah pada larut malam seperti itu? Kau ini seorang wanita, jadi jangan sembarangan pergi di tengah malam" omel ku membuatnya mengeluarkan ekspresi kesal."Jadi kakak mau mengomeli ku atau mendengar ucapanku? Pilihlah salah satu. Jika kakak mau mengomeli ku lebih baik aku pergi untuk mengantarkan pesanan lainnya, tapi kalau mau mendengarkan perk
CYRUS POVTiada kusangka, dia sungguh tangguh. Kekuatannya bagaikan 1000 prajurit. Apa mungkin dia mantan prajurit di negara lain?"Hei, bagaimana kau bisa setangguh ini? Apa kau mantan prajurit istana?" tanyaku kepada pria di sampingku dengan wajah penuh memar bahkan sudut bibirnya mengeluarkan darah segar akibat pukulan ku."Aku tidak memiliki kewajiban untuk menjawabnya""Sombong sekali" geram ku sembari melirik sinis ke arahnya. "Jika aku tidak menahan diri maka kau sudah ku bunuh sekarang juga""Akan lebih baik jika aku mati sekarang daripada harus di perintah orang sepertimu""Ish pria tua ini" dengan cepat aku duduk di perutnya dan ku raih pisau yang tadi sempat terlempar dari tanganku. "Aku akan mengabulkan permintaan terakhir mu"Ku ayukan pisau itu dan..******Huft, apa aku semakin tua atau memang dia begitu kuat? Demi tuhan, ku rasakan sakit di sekujur tubuh ku akibat pukulan yang dia berikan
CYRUS POVAstaga, kenapa berat sekali tugas seorang emperor? Selama ini aku menganggap ringan tugas emperor karena hanya duduk di depan meja dengan dokumen dan bersenang-senang di setiap pesta.Tapi ini sebuah kesalahan besar...Aku terjebak di acara salah satu gubernur yang mengurusi bagian ekonomi negara. Dia menyambutku dengan senyuman lebar di wajahnya. Pakaiannya yang berwarna hijau terlihat mewah dengan benang emas di tiap tepi pakaian yang ia kenakan.Bahkan istrinya memakai gaun mewah yang di rancang khusus oleh satu designer ternama di negeri ini, jangan tanya kenapa aku bisa mengetahuinya. Warna hijau senada dengan pakaian suaminya, di tunjang semakin indah dengan rambut hitam yang di gulung hingga menjulang ke atas."Perkenalkan emperor. Dia satu-satunya anak perempuan ku" seorang gadis cantik berumur sekitar 25 tahun berdiri di hadapanku dengan ekspresi centilnya."Salam sejahtera untuk emperor" ujarnya.K
CYRUS POV Setelah ia membuka maskernya.. Wajah Valerie dapat ku lihat dengan jelas. Dia ada disini? Seharusnya dia sudah tidak bekerja sejak pukul 7 malam. Apa dia melakukan pekerjaan tambahan di luar castle? Seorang pelayan castle tidak boleh memiliki pekerjaan lain karena dapat terjadi kebocoran informasi dari dalam castle. Aku hendak menghampirinya, sebelum seorang pria bertubuh tinggi dan kekar berjalan mendekat ke arahnya. Wajahnya cukup tampan meski ia mengenakan pakaian biasa. Rambutnya yang berwarna hitam sedikit panjang dan lebat. Ku putuskan untuk melangkah mundur melihat mereka berbicara dengan ekspresi serius meski suara mereka tidak terdengar sedikitpun. Bukan karena jarak ku yang cukup jauh dari mereka, tapi karena mereka berbicara dengan berbisik. Belum sempat aku membalikkan tubuhku, tiba-tiba Valerie meninggikan suaranya dan itu membuat pria dihadapannya menunjukan ekspresi sedikit marah. "Seharu
CYRUS POV Setelah mengantar Amaris dan Konan pulang, kini aku berjalan menuju toko kue yang Amaris maksud untuk membeli beberapa kue terkenal yang mereka jual. Tokonya begitu ramai pembeli. Kebanyakan pelanggan adalah wanita dengan pakaian mewahnya yang hampir selaras dengan kemewahan di dalam toko. Ku buka pintunya, dan terdengar suara lonceng seperti setiap kali aku masuk ke toko roti bibi Selene. "Oh tuhan, Emperor" Kini semua mata menatap ke arahku akibat dari ucapan pemilik toko kue yang terkejut melihat kehadiranku. "Selamat pagi" sapaku. "Sebuah kehormatan emperor mengunjungi toko kue kecil kami ini" ujar pria berkumis yang memiliki tinggi sebahuku. "Melihat toko mu dapat menampung banyak pembeli, tempat ini tidak bisa dikatakan toko kecil" ujarku dengan mata yang melihat sekeliling. "Silahkan emperor. Silahkan melewati barisan dan ambilah kue apapun yang emperor inginkan" "
CYRUS POV Ketika mataku kembali menatap lurus kedepan.. Sosok Valerie yang berjalan seraya tertunduk dapat ku lihat dengan jelas. Tas dari karung goni ia kaitkan di bahu kirinya. Pakaian berwarna putih dengan rok merah, dipadupadankan dengan bandana putih yang menghalangi wajahnya tertutup rambut. Dia terus berjalan dengan tertunduk sedangkan aku hanya diam di tempat. Mematung seperti orang terkagum atas kecantikannya yang sudah lama tidak aku temui. Jarak kami tinggal beberapa langkah, dan dia menegakkan kepalanya hingga sepasang matanya bertemu dengan milik ku. Matanya membulat terkejut. Tentu saja ia terkejut. Sepanjang jalan ia tertunduk seperti itu, seakan-akan tidak ada orang yang berjalan atau berhenti di depannya. Kebiasaan buruknya tidak pernah hilang. Perhatian ku teralihkan dengan warna merah di pipinya. Itu bekas tamparan semalam. Pasti terasa begitu perih di lihat dari betapa merahnya bekas itu. "Kau-"
CYRUS POV Mendengar teriakan itu dengan cepat ku raih Amaris dalam pelukan ku seraya melihat sekeliling. Suaranya begitu menggema di antara pepohonan ini. Daripada teriakan, aku lebih suka menyebutnya sebuah jeritan. "Suara apa itu?" "Entah, sebaiknya aku segera mengantar mu pulang, lalu kembali untuk memeriksanya" aku mempersilahkan Amaris untuk berjalan di depanku, sedangkan aku mengawasi dari belakang. Setelah memastikan Amaris kembali dengan selamat, segera aku kembali ke tengah hutan untuk mencari asal dari suara itu. Aku berjalan mengikuti insting berdasarkan pantulan suara yang tadi ku dengar. Tapi sudah sejauh ini aku melangkah, tidak ada satupun tanda tanda dari munculnya sosok wanita baik itu dalam keadaan hidup ataupun tidak. Trakkk Suara ranting yang terinjak terdengar jelas dari belakangku. Sial! Aku tidak membawa senjata apapun. Ini hari liburan ku, bagaimana bisa ada suara seperti itu yang
CYRUS POV Sepanjang perjalanan Rayden hanya bisa mengeluhkan keputusanku yang mengajak dua pemuda itu bekerja sama dengan ku. Mulai lelah kuping ku mendengarnya, dengan cepat aku hentikan langkah ku dan menatapnya yang berdiri di belakang. "Rayden, hentikan ocehan mu itu karena itu tidak membantu sama sekali" "Astaga, ocehan ku ini justru akan membantu kita dari jalan yang tidak benar" keluhnya. "Jalan yang tidak benar? Apa meminta bantuan kepada seseorang bukanlah jalan yang benar? Apa kau mau bekerja sendiri mencari pelaku bajingan yang ada di luar sana? Apa kau mau membuktikan bahwa kau pahlawan?" "Bagaimana bisa kau berkata seperti itu? Hanya saja kau tidak mengenal mereka dan kau langsung memberi perintah sepenting ini kepada mereka" "Lalu apa mau mu? Apa yang menurut mu penting?" Rayden terdiam. Dia hanya menatapku bingung dan kehilangan kata-kata. "Kau bahkan tidak bisa mengatakannya" ujarku sembari berl
VALERIE POVDengan bantuan Cyrus dan Rayden, kami semua berhasil tiba di rumah dengan selamat. Perlahan tubuh Alessio direbahkan di atas tempat tidur. Rasa sakitnya pasti sudah berkurang akibat obat yang diberikan Alexa. Wajahnya kini tidak terlalu pucat, dan keringat dingin perlahan mulai berkurang. "Obat ini harus di minum dua jam sekali. Dan obat oles ini, sebisa mungkin di gunakan saat obat yang sebelumnya telah kering." Dua botol dengan cairan hijau diletakkan di atas laci. Yang membedakan hanya tekstur cair dan kental dari masing-masing botol. "Terimakasih," ujarku yang menemukan bahwa sejak tadi Alexa masih menatap Alessio dengan sedih. "Sebaiknya kita kembali." ujar Cyrus yang mencoba mengajak Alexa keluar dari kamar ku. "Tidak bisakah, aku disini malam ini?" pertanyaannya membuat semua orang sedikit terkejut. Bagaimana bisa seorang gadis tinggal bersama pria yang sudah menikah? Terlebih mereka hanya sebatas teman. Apa yang akan dibicarakan semua orang yang mengetahuinya?
Valerie POVSinar senja yang menyinari mereka, menambah keindahan dan keromantisan ketika mereka saling menatap. Ku sadari posisi ku saat ini. Siapa aku di dalam kehidupannya? Hanya seorang wanita yang pernah menyakiti hatinya begitu dalam, hingga ia harus menjauhkan diri dari semua orang.Sampai saat ini, aku masih menyesali hal tersebut. Tapi saat ini, hati ku yang sakit melihatnya."Mau sampai kapan kau menatap mereka?" suara Alessio dari sampingku. Sejak kapan ia berdiri disana?"Kau tidak punya pekerjaan? Enak sekali jadi dirimu, bisa bersantai saat yang lain sibuk memasak untuk makan malam." ia berlalu pergi melewati ku.Dengan cepat aku berjalan di sampingnya. Tak terima dengan apa yang baru saja ia katakan. "Bersantai? Aku bekerja sejak pagi, tapi kau yang datang di waktu yang tidak tepat. Jadi kau hanya melihat ku yang sedang beristirahat, bukan yang sedang bekerja." Tiba-tiba ia berhenti dan menoleh ke arahku. "Sejak kapan kau bicara panjang seperti ini?" Aku seperti s
CYRUS POV"Apa kau ingin melakukan hal buruk di wilayah ku?" Tawanya membuatku semakin kesal dan bingung. "Hal buruk? Bukankah aku adalah penyelamat di negeri ini? Bagaimana bisa kau ..." Ia menghela nafas. "Ini sudah musim semi. Banyak bunga yang baru terbentuk dengan warna yang indah. Dan aku rasa, kau adalah bunga itu." Entah karena terlalu banyak alkohol yang ku minum, atau memang ia berbicara omong kosong. Aku tidak dapat mengerti yang ia katakan. "Terserah kau saja, tapi ingat. Jangan lakukan hal yang tidak baik di dalam castle. Mungkin bagi mu, itu hanyalah tempat tinggal, tapi bagiku, castle layaknya kuil. Harus tetap suci dan bersih dari tindakan tidak pantas.""Ya, mari kita jaga wilayah masing-masing."Minuman keras ia teguk tanpa ragu. Bibirnya menyunggingkan senyuman yang membuat siapapun yang melihatnya, akan merasa curiga kepadanya. Niat hati ku datang kemari untuk menghilangkan seluruh perasaan resah dan beban yang ku rasakan sejak beberapa terakhir, tapi dengan b
CYRUS POVTidak ku sangka, Alessio memang serendah itu. Bagaimana mungkin ia mengkhianati Valerie disaat seperti ini. Dia adalah suaminya, Valerie yang baru sembuh membutuhkan dukungannya, tapi dia malah bersama wanita lain. "Menjijikkan.""Apa ada yang salah?" Aku tersadar setelah mendengar suara Rayden. Kertas di tanganku sudah tidak berbentuk akibat kepalan kuat yang ku lakukan sejak tadi. "Apa sesuatu yang buruk tertulis disana? Emperor terlihat kesal." "Tidak." ku rapihkan kembali sebisanya. "Tidak ada apa-apa." Rayden hanya mengangguk tanpa bertanya lebih lanjut. "Rayden," aku sempat ragu untuk mengatakannya. "Apa ... Kau dengar kabar dari Valerie?" "Kabar apa yang ingin emperor dengar darinya?" "Maksudku, ini sudah tiga hari sejak ia sakit. Menurutku, dia sudah baik-baik saja hingga dapat membantahku saat di rumah bibi, lalu kenapa ia tidak masuk bekerja?" "Aku bukan pengasuhnya, jadi cukup sulit untuk menjawab pertanyaan emperor." Aku tau dia hanya bercanda, tapi mat
CYRUS POV "Apa yang kalian lakukan?!" Valerie keluar rumah dengan penuh amarah. "Apa kalian tau bibi sedang sakit saat ini!" Ku masukkan kembali pedang ke tempatnya. "Justru itu aku ingin melihatnya! Kenapa tidak ada satupun dari kalian yang mengerti?!" "Kami bukan tidak mengerti" Alessio berdiri diantara aku dan Valerie. "Kami sedang melindungi emperor di negeri ini dari penyakit mematikan" "Bibi adalah keluargaku" "Dan Bibi adalah penyelamatku" tungkas Alessio. "Bibi bukan hanya keluarga mu, tapi dia keluarga semua orang di sekitar sini. Banyak orang memohon untuk bisa menjenguk tapi kami menolaknya, lalu untuk apa kami membiarkan emperor masuk ke dalam? Bagaimana jika daya tahan tubuh emperor lemah hingga menyebabkan kematian? Apa emperor kami adalah seseorang yang sangat tidak bertanggung jawab?" Setelah keributan panjang, akhirnya kuping dan otak ku kembali bekerja. Aku mendengarkan semua ucapan Alessio. "Kami akan melaporkan perkembangan kesehatan dari bibi Selena, tapi em
CYRUS POVKedua mataku terbuka dengan jantung yang berdegup kencang, dan keringat yang membahasi seluruh tubuhku.Sebisa mungkin aku mengatur nafas dengan menyandarkan tubuhku di kursi yang sedang ku duduki. "Astaga" kepalaku mulai terasa berat meski keringat perlahan mengering akibat hembusan angin dari jendela yang terbuka. Tok tok tok"Masuk" jawabku seraya menopang kepala dengan kedua tangan. "Emperor.." "Ada apa?" tanyaku tanpa menoleh."Ini tentang virus yang menyebar di kota" dengan cepat aku menatap Rayden yang kini berdiri di hadapanku. "Penyebarannya begitu cepat hingga 89% warga sudah terkena virus tersebut. Bahkan.. Kurang lebih 150 jiwa meninggal dunia" "Meninggal?" dengan perasaan bingung, aku bangkit dari duduk. "Aku tidak mendengar kabar itu. Jumlah yang tidak sedikit untuk ditutupi" "Bukan ditutupi, tapi banyak yang tidak membicarakannya dan memilih fokus pada yang masih hidup" Rayden meletakkan laporan keluhan dari beberapa perdana menteri. "Beberapa menteri sud
CYRUS POVAku berjalan menuju dapur setelah kembali dari taman."Siapkan makanan manis untuk ku dalam 15 menit dan bawa ke ruangan kerja ku" "Baik" jawab para pelayan secara bersamaan.Langkah kaki membawaku pergi menjauh menuju ruang kerja, tapi hanya tinggal beberapa langkah dari ruangan, aku memutar arah menuju perpustakaan yang jaraknya berlawanan arah. "Tidak bisakah kita beristirahat sejenak dari agenda jalan-jalan ini?" Ku berbalik menatap pria tukang mengeluh ini. "Jika kau merasa lelah mengikuti ku, mungkin lebih baik jika kau kembali ke keluarga mu" "Bukan begitu maksud ku. Emperor sudah berkeliling castle ini tiga kali. Bahkan emperor sudah pergi ke dapur 4 kali untuk mengganti setiap menu yang sebelumnya dipesan"Ku letakkan kedua tanganku di pinggang. "Mereka tidak ada masalah dengan itu, lalu kenapa kau merasa keberatan?" "Emperor, mengertilah. Wajah mereka terlihat bingung dan.. Apa emperor tidak melihat meja mereka? Hidangan untuk menu sebelumnya sudah hampir jadi
VALERIE POV Ketika mataku terbuka.. "Cyrus?" suaraku hampir tidak ada. Seperti orang berbisik, tapi sama sekali tidak terdengar dengan jarak yang cukup jauh. "Kau akan baik-baik saja. Dokter bilang virus yang sedang terjadi, berhasil menyerang mu. Dia sudah memberikan resep obat, kau harus menghabiskannya" Aku terdiam. Merasakan rasa ngilu yang menjalar ke seluruh tubuhku dengan cepat. "Kau harus pergi" lirihku dengan mata yang terasa berat, seperti orang mengantuk. Dia tersenyum lebar. "Kau takut kalau aku tertular? Tubuhku ini sudah begitu kebal dengan hal seperti itu" tawa kecil terdengar cukup jelas di telingaku. "Kau istirahatlah. Baru saja aku memberi mu obat" Tangan yang menyentuh puncak kepalaku terasa begitu hangat dan menenangkan. Ingin kedua mataku tetap terbuka, tapi rasa kantuk ini sudah di luar kendali ku. Alhasil, hanya gelap yang terakhir aku ingat. ******Apa aku tidur cukup lama? Suara burung terdengar begitu jelas. Rasanya seperti mereka bernyanyi di telingak
AUTHOR POV"Valerie, tolong berikan camilan ini ke ruangan emperor sebelum kau pulang" ujar kepala pelayan seraya memberikan satu troli berisikan biskuit, teh hangat dan beberapa kue kering lainnya. Sudah 3 kali mengetuk pintu, tidak ada sedikitpun jawaban dari emperor. Valerie memutuskan untuk masuk ke dalam. Dari balik pintu ia melihat Cyrus yang melamun hingga tidak sadar akan jendela yang terbuka akibat angin yang behembus kencang."Saya datang untuk memberikan camilan malam" Valerie meletakkan troli camilan itu di samping meja, tapi Cyrus masih tidak sadar akan kehadirannya. Khawatir sang emperor merasa kedinginan, Valerie menutup kedua jendela dan menguncinya. "Haruskah aku berpamitan kepadanya? Dia seperti sedang berada di dunianya sendiri"Meski berniat untuk langsung pergi, tapi Valerie yang memiliki sikap 'tidak enak' akhirnya memutuskan untuk berpamitan. "Emperor?"Tiba-tiba salah satu jendela kembali terbuka hanya dengan satu hentakan angin kencang diluar. Dan itu cuk