CYRUS POV
Dengan cepat ku lahap kue terenak yang pernah ku makan, tapi sangat disayangkan karena aku harus segera pergi dari toko kue bibi Selene.
FLASHBACK
"Aku melihat kakak di kedai mengerikan malam itu dan-"
"Mau apa kau kesana?" anak sekecil dia untuk apa datang ke kedai semacam itu? Apa dia tidak tahu kalau isinya orang jahat semua?
"Dengarkan aku dulu. Aku kesana untuk mengirimkan pesanan pemilik kedai, bahkan aku tidak masuk ke dalam kedai. Kami bertemu di tepi jalan"
"Tapi tetap saja, jika kau melihatku masuk kesana berarti kau ada di luar rumah pada larut malam seperti itu? Kau ini seorang wanita, jadi jangan sembarangan pergi di tengah malam" omel ku membuatnya mengeluarkan ekspresi kesal.
"Jadi kakak mau mengomeli ku atau mendengar ucapanku? Pilihlah salah satu. Jika kakak mau mengomeli ku lebih baik aku pergi untuk mengantarkan pesanan lainnya, tapi kalau mau mendengarkan perkataan ku sebaiknya diamlah"
Saat ini mulut ku sangat ingin memarahi gadis di hadapan ku ini tapi mengetahui apa yang tidak ku ketahui lebih penting. Alhasil aku memilih untuk diam dan mendengarkan semua perkataannya dengan baik.
"Sebelum wanita itu bertemu dengan kakak, aku melihat seorang pria berbadan besar dengan tinggi semapai dan wajah tampan, tengah berbicara dengannya. Wajah wanita itu berubah semakin takut ketika pria itu menunjukkan botol kaca kecil berisi cairan bening di dalamnya"
"Botol apa itu?"
"Aku juga tidak tahu. Lalu pria itu mendorong wanita itu masuk kedalam untuk mendekati kakak. Dan setelah kakak mencampakkannya" Oh, aku tidak suka mendengarnya. "Aku masuk kedalam kamar dan berbicara dengannya sebelum pria besar itu datang"
"Kau bicara apa kepadanya?" tanyaku yang begitu penasaran.
"Aku tanya dia kenapa, dan apa alasannya di ikat seperti itu"
"Well, dia pantas mendapatkannya"
Amaris memberikan tatapan jengkel kepadaku. "Dia bilang bahwa ia diculik oleh pria berbadan besar itu dari keluarganya. Jika wanita itu tidak menuruti perintahnya maka sang wanita akan di berikan cairan bening yang dapat membuat orang yang meminumnya seperti orang gila dalam sehari"
"Apa? Tunggu. Cairan apa yang dapat menimbulkan seseorang menjadi gila?"
Amaris menggelengkan kepalanya. "Dia bilang kalau pria bertubuh besar itu mendapatkan botolnya dari seseorang bernama Astuzia. Dia pria dari perbatasan"
FLASHBACK END
Astuzia sialan! Jika aku bertemu dengannya akan ku bunuh di tempat dia!
Tidak jera sama sekali. Setelah aku hampir membunuhnya 2 tahun yang lalu akibat perdagangan anak di negeri tetangga. Kini dengan beraninya ia memasuki wilayah ku dan menjual hal buruk yang tidak ku ketahui?
Kali ini aku tidak akan melepaskannya seperti 2 tahun yang lalu. Aku akan langsung membunuhnya di tempat.
Dengan penuh amarah aku berjalan keluar kedai tanpa memakai topi hingga semua orang yang menatap ku seketika membungkukkan tubuh mereka -memberi hormat kepadaku-.
"Aku juga melihat sikap buruk mu kepada kak Valerie tadi pagi melalui jendela kamar mu. Aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan tapi aku tahu dengan pasti kalau kau menuduhnya melakukan hal yang tidak kau senangi. Ketika dia keluar dari ruangan mu, tubuhnya terlihat bergetar bahkan wajahnya begitu merah dan.. Dan aku melihatnya menangis. Aku tahu hubungan kalian sangat buruk sejak 5 tahun yang lalu, tapi menuduhnya untuk hal yang belum pasti kebenarannya.. Itu bukan Cyrus yang ku kenal"
Semua ucapan Amaris terus terulang di telingaku. Kini perhatian ku terbagi dua karenanya. Di satu sisi aku memikirkan penjahat bernama Astuzia dan di sisi lain aku memikirkan Valerie yang secara tidak adil telah ku perlakukan dengan kasar.
Semoga dia tidak mengutuk ku perihal itu.
Aku mengetahui keberadaan Astuzia. Akan lebih cepat jika mendatanginya dengan kuda kekar yang.. Wow, mataku cukup jeli untuk menemukan kuda hitam yang berdiri di ujung jalan.
Hanya dengan meninggalkan catatan di dekat pohon tempat kuda itu terikat sebelumnya, kini aku menunggangi kuda itu menuju tempat Astuzia.
Perjalanan cukup memakan waktu, tapi aku merasa tidak sabar untuk bertemu Astuzia dan memecahkan kepalanya itu bagaikan aku memecahkan buah semangka. Pria tidak tahu terimakasih. Sudah ku lepaskan, dia malah berulah di wilayah ku. Tidak akan ku maafkan!
******
"Hei, siapa ka- urgh" tendangan ku yang kuat mampu membuat penjaga -tempat persembunyian Astuzia- terpental hingga membuat pintu di belakangnya copot dari engselnya.
Astuzia terkejut melihatku. Dia berdiri dari duduknya dengan seputung rokok di mulutnya.
"L-lord.. Maksud ku.. Emperor"
"Kenapa? Kau terlihat gugup melihatku" senyuman sinis ku berikan kepadanya.
"E-emperor.. Emperor" dia terus melangkah mundur di kala aku melangkah maju.
Beberapa anak buahnya mencoba melawan ku untuk melindungi Astuzia, tapi percuma saja. Apa mereka tidak mengenal diriku? Setidaknya jika mereka tidak tahu aku emperor, akan lebih baik jika mereka mengenalku sebagai panglima besar tak terkalahkan. Itu lebih baik supaya mereka tidak berani melawanku.
Tidak perlu membuang-buang tenaga untuk mengalahkan mereka semua. Dan sekarang mereka tergeletak menahan sakit di lantai yang dingin.
"Emperor.. Aku akan segera pergi dari kota ini, aku berjanji" ujar Astuzia seraya berlutut di hadapanku.
"Kau pikir semudah itu aku melepaskan mu? Di dalam hidupku tidak ada yang namanya kesempatan kedua" ku jambak rambutnya hingga ia meringis kesakitan. "Dimana keberanian mu Astuzia? Kau begitu berani menjual barang aneh di negeri ku, tapi kau memohon ampun ketika berada di hadapanku? Tunjukkan keberanian mu"
"Tidak, tidak.. Mana mungkin aku beraniiiiii..." tubuhnya bergidik ngeri melihatku mendekatkan pisau ke lehernya.
"Katakan kepadaku. Botol bening apa yang kau punya?"
"Botol apa maksud emperor?"
"Apa perlu ku putuskan nadi di lehermu baru kau memberitahu botol apa itu?"
"E-emperor.. Tenangkan dirimu. Tenangkan dirimu.. Jika emperor sudah tenang maka-"
Kalimatnya terputus di telingaku tepat ketika seperti ada balok yang menghantam bagian belakang kepala ku. Luar biasa, pukulannya begitu kencang hingga kepalaku sempat merasa pusing.
Ketika kesadaranku kembali, ku tolehkan kepala ku menatap orang yang berani memukul ku.
Pria bertubuh besar dan tinggi. Aku rasa dia pria yang di bicarakan Amaris kepadaku.
Diwajahnya tidak tergambar rasa takut sedikitpun. Dengan penuh keberanian dia menatapku penuh amarah.
"Jadi ini pria yang mencoba membunuhku?" tanyaku.
"Pria seperti mu harus di musnahkan dari dunia ini. Kau tidak pantas memimpin negara ini!"
Ku pijat dahi yang terasa sakit. "Tidak pantas? Kakek buyut ku sudah memimpin negeri ini lebih dari umur mu. Bagaimana bisa kau menganggapku tidak pantas?"
"Kau pemabuk, kau sering tidur dengan jalang di luar sana, bahkan sudah banyak nyawa orang tidak berdosa yang kau bunuh. Apa menurutmu itu tindakan seorang pemimpin negara?!"
Aku merasa begitu kesal mendengarnya hingga dengan cepat ku lemparkan pisau di tangan ku ke arahnya, tapi refleksnya sungguh luar biasa. Dia berhasil menangkapnya tepat waktu sebelum pisau itu menusuk ke mata kanannya.
Ini bakat yang jarang ku temui.
"Lalu menurut mu siapa yang pantas dengan posisi itu?" tanyaku.
"Siapapun asalkan bukan dirimu!"
Dengan mengeluarkan seluruh emosinya, dia mengangkat balok kayu yang di pegangnya dan mengayunkannya ke arahku.
Aku bahkan tidak memegang apapun.
******
Aku tergeletak di lantai dengan nafas terengah-engah. Tubuhku rasanya sakit semua. Kepalaku mulai pusing dan tanganku mengeluarkan darah segar akibat pukulan yang begitu keras.
"Aku harap kau tahu siapa yang kau lawan"
To Be Continued
CYRUS POVTiada kusangka, dia sungguh tangguh. Kekuatannya bagaikan 1000 prajurit. Apa mungkin dia mantan prajurit di negara lain?"Hei, bagaimana kau bisa setangguh ini? Apa kau mantan prajurit istana?" tanyaku kepada pria di sampingku dengan wajah penuh memar bahkan sudut bibirnya mengeluarkan darah segar akibat pukulan ku."Aku tidak memiliki kewajiban untuk menjawabnya""Sombong sekali" geram ku sembari melirik sinis ke arahnya. "Jika aku tidak menahan diri maka kau sudah ku bunuh sekarang juga""Akan lebih baik jika aku mati sekarang daripada harus di perintah orang sepertimu""Ish pria tua ini" dengan cepat aku duduk di perutnya dan ku raih pisau yang tadi sempat terlempar dari tanganku. "Aku akan mengabulkan permintaan terakhir mu"Ku ayukan pisau itu dan..******Huft, apa aku semakin tua atau memang dia begitu kuat? Demi tuhan, ku rasakan sakit di sekujur tubuh ku akibat pukulan yang dia berikan
CYRUS POVAstaga, kenapa berat sekali tugas seorang emperor? Selama ini aku menganggap ringan tugas emperor karena hanya duduk di depan meja dengan dokumen dan bersenang-senang di setiap pesta.Tapi ini sebuah kesalahan besar...Aku terjebak di acara salah satu gubernur yang mengurusi bagian ekonomi negara. Dia menyambutku dengan senyuman lebar di wajahnya. Pakaiannya yang berwarna hijau terlihat mewah dengan benang emas di tiap tepi pakaian yang ia kenakan.Bahkan istrinya memakai gaun mewah yang di rancang khusus oleh satu designer ternama di negeri ini, jangan tanya kenapa aku bisa mengetahuinya. Warna hijau senada dengan pakaian suaminya, di tunjang semakin indah dengan rambut hitam yang di gulung hingga menjulang ke atas."Perkenalkan emperor. Dia satu-satunya anak perempuan ku" seorang gadis cantik berumur sekitar 25 tahun berdiri di hadapanku dengan ekspresi centilnya."Salam sejahtera untuk emperor" ujarnya.K
CYRUS POV Setelah ia membuka maskernya.. Wajah Valerie dapat ku lihat dengan jelas. Dia ada disini? Seharusnya dia sudah tidak bekerja sejak pukul 7 malam. Apa dia melakukan pekerjaan tambahan di luar castle? Seorang pelayan castle tidak boleh memiliki pekerjaan lain karena dapat terjadi kebocoran informasi dari dalam castle. Aku hendak menghampirinya, sebelum seorang pria bertubuh tinggi dan kekar berjalan mendekat ke arahnya. Wajahnya cukup tampan meski ia mengenakan pakaian biasa. Rambutnya yang berwarna hitam sedikit panjang dan lebat. Ku putuskan untuk melangkah mundur melihat mereka berbicara dengan ekspresi serius meski suara mereka tidak terdengar sedikitpun. Bukan karena jarak ku yang cukup jauh dari mereka, tapi karena mereka berbicara dengan berbisik. Belum sempat aku membalikkan tubuhku, tiba-tiba Valerie meninggikan suaranya dan itu membuat pria dihadapannya menunjukan ekspresi sedikit marah. "Seharu
CYRUS POV Setelah mengantar Amaris dan Konan pulang, kini aku berjalan menuju toko kue yang Amaris maksud untuk membeli beberapa kue terkenal yang mereka jual. Tokonya begitu ramai pembeli. Kebanyakan pelanggan adalah wanita dengan pakaian mewahnya yang hampir selaras dengan kemewahan di dalam toko. Ku buka pintunya, dan terdengar suara lonceng seperti setiap kali aku masuk ke toko roti bibi Selene. "Oh tuhan, Emperor" Kini semua mata menatap ke arahku akibat dari ucapan pemilik toko kue yang terkejut melihat kehadiranku. "Selamat pagi" sapaku. "Sebuah kehormatan emperor mengunjungi toko kue kecil kami ini" ujar pria berkumis yang memiliki tinggi sebahuku. "Melihat toko mu dapat menampung banyak pembeli, tempat ini tidak bisa dikatakan toko kecil" ujarku dengan mata yang melihat sekeliling. "Silahkan emperor. Silahkan melewati barisan dan ambilah kue apapun yang emperor inginkan" "
CYRUS POV Ketika mataku kembali menatap lurus kedepan.. Sosok Valerie yang berjalan seraya tertunduk dapat ku lihat dengan jelas. Tas dari karung goni ia kaitkan di bahu kirinya. Pakaian berwarna putih dengan rok merah, dipadupadankan dengan bandana putih yang menghalangi wajahnya tertutup rambut. Dia terus berjalan dengan tertunduk sedangkan aku hanya diam di tempat. Mematung seperti orang terkagum atas kecantikannya yang sudah lama tidak aku temui. Jarak kami tinggal beberapa langkah, dan dia menegakkan kepalanya hingga sepasang matanya bertemu dengan milik ku. Matanya membulat terkejut. Tentu saja ia terkejut. Sepanjang jalan ia tertunduk seperti itu, seakan-akan tidak ada orang yang berjalan atau berhenti di depannya. Kebiasaan buruknya tidak pernah hilang. Perhatian ku teralihkan dengan warna merah di pipinya. Itu bekas tamparan semalam. Pasti terasa begitu perih di lihat dari betapa merahnya bekas itu. "Kau-"
CYRUS POV Mendengar teriakan itu dengan cepat ku raih Amaris dalam pelukan ku seraya melihat sekeliling. Suaranya begitu menggema di antara pepohonan ini. Daripada teriakan, aku lebih suka menyebutnya sebuah jeritan. "Suara apa itu?" "Entah, sebaiknya aku segera mengantar mu pulang, lalu kembali untuk memeriksanya" aku mempersilahkan Amaris untuk berjalan di depanku, sedangkan aku mengawasi dari belakang. Setelah memastikan Amaris kembali dengan selamat, segera aku kembali ke tengah hutan untuk mencari asal dari suara itu. Aku berjalan mengikuti insting berdasarkan pantulan suara yang tadi ku dengar. Tapi sudah sejauh ini aku melangkah, tidak ada satupun tanda tanda dari munculnya sosok wanita baik itu dalam keadaan hidup ataupun tidak. Trakkk Suara ranting yang terinjak terdengar jelas dari belakangku. Sial! Aku tidak membawa senjata apapun. Ini hari liburan ku, bagaimana bisa ada suara seperti itu yang
CYRUS POV Sepanjang perjalanan Rayden hanya bisa mengeluhkan keputusanku yang mengajak dua pemuda itu bekerja sama dengan ku. Mulai lelah kuping ku mendengarnya, dengan cepat aku hentikan langkah ku dan menatapnya yang berdiri di belakang. "Rayden, hentikan ocehan mu itu karena itu tidak membantu sama sekali" "Astaga, ocehan ku ini justru akan membantu kita dari jalan yang tidak benar" keluhnya. "Jalan yang tidak benar? Apa meminta bantuan kepada seseorang bukanlah jalan yang benar? Apa kau mau bekerja sendiri mencari pelaku bajingan yang ada di luar sana? Apa kau mau membuktikan bahwa kau pahlawan?" "Bagaimana bisa kau berkata seperti itu? Hanya saja kau tidak mengenal mereka dan kau langsung memberi perintah sepenting ini kepada mereka" "Lalu apa mau mu? Apa yang menurut mu penting?" Rayden terdiam. Dia hanya menatapku bingung dan kehilangan kata-kata. "Kau bahkan tidak bisa mengatakannya" ujarku sembari berl
VALERIE POV Kepalaku terasa begitu berat. Telingaku seperti berdengung, dan terdengar gumam yang tidak begitu jelas. Perlahan mataku terbuka. Langit-langit kamar tidak terlihat familiar. Tidak seperti di dalam kamarku, maupun di ruang tengah dekat perapian. "Terimakasih karena sudah mau datang di cuaca seperti ini" "Emperor tidak perlu sungkan. Bagaimanapun sejak emperor lama yang menjabat, saya sudah menjadi dokter di castle ini" "Kereta kuda ku akan mengantarmu kembali" "Sebenarnya saya ingin menolak tapi.." "Tidak masalah. Di luar salju turun semakin deras jadi hati hatilah di jalan" Terdengar suara pintu tertutup. Mungkin mereka semua sudah pergi. Kini aku akan mencoba untuk dud... Mataku menemukan sosok Cyrus yang berdiri seraya bersandar di pintu. Tatapannya begitu taja, kepadaku. "M-maaf karena saya merepotkan emperor seperti ini" ujarku dengan pandangan ke bawah, menatap lantai
VALERIE POVDengan bantuan Cyrus dan Rayden, kami semua berhasil tiba di rumah dengan selamat. Perlahan tubuh Alessio direbahkan di atas tempat tidur. Rasa sakitnya pasti sudah berkurang akibat obat yang diberikan Alexa. Wajahnya kini tidak terlalu pucat, dan keringat dingin perlahan mulai berkurang. "Obat ini harus di minum dua jam sekali. Dan obat oles ini, sebisa mungkin di gunakan saat obat yang sebelumnya telah kering." Dua botol dengan cairan hijau diletakkan di atas laci. Yang membedakan hanya tekstur cair dan kental dari masing-masing botol. "Terimakasih," ujarku yang menemukan bahwa sejak tadi Alexa masih menatap Alessio dengan sedih. "Sebaiknya kita kembali." ujar Cyrus yang mencoba mengajak Alexa keluar dari kamar ku. "Tidak bisakah, aku disini malam ini?" pertanyaannya membuat semua orang sedikit terkejut. Bagaimana bisa seorang gadis tinggal bersama pria yang sudah menikah? Terlebih mereka hanya sebatas teman. Apa yang akan dibicarakan semua orang yang mengetahuinya?
Valerie POVSinar senja yang menyinari mereka, menambah keindahan dan keromantisan ketika mereka saling menatap. Ku sadari posisi ku saat ini. Siapa aku di dalam kehidupannya? Hanya seorang wanita yang pernah menyakiti hatinya begitu dalam, hingga ia harus menjauhkan diri dari semua orang.Sampai saat ini, aku masih menyesali hal tersebut. Tapi saat ini, hati ku yang sakit melihatnya."Mau sampai kapan kau menatap mereka?" suara Alessio dari sampingku. Sejak kapan ia berdiri disana?"Kau tidak punya pekerjaan? Enak sekali jadi dirimu, bisa bersantai saat yang lain sibuk memasak untuk makan malam." ia berlalu pergi melewati ku.Dengan cepat aku berjalan di sampingnya. Tak terima dengan apa yang baru saja ia katakan. "Bersantai? Aku bekerja sejak pagi, tapi kau yang datang di waktu yang tidak tepat. Jadi kau hanya melihat ku yang sedang beristirahat, bukan yang sedang bekerja." Tiba-tiba ia berhenti dan menoleh ke arahku. "Sejak kapan kau bicara panjang seperti ini?" Aku seperti s
CYRUS POV"Apa kau ingin melakukan hal buruk di wilayah ku?" Tawanya membuatku semakin kesal dan bingung. "Hal buruk? Bukankah aku adalah penyelamat di negeri ini? Bagaimana bisa kau ..." Ia menghela nafas. "Ini sudah musim semi. Banyak bunga yang baru terbentuk dengan warna yang indah. Dan aku rasa, kau adalah bunga itu." Entah karena terlalu banyak alkohol yang ku minum, atau memang ia berbicara omong kosong. Aku tidak dapat mengerti yang ia katakan. "Terserah kau saja, tapi ingat. Jangan lakukan hal yang tidak baik di dalam castle. Mungkin bagi mu, itu hanyalah tempat tinggal, tapi bagiku, castle layaknya kuil. Harus tetap suci dan bersih dari tindakan tidak pantas.""Ya, mari kita jaga wilayah masing-masing."Minuman keras ia teguk tanpa ragu. Bibirnya menyunggingkan senyuman yang membuat siapapun yang melihatnya, akan merasa curiga kepadanya. Niat hati ku datang kemari untuk menghilangkan seluruh perasaan resah dan beban yang ku rasakan sejak beberapa terakhir, tapi dengan b
CYRUS POVTidak ku sangka, Alessio memang serendah itu. Bagaimana mungkin ia mengkhianati Valerie disaat seperti ini. Dia adalah suaminya, Valerie yang baru sembuh membutuhkan dukungannya, tapi dia malah bersama wanita lain. "Menjijikkan.""Apa ada yang salah?" Aku tersadar setelah mendengar suara Rayden. Kertas di tanganku sudah tidak berbentuk akibat kepalan kuat yang ku lakukan sejak tadi. "Apa sesuatu yang buruk tertulis disana? Emperor terlihat kesal." "Tidak." ku rapihkan kembali sebisanya. "Tidak ada apa-apa." Rayden hanya mengangguk tanpa bertanya lebih lanjut. "Rayden," aku sempat ragu untuk mengatakannya. "Apa ... Kau dengar kabar dari Valerie?" "Kabar apa yang ingin emperor dengar darinya?" "Maksudku, ini sudah tiga hari sejak ia sakit. Menurutku, dia sudah baik-baik saja hingga dapat membantahku saat di rumah bibi, lalu kenapa ia tidak masuk bekerja?" "Aku bukan pengasuhnya, jadi cukup sulit untuk menjawab pertanyaan emperor." Aku tau dia hanya bercanda, tapi mat
CYRUS POV "Apa yang kalian lakukan?!" Valerie keluar rumah dengan penuh amarah. "Apa kalian tau bibi sedang sakit saat ini!" Ku masukkan kembali pedang ke tempatnya. "Justru itu aku ingin melihatnya! Kenapa tidak ada satupun dari kalian yang mengerti?!" "Kami bukan tidak mengerti" Alessio berdiri diantara aku dan Valerie. "Kami sedang melindungi emperor di negeri ini dari penyakit mematikan" "Bibi adalah keluargaku" "Dan Bibi adalah penyelamatku" tungkas Alessio. "Bibi bukan hanya keluarga mu, tapi dia keluarga semua orang di sekitar sini. Banyak orang memohon untuk bisa menjenguk tapi kami menolaknya, lalu untuk apa kami membiarkan emperor masuk ke dalam? Bagaimana jika daya tahan tubuh emperor lemah hingga menyebabkan kematian? Apa emperor kami adalah seseorang yang sangat tidak bertanggung jawab?" Setelah keributan panjang, akhirnya kuping dan otak ku kembali bekerja. Aku mendengarkan semua ucapan Alessio. "Kami akan melaporkan perkembangan kesehatan dari bibi Selena, tapi em
CYRUS POVKedua mataku terbuka dengan jantung yang berdegup kencang, dan keringat yang membahasi seluruh tubuhku.Sebisa mungkin aku mengatur nafas dengan menyandarkan tubuhku di kursi yang sedang ku duduki. "Astaga" kepalaku mulai terasa berat meski keringat perlahan mengering akibat hembusan angin dari jendela yang terbuka. Tok tok tok"Masuk" jawabku seraya menopang kepala dengan kedua tangan. "Emperor.." "Ada apa?" tanyaku tanpa menoleh."Ini tentang virus yang menyebar di kota" dengan cepat aku menatap Rayden yang kini berdiri di hadapanku. "Penyebarannya begitu cepat hingga 89% warga sudah terkena virus tersebut. Bahkan.. Kurang lebih 150 jiwa meninggal dunia" "Meninggal?" dengan perasaan bingung, aku bangkit dari duduk. "Aku tidak mendengar kabar itu. Jumlah yang tidak sedikit untuk ditutupi" "Bukan ditutupi, tapi banyak yang tidak membicarakannya dan memilih fokus pada yang masih hidup" Rayden meletakkan laporan keluhan dari beberapa perdana menteri. "Beberapa menteri sud
CYRUS POVAku berjalan menuju dapur setelah kembali dari taman."Siapkan makanan manis untuk ku dalam 15 menit dan bawa ke ruangan kerja ku" "Baik" jawab para pelayan secara bersamaan.Langkah kaki membawaku pergi menjauh menuju ruang kerja, tapi hanya tinggal beberapa langkah dari ruangan, aku memutar arah menuju perpustakaan yang jaraknya berlawanan arah. "Tidak bisakah kita beristirahat sejenak dari agenda jalan-jalan ini?" Ku berbalik menatap pria tukang mengeluh ini. "Jika kau merasa lelah mengikuti ku, mungkin lebih baik jika kau kembali ke keluarga mu" "Bukan begitu maksud ku. Emperor sudah berkeliling castle ini tiga kali. Bahkan emperor sudah pergi ke dapur 4 kali untuk mengganti setiap menu yang sebelumnya dipesan"Ku letakkan kedua tanganku di pinggang. "Mereka tidak ada masalah dengan itu, lalu kenapa kau merasa keberatan?" "Emperor, mengertilah. Wajah mereka terlihat bingung dan.. Apa emperor tidak melihat meja mereka? Hidangan untuk menu sebelumnya sudah hampir jadi
VALERIE POV Ketika mataku terbuka.. "Cyrus?" suaraku hampir tidak ada. Seperti orang berbisik, tapi sama sekali tidak terdengar dengan jarak yang cukup jauh. "Kau akan baik-baik saja. Dokter bilang virus yang sedang terjadi, berhasil menyerang mu. Dia sudah memberikan resep obat, kau harus menghabiskannya" Aku terdiam. Merasakan rasa ngilu yang menjalar ke seluruh tubuhku dengan cepat. "Kau harus pergi" lirihku dengan mata yang terasa berat, seperti orang mengantuk. Dia tersenyum lebar. "Kau takut kalau aku tertular? Tubuhku ini sudah begitu kebal dengan hal seperti itu" tawa kecil terdengar cukup jelas di telingaku. "Kau istirahatlah. Baru saja aku memberi mu obat" Tangan yang menyentuh puncak kepalaku terasa begitu hangat dan menenangkan. Ingin kedua mataku tetap terbuka, tapi rasa kantuk ini sudah di luar kendali ku. Alhasil, hanya gelap yang terakhir aku ingat. ******Apa aku tidur cukup lama? Suara burung terdengar begitu jelas. Rasanya seperti mereka bernyanyi di telingak
AUTHOR POV"Valerie, tolong berikan camilan ini ke ruangan emperor sebelum kau pulang" ujar kepala pelayan seraya memberikan satu troli berisikan biskuit, teh hangat dan beberapa kue kering lainnya. Sudah 3 kali mengetuk pintu, tidak ada sedikitpun jawaban dari emperor. Valerie memutuskan untuk masuk ke dalam. Dari balik pintu ia melihat Cyrus yang melamun hingga tidak sadar akan jendela yang terbuka akibat angin yang behembus kencang."Saya datang untuk memberikan camilan malam" Valerie meletakkan troli camilan itu di samping meja, tapi Cyrus masih tidak sadar akan kehadirannya. Khawatir sang emperor merasa kedinginan, Valerie menutup kedua jendela dan menguncinya. "Haruskah aku berpamitan kepadanya? Dia seperti sedang berada di dunianya sendiri"Meski berniat untuk langsung pergi, tapi Valerie yang memiliki sikap 'tidak enak' akhirnya memutuskan untuk berpamitan. "Emperor?"Tiba-tiba salah satu jendela kembali terbuka hanya dengan satu hentakan angin kencang diluar. Dan itu cuk