CYRUS POV
Sepanjang perjalanan Rayden hanya bisa mengeluhkan keputusanku yang mengajak dua pemuda itu bekerja sama dengan ku.
Mulai lelah kuping ku mendengarnya, dengan cepat aku hentikan langkah ku dan menatapnya yang berdiri di belakang.
"Rayden, hentikan ocehan mu itu karena itu tidak membantu sama sekali"
"Astaga, ocehan ku ini justru akan membantu kita dari jalan yang tidak benar" keluhnya.
"Jalan yang tidak benar? Apa meminta bantuan kepada seseorang bukanlah jalan yang benar? Apa kau mau bekerja sendiri mencari pelaku bajingan yang ada di luar sana? Apa kau mau membuktikan bahwa kau pahlawan?"
"Bagaimana bisa kau berkata seperti itu? Hanya saja kau tidak mengenal mereka dan kau langsung memberi perintah sepenting ini kepada mereka"
"Lalu apa mau mu? Apa yang menurut mu penting?" Rayden terdiam. Dia hanya menatapku bingung dan kehilangan kata-kata. "Kau bahkan tidak bisa mengatakannya" ujarku sembari berl
VALERIE POV Kepalaku terasa begitu berat. Telingaku seperti berdengung, dan terdengar gumam yang tidak begitu jelas. Perlahan mataku terbuka. Langit-langit kamar tidak terlihat familiar. Tidak seperti di dalam kamarku, maupun di ruang tengah dekat perapian. "Terimakasih karena sudah mau datang di cuaca seperti ini" "Emperor tidak perlu sungkan. Bagaimanapun sejak emperor lama yang menjabat, saya sudah menjadi dokter di castle ini" "Kereta kuda ku akan mengantarmu kembali" "Sebenarnya saya ingin menolak tapi.." "Tidak masalah. Di luar salju turun semakin deras jadi hati hatilah di jalan" Terdengar suara pintu tertutup. Mungkin mereka semua sudah pergi. Kini aku akan mencoba untuk dud... Mataku menemukan sosok Cyrus yang berdiri seraya bersandar di pintu. Tatapannya begitu taja, kepadaku. "M-maaf karena saya merepotkan emperor seperti ini" ujarku dengan pandangan ke bawah, menatap lantai
CYRUS POV Aku ingin bertanya mengenai keadaan Valerie, tapi aku tidak mau ia berpikir aneh dan menyangka jika aku memberikan perhatian lebih kepadanya. Lagipula aku tidak peduli juga apa dia sehat maupun sakit. Yang terpenting dia tidak menimbulkan gosip tidak baik tentang castle. "Kau sudah makan?" tanya Rayden yang masuk ke dalam ruangan kerja ku tanpa permisi. "Jika ada yang melihat kau melakukan itu, mereka akan mulai tidak hormat kepadaku karena kau memberikan contoh tidak baik" "Bagaimana mungkin aku memberikan contoh yang tidak baik? Memangnya apa yang ku lakukan?" Ku lepas kacamata bacaku. "Kau masuk begitu saja ke ruangan ku, apa menurut mu itu tindakan sopan?" "Enak saja. Aku sudah mengetuk pintu mu sejak tadi, bahkan jariku ini sampai terasa sakit karena ketukan ku semakin lama semakin kencang" Ku kerutkan dahiku. "Benarkah? Aku tidak mendengarnya" Rayden, anak tidak sopan. Berani-beraninya i
CYRUS POV Mataku terbelalak melihat orang yang kini di hadapanku. Hampir saja aku membunuhnya jika aku tidak segera melihat ke wajahnya. "Sedang apa kau disini?!" "Emperor?" Kudekatkan belati ku di tenggorokannya ketika ia hendak berdiri. "Jelaskan dengan posisimu" "Aku kemari karena penasaran dengan pelaku jahat itu, jadi aku pikir bisa menangkapnya sebelum emperor sendiri yang kemari dan membahayakan diri" "Kau mencari pelakunya atau kaulah pelaku itu?" matanya terbelalak menatapku. "Ba-bagaimana bisa emperor berkata seperti itu? Apa emperor sudah tidak mempercayaiku?" "Apa yang akan kau pikirkan jika kau menemukan ku disini, disaat para pemuda itu bilang tempat ini adalah rumah si penjahat? Lagipula lihat sekeliling mu.. Rumah ini sepi dan gelap" Tiba-tiba saja Rayden menggenggam kuat belati yang ku pegang. Darah segar keluar dari telapak tangannya yang terluka. "Silahkan bunuh
VALERIE POV Cyrus begitu penasaran dengan alasan ku mengenal si korban. Sebenarnya aku tidak mengenalnya secara pribadi, atau bisa di bilang kami tidak begitu dekat. Tapi.... FLASHBACK "Kau bertemunya dimana?" "Kami tidak sengaja bertemu di pasar, lalu kami sering bertemu hingga akhirnya selama beberapa hari ini kami sering bertemu di dekat danau di tengah hutan" ujar salah satu pelayan castle diantara 5 pelayan lain yang berdiri melingkar dengannya. "Kenapa kau menemuinya disana?" "Dia bilang orang tuanya sangat religius, jadi dia tidak boleh memiliki hubungan dengan lawan jenis sampai dia berumur 30 tahun" Bukan maksudku untuk menguping, tapi pembicaraan mereka dapat terdengar dengan jelas meski aku berdiri di seberang meja mereka sembari memotong beberapa wortel untuk hindangan makan siang emperor. "Apa ia begitu tampan?" "Tentu saja. Dia setiap bertemu denganku menggunakan jubah, dan itu menambah kesan kerennya dimataku" "Kapan kalian akan bertemu kembali?" "Malam ini di
VALERIE POV Dengan cepat dia mendorong penjahat itu dan menghunuskan pedang yang ia bawa untuk melawan. Dia berdiri membelakangiku, tapi... Aku tahu tubuhnya. Seseorang yang ahli dalam berpedang. Memiliki suara berat dan langkah yang panjang. "Alessio.." gumamku saat melihat wajahnya ketika ia melangkah memutar untuk menghindari pedang tajam musuhnya. Sedang apa dia disini? Kenapa dia disini? Untuk apa dia kemari? "Valerie.." Cyrus datang dengan tergesa-gesa bersama beberapa prajurit yang langsung membantu Alessio. "Kau tidak apa-apa?" wajahnya penuh ke khawatiran. Wajah dingin yang tak pernah sudi menatapku.. Kini menatapku dengan mata bergetar khawatir. "Valerie.." lirihnya yang tidak mendapatkan respon dariku. Ingin ku tatap lama wajah yang kini berdiri di hadapanku, tapi.. Tatapanku tidak dapat teralihkan dari tangan Alessio yang terus mengalirkan darah segar. Kini sang penjahat terbarik diatas tanah yang dingin dengan nafas terengah-engah. Para prajurit segera mengikat k
CYRUS POV Aku duduk di samping tempat tidurku seraya berdoa kepada tuhan agar ia menyelamatkan sahabatku, Rayden. Lukanya sangat parah, bahkan ia kehabisan banyak darah saat terakhir dokter mengobatinya. Ku topang kepalaku pada kedua tanganku. Sudah dua hari Rayden tidak ada perubahan, dan sudah dua hari juga aku diam disini tanpa tidur, tanpa makan, bahkan tanpa minum. "Emperor" Suara Valerie mengagetkanku. "Ya?" jawabku seraya menoleh ke arahnya. Ku lihat troli makanan yang ia bawa di sampingku. "Sarapan emperor sudah siap" "Sarapan?" tanyaku bingung. Apa ini sudah pagi? Ku menoleh kebelakang dan melihat langit yang berwarna biru terang telah dihiasi dengan awan cantik. "Aku.. Sudah berapa hari ini?" tanyaku kepada Valerie. "Sudah 3 hari" "Bukan 2 hari? Sudah 3 hari tapi.. Tapi kenapa Rayden masih belum sadar?" aku bangkit dari duduk ku. "Kau segera panggil dokter terhebat di negeri ini. Dokter yang kemarin pasti tidak bekerja dengan benar makanya Cyrus masih dalam kondisi
CYRUS POVTerjadi kekacauan di hari eksekusi. Beberapa prajurit terlatih membentuk 2 barisan di depan dan belakangku. Dengan insting yang kuat dan sikap terlatih, mereka melindungiku dari hal-hal mengejutkan yang baru saja terjadi. Langkahku berhenti ketika wakil Rayden menghampiri. "Ada apa?" tanyaku."Kami tidak dapat menemukan tuan Aether dan penculik itu di sekitar castle. Mohon izin untuk melakukan pencarian lebih luas""Ya, lakukan apapun yang terbaik untuk mengurangi kecemasan masyarakat" ujarku sebelum akhirnya aku masuk ke dalam castle, tepat setelah memberikan kedua sarung tangan hitamku ke salah satu pelayan yang berdiri di dekat pintu masuk. "Tinggalkan aku" perintahku langsung dituruti oleh para prajurit yang mengikuti ku sejak tadi. Aku dengan cepat membuka pintu kamar dan.. Mataku terbelalak melihatnya."Sepertinya ada kekacauan di luar" pria tangguh yang penuh perban di tubuhnya, berjalan mendekat ke arahku meski langkahnya tertatih."Rayden.." aku melangkah dengan
CYRUS POVKepalaku rasanya akan meledak setelah bekerja beberapa jam. "Ya tuhan, kenapa kau menghukum ku seperti ini" gumamku seraya mengaduk kopi panas yang ada di tanganku."Mau sampai kapan emperor disini?""Ada masalah?" ku seruput kopi yang berubah menjadi hangat karena cuaca yang dingin."Tidakkah hari ini sangat dingin? Bahkan jaket ditambah sweater tidak mampu menahan dinginnya pagi ini""Rayden.. Sudah berapa hari kau berada di kamar mu sejak kau sadar?" keluar uap disetiap kata yang ku ucapkan."Dua minggu kurang lebih"Aku menoleh ke arahnya. "Tidakkah menurutmu itu terlalu lama untuk seorang panglima hebat seperti mu?"Rayden hanya tersenyum lebar seraya tertunduk. "Ck, pemalas""Ey, jangan bicara seperti itu. Menjadi panglima pribadi mu adalah pekerjaan yang sulit. Aku harus bekerja dengan waktu, belum lagi kau selalu keluar diam-diam ditengah malam. Apa kau tau perasaanku saat masuk ke dalam kamar mu, dan kau tidak ada di atas tempat tidur?""Kau sedang mengeluh?" ku te
VALERIE POVDengan bantuan Cyrus dan Rayden, kami semua berhasil tiba di rumah dengan selamat. Perlahan tubuh Alessio direbahkan di atas tempat tidur. Rasa sakitnya pasti sudah berkurang akibat obat yang diberikan Alexa. Wajahnya kini tidak terlalu pucat, dan keringat dingin perlahan mulai berkurang. "Obat ini harus di minum dua jam sekali. Dan obat oles ini, sebisa mungkin di gunakan saat obat yang sebelumnya telah kering." Dua botol dengan cairan hijau diletakkan di atas laci. Yang membedakan hanya tekstur cair dan kental dari masing-masing botol. "Terimakasih," ujarku yang menemukan bahwa sejak tadi Alexa masih menatap Alessio dengan sedih. "Sebaiknya kita kembali." ujar Cyrus yang mencoba mengajak Alexa keluar dari kamar ku. "Tidak bisakah, aku disini malam ini?" pertanyaannya membuat semua orang sedikit terkejut. Bagaimana bisa seorang gadis tinggal bersama pria yang sudah menikah? Terlebih mereka hanya sebatas teman. Apa yang akan dibicarakan semua orang yang mengetahuinya?
Valerie POVSinar senja yang menyinari mereka, menambah keindahan dan keromantisan ketika mereka saling menatap. Ku sadari posisi ku saat ini. Siapa aku di dalam kehidupannya? Hanya seorang wanita yang pernah menyakiti hatinya begitu dalam, hingga ia harus menjauhkan diri dari semua orang.Sampai saat ini, aku masih menyesali hal tersebut. Tapi saat ini, hati ku yang sakit melihatnya."Mau sampai kapan kau menatap mereka?" suara Alessio dari sampingku. Sejak kapan ia berdiri disana?"Kau tidak punya pekerjaan? Enak sekali jadi dirimu, bisa bersantai saat yang lain sibuk memasak untuk makan malam." ia berlalu pergi melewati ku.Dengan cepat aku berjalan di sampingnya. Tak terima dengan apa yang baru saja ia katakan. "Bersantai? Aku bekerja sejak pagi, tapi kau yang datang di waktu yang tidak tepat. Jadi kau hanya melihat ku yang sedang beristirahat, bukan yang sedang bekerja." Tiba-tiba ia berhenti dan menoleh ke arahku. "Sejak kapan kau bicara panjang seperti ini?" Aku seperti s
CYRUS POV"Apa kau ingin melakukan hal buruk di wilayah ku?" Tawanya membuatku semakin kesal dan bingung. "Hal buruk? Bukankah aku adalah penyelamat di negeri ini? Bagaimana bisa kau ..." Ia menghela nafas. "Ini sudah musim semi. Banyak bunga yang baru terbentuk dengan warna yang indah. Dan aku rasa, kau adalah bunga itu." Entah karena terlalu banyak alkohol yang ku minum, atau memang ia berbicara omong kosong. Aku tidak dapat mengerti yang ia katakan. "Terserah kau saja, tapi ingat. Jangan lakukan hal yang tidak baik di dalam castle. Mungkin bagi mu, itu hanyalah tempat tinggal, tapi bagiku, castle layaknya kuil. Harus tetap suci dan bersih dari tindakan tidak pantas.""Ya, mari kita jaga wilayah masing-masing."Minuman keras ia teguk tanpa ragu. Bibirnya menyunggingkan senyuman yang membuat siapapun yang melihatnya, akan merasa curiga kepadanya. Niat hati ku datang kemari untuk menghilangkan seluruh perasaan resah dan beban yang ku rasakan sejak beberapa terakhir, tapi dengan b
CYRUS POVTidak ku sangka, Alessio memang serendah itu. Bagaimana mungkin ia mengkhianati Valerie disaat seperti ini. Dia adalah suaminya, Valerie yang baru sembuh membutuhkan dukungannya, tapi dia malah bersama wanita lain. "Menjijikkan.""Apa ada yang salah?" Aku tersadar setelah mendengar suara Rayden. Kertas di tanganku sudah tidak berbentuk akibat kepalan kuat yang ku lakukan sejak tadi. "Apa sesuatu yang buruk tertulis disana? Emperor terlihat kesal." "Tidak." ku rapihkan kembali sebisanya. "Tidak ada apa-apa." Rayden hanya mengangguk tanpa bertanya lebih lanjut. "Rayden," aku sempat ragu untuk mengatakannya. "Apa ... Kau dengar kabar dari Valerie?" "Kabar apa yang ingin emperor dengar darinya?" "Maksudku, ini sudah tiga hari sejak ia sakit. Menurutku, dia sudah baik-baik saja hingga dapat membantahku saat di rumah bibi, lalu kenapa ia tidak masuk bekerja?" "Aku bukan pengasuhnya, jadi cukup sulit untuk menjawab pertanyaan emperor." Aku tau dia hanya bercanda, tapi mat
CYRUS POV "Apa yang kalian lakukan?!" Valerie keluar rumah dengan penuh amarah. "Apa kalian tau bibi sedang sakit saat ini!" Ku masukkan kembali pedang ke tempatnya. "Justru itu aku ingin melihatnya! Kenapa tidak ada satupun dari kalian yang mengerti?!" "Kami bukan tidak mengerti" Alessio berdiri diantara aku dan Valerie. "Kami sedang melindungi emperor di negeri ini dari penyakit mematikan" "Bibi adalah keluargaku" "Dan Bibi adalah penyelamatku" tungkas Alessio. "Bibi bukan hanya keluarga mu, tapi dia keluarga semua orang di sekitar sini. Banyak orang memohon untuk bisa menjenguk tapi kami menolaknya, lalu untuk apa kami membiarkan emperor masuk ke dalam? Bagaimana jika daya tahan tubuh emperor lemah hingga menyebabkan kematian? Apa emperor kami adalah seseorang yang sangat tidak bertanggung jawab?" Setelah keributan panjang, akhirnya kuping dan otak ku kembali bekerja. Aku mendengarkan semua ucapan Alessio. "Kami akan melaporkan perkembangan kesehatan dari bibi Selena, tapi em
CYRUS POVKedua mataku terbuka dengan jantung yang berdegup kencang, dan keringat yang membahasi seluruh tubuhku.Sebisa mungkin aku mengatur nafas dengan menyandarkan tubuhku di kursi yang sedang ku duduki. "Astaga" kepalaku mulai terasa berat meski keringat perlahan mengering akibat hembusan angin dari jendela yang terbuka. Tok tok tok"Masuk" jawabku seraya menopang kepala dengan kedua tangan. "Emperor.." "Ada apa?" tanyaku tanpa menoleh."Ini tentang virus yang menyebar di kota" dengan cepat aku menatap Rayden yang kini berdiri di hadapanku. "Penyebarannya begitu cepat hingga 89% warga sudah terkena virus tersebut. Bahkan.. Kurang lebih 150 jiwa meninggal dunia" "Meninggal?" dengan perasaan bingung, aku bangkit dari duduk. "Aku tidak mendengar kabar itu. Jumlah yang tidak sedikit untuk ditutupi" "Bukan ditutupi, tapi banyak yang tidak membicarakannya dan memilih fokus pada yang masih hidup" Rayden meletakkan laporan keluhan dari beberapa perdana menteri. "Beberapa menteri sud
CYRUS POVAku berjalan menuju dapur setelah kembali dari taman."Siapkan makanan manis untuk ku dalam 15 menit dan bawa ke ruangan kerja ku" "Baik" jawab para pelayan secara bersamaan.Langkah kaki membawaku pergi menjauh menuju ruang kerja, tapi hanya tinggal beberapa langkah dari ruangan, aku memutar arah menuju perpustakaan yang jaraknya berlawanan arah. "Tidak bisakah kita beristirahat sejenak dari agenda jalan-jalan ini?" Ku berbalik menatap pria tukang mengeluh ini. "Jika kau merasa lelah mengikuti ku, mungkin lebih baik jika kau kembali ke keluarga mu" "Bukan begitu maksud ku. Emperor sudah berkeliling castle ini tiga kali. Bahkan emperor sudah pergi ke dapur 4 kali untuk mengganti setiap menu yang sebelumnya dipesan"Ku letakkan kedua tanganku di pinggang. "Mereka tidak ada masalah dengan itu, lalu kenapa kau merasa keberatan?" "Emperor, mengertilah. Wajah mereka terlihat bingung dan.. Apa emperor tidak melihat meja mereka? Hidangan untuk menu sebelumnya sudah hampir jadi
VALERIE POV Ketika mataku terbuka.. "Cyrus?" suaraku hampir tidak ada. Seperti orang berbisik, tapi sama sekali tidak terdengar dengan jarak yang cukup jauh. "Kau akan baik-baik saja. Dokter bilang virus yang sedang terjadi, berhasil menyerang mu. Dia sudah memberikan resep obat, kau harus menghabiskannya" Aku terdiam. Merasakan rasa ngilu yang menjalar ke seluruh tubuhku dengan cepat. "Kau harus pergi" lirihku dengan mata yang terasa berat, seperti orang mengantuk. Dia tersenyum lebar. "Kau takut kalau aku tertular? Tubuhku ini sudah begitu kebal dengan hal seperti itu" tawa kecil terdengar cukup jelas di telingaku. "Kau istirahatlah. Baru saja aku memberi mu obat" Tangan yang menyentuh puncak kepalaku terasa begitu hangat dan menenangkan. Ingin kedua mataku tetap terbuka, tapi rasa kantuk ini sudah di luar kendali ku. Alhasil, hanya gelap yang terakhir aku ingat. ******Apa aku tidur cukup lama? Suara burung terdengar begitu jelas. Rasanya seperti mereka bernyanyi di telingak
AUTHOR POV"Valerie, tolong berikan camilan ini ke ruangan emperor sebelum kau pulang" ujar kepala pelayan seraya memberikan satu troli berisikan biskuit, teh hangat dan beberapa kue kering lainnya. Sudah 3 kali mengetuk pintu, tidak ada sedikitpun jawaban dari emperor. Valerie memutuskan untuk masuk ke dalam. Dari balik pintu ia melihat Cyrus yang melamun hingga tidak sadar akan jendela yang terbuka akibat angin yang behembus kencang."Saya datang untuk memberikan camilan malam" Valerie meletakkan troli camilan itu di samping meja, tapi Cyrus masih tidak sadar akan kehadirannya. Khawatir sang emperor merasa kedinginan, Valerie menutup kedua jendela dan menguncinya. "Haruskah aku berpamitan kepadanya? Dia seperti sedang berada di dunianya sendiri"Meski berniat untuk langsung pergi, tapi Valerie yang memiliki sikap 'tidak enak' akhirnya memutuskan untuk berpamitan. "Emperor?"Tiba-tiba salah satu jendela kembali terbuka hanya dengan satu hentakan angin kencang diluar. Dan itu cuk