Share

Nikah?

last update Last Updated: 2021-06-22 16:40:29

"Ya ampun, Ibu. Aku udah panik banget, lho, kirain kecelakaan gimana gitu. Ternyata cuman kegores sama pisau dikit doang, ya Allah." Lawren mengusap dadanya, ia harus sabar menghadapi ibunya yang terlalu dramatis.

"Lagian kamu, Ren, suka kebiasaan pulang malem terus. Ibu, tuh, khawatir. Anak gadis kok pulangnya nggak diatur. Kamu yang ngelakuin, tetangga tuh yang repot!" Racun—ibu Lawren mengoceh.

"Tetangga terus, tetangga aja tuh urusin. Apa-apa bahasnya tetangga, anak sendiri gak dibelain!" Lawren membalas ucapan ibunya.

"Jadi anak kelewat bobrok, ya, kamu. Ngomong sama orang tua kayak gitu, nggak sopan banget!"

"Lagian ibu, sih, in—"

"Gue pulang dulu, ya, Ren," ucap Nikel yang dari tadi menyimak perdebatan kedua orang itu. "Saya pamit, Tante," lanjut Nikel melirik ibu Lawren.

Ibu dan anak itu saling menyenggol, tentu saja mereka lupa bahwa ada Nikel di sana. Karena, Nikel yang mengantar Lawren pulang. Ah, mereka menjadi tak enak pada pria tampan satu ini.

"Eits ... jangan dulu! Kita belum makan malam sama-sama." Racun mencegah Nikel agar tak pulang buru-buru.

"Aduh, Tante. Nikel udah makan banyak tadi," ucap Nikel jujur.

"Iya, Bu. Lawren juga masih kenyang."

"Pokoknya, kalian harus makan lagi, cepet!" Racun menarik lengan kedua anak muda itu, membawanya ke ruang makan. Nikel dan Lawren hanya menurut pasrah.

°°°

Di sisi lain, suara desahan terdengar bersahutan, sepertinya ada orang yang sedang bersenggama. Desahan mereka pastinya sangat nikmat, melampiaskan efek dari obat perangsang yang ditaruh di dalam minuman yang mereka minum. Sialan, entah siapa pelakunya.

"Ahhhh ... sssttt ... lo enak, Sel," ucap Xenon seraya memompa miliknya.

"Terus, Xen, ahhhh," sahut Selen yang sama menikmatinya.

Pompaan di bawah sana dipercepat, mereka sama-sama akan melepas orgasmenya. Sebenarnya, sejak tadi mereka telah beberapa kali orgasme, tetapi masih merasa belum puas. Efek dari obat itu terlalu tinggi.

"Lebih cepet lagi, Xen, aaaahhhh!"

"Terus, aaaahh!"

"Iya sayangngggghhhhhhhhh."

"Aahhhhhhh," ucap mereka bersamaan, tubuh mereka lemas. Xenon menindih tubuh Selen, memeluknya erat.

Setelah aksi ciuman di dalam mobil, Xenon benar membawa Selen ke apartement-nya. Dia tak mau menggantungkan aktivitasnya, Selen harus tuntas malam itu juga. Selen yang sama dalam pengaruh obat, tak menolak sedikit pun, ia dengan suka rela digendong oleh Xenon masuk ke dalam apartement.

Akibat obat perangsang itu, kini Selen tengah bersenggama dengan Xenon—pria yang dicintainya, meskipun caranya sungguh di luar dugaan. Selen melepas keperawanannya malam itu juga, di bawah kungkungan badan kekar Xenon. Meskipun ada sedikit tak rela dalam hatinya, tetap saja Selen menikmati setiap sentuhan Xenon pada tubuhnya.

Xenon kembali mencium bibir Selen secara perlahan, tidak brutal seperti sebelumnya. Kini, Xenon menciumnya penuh kelembutan, seakan tak mau lepas dari pagutan mereka. Balasan ciuman dari Selen menjadi candu bagi Xenon. Tangannya tak mau tinggal diam, terus saja memainkan puting payudara Selen, membuat si empunya tak karuan.

Ciuman Xenon turun ke leher, menggigit, dan menghisapnya secara perlahan, menimbulkan bercak merah keunguan di sana. Setelahnya, ciuman itu terus turun ke bawah, tepat pada payudara Selen. Xenon mencium, dan menghisap putingnya kuat, tangannya bermain di payudara yang satunya, terus bergantian.

"Udah, Xen, gue capek." Selen memelas.

"Tubuh lo masih mau. Satu kali lagi, ya?"

Memang benar, reaksi tubuh Selen berbeda dari yang diucapkan. Akhirnya, ia pun mengangguk tanda setuju. Setidaknya Selen harus bersyukur, karena yang mengambil keperawanannya adalah orang yang ia cintai.

Aksi mereka terus berlanjut, sampai keduanya merasa kelelahan. Akhirnya, mereka pun tertidur saling memeluk satu sama lain, badan mereka polos tanpa sehelai benang. Hanya saja, akibat cuaca yang dingin, Xenon mengambil selimut untuk menutupi tubuh keduanya.

                              °°°

Ting!

Suara lift terbuka, sepasang suami-istri berjalan bergandeng tangan. Tujuan mereka adalah menemui anaknya yang tinggal di apartement lantai 10. Kini, mereka telah sampai, memencet bel yang ada di depan pintu apartement, tak kunjung ada yang membukanya.

"Kayaknya dia nggak ada, deh, Pah," ucap sang istri pada suaminya.

"Coba pencet lagi, Mah!" perintah sang suami.

Titanium pun mengangguk, dia mulai memencet tombol bel itu kembali, tetap saja nihil. Akhirnya dia memutuskan untuk membuka tasnya, mengambil ponsel yang ditaruh di sana.

"Mamah mau telpon dia?" tanya Seng—sang suami.

"Nggak, Pah. Waktu itu mamah pernah dikasih kode pintunya, bentar mamah cari dulu," jawab sang istri. Seng hanya mengangguk, tanda setuju.

"Ketemu, Pah!" serunya antusias, setelah beberapa detik scroll chat antara dia dan anaknya.

"Ya udah, sini," ucap sang suami, yang langsung memencet satu per satu angka untuk membuka pintunya .

Kode berhasil, pintu pun terbuka. Akhirnya mereka bisa masuk ke dalam apartement tersebut, Titanium beberapa kali memanggil nama anaknya, tak kunjung ada jawaban. Mereka memutuskan untuk masuk ke dalam kamar pribadi anaknya, kebetulan tak dikunci.

"Astagfirullah, Pah!" Sang istri langsung memeluk tubuh suaminya, matanya berkaca-kaca.

"Kenapa?" tanya Seng, dia langsung mengikuti arah telunjuk istrinya.

Dadanya naik turun tak karuan, dia emosi bukan main. Istrinya menangis di pelukannya. "Ssttt ... jangan nangis! Biar papah yang kasih dia pelajaran," ucapnya mengelus puncak kepala istrinya. Dia melepaskan pelukan sang istri, lalu mendekat ke arah anaknya.

"Xenon, bangun kamu!" teriaknya menggema di seluruh ruangan.

Suara itu mampu membangunkan kedua insan yang tengah tertidur pulas, Xenon dan Selen terbangun dengan wajah kebingungan. Xenon terkejut bukan main, tatkala melihat papahnya yang menatap garang, dia melirik ke arah samping kiri ibunya tengah menangis. Suara isakan pun terdengar di dekatnya, ya, Selen ikut menangis.

Demi apa pun Selen kaget, pasalnya orang yang berteriak memanggil nama Xenon, lalu dilihat dirinya tertidur bersama Xenon. Bayangan semalam terlintas dalam benaknya, begitu kotornya dia sekarang ini. Kini, keperawanannya telah hilang, meskipun dia mencintai Xenon, tapi bukan cara seperti ini yang Selen mau.

"Apa yang sudah kamu lakukan dengan dia, Xenon?" tanya papahnya.

"Pah, aku bisa jelasin," jawab Xenon lemah.

Plak!

"Bajingan!" 

Tamparan keras mengenai wajah Xenon, sudut bibir yang terkena tamparan papahnya mengeluarkan cairan merah kental. Tentu saja sangat perih, tetapi tak sebanding dengan perih hatinya. Papahnya kecewa, begitu pun dengan mamahnya sudah pasti. Apalagi Selen, meskipun Xenon cuek, dia masih memikirkan perasaan Selen yang menangis di sampingnya saat ini.

"Maaf," ucap Xenon pelan.

"Bersihkan tubuh kalian, kami tunggu di ruang tamu!" perintah Seng—papahnya Xenon. Dia ke luar dari kamar, merangkul istrinya yang masih saja menangis. Xenon mengangguk, begitu pun dengan Selen di tengah isakannya.

“Maafin gue,” ucap Xenon merangkul tubuh Selen.

“Gue emang cinta sama lo, tapi bukan mau kayak gini. Gue juga bodoh, nggak bisa nolak lo,” ucap Selen menyesal.

“Maaf.” Xenon mengusap air mata Selen. Tidak ada jawaban dari Selen, dia juga tahu bukan hanya Xenon yang bersalah, tapi dirinya. Memang salah keduanya, sama-sama tidak bisa mengontrol efek dari obat sialan itu. Yang paling sialan, adalah pelaku di balik itu semua yang menjebak mereka.

“Lo mandi duluan, gih, ntar gue belakangan. Kita udah ditungguin.” Hal terpanjang yang Xenon katakan pada Selen, gadis itu mengangguk. Selen melilitkan selimut pada tubuhnya, lalu bergegas menuju kamar mandi. Sementara Xenon memalingkan dirinya agar tidak menatap Selen, lebih tepatnya tubuh Selen.

                              °°°

Thalium mondar-mandir tak karuan, ia sangat khawatir dengan keadaan Selen. Pasalnya, gadis itu semalaman tak pulang ke rumah. Selen biasanya memberikan kabar jika akan menginap di rumah siapa pun. Untuk bertanya pada teman-teman Selen pun, Thalium tak mempunyai nomor telepon mereka.

“Ah, gue kepoin i*******m non Selen aja.” Thalium membuka layar benda pipihnya, langsung meluncur pada aplikasi i*******m. Ia mencari siapa teman terdekat Selen melalui foto yang diunggah, di sana banyak foto bertiga.

“Nah, ini Nikel, sama Lawren,” ucap Thalium. Ia meng-klik satu per satu nama yang dicurigai akun sahabatnya Selen. Sebenarnya Thalium mengetahui kedua orang itu, sayangnya tidak terlalu akrab. Kebetulan, di bio i*******m Lawren ada nomor ponselnya, langsung saja Thalium menyalin nomor tersebut dan memanggilnya lewat telepon biasa.

“Semoga aja diangkat.” Thalium harap-harap cemas. Terdengar suara nada dering, tetapi tak kunjung mendapatkan jawaban dari Lawren. Thalium mencobanya berulang-ulang hingga telepon tersebut tersambung.

“Hallo,” sapa Lawren di seberang sana. “Ini siapa, ya?” tanyanya.

“Hallo, ini Lawren temennya Selen, ya? Gue Thalium, orang yang kerja di rumah Selen. Mohon maaf, lo tahu Selen di mana?” tanya Selen to the point.

“Iya, gue Lawren. Loh, emangnya Selen nggak pulang, Kak?” tanya Lawren.

“Nggak, makanya gue nanya ke lo,” jawab Thalium.

Detik itu juga Lawren panik bukan main, ia merasa bersalah telah pulang duluan bersama Nikel. Bahkan, Lawren tidak menelpon Selen lagi, dikarenakan ia langsung tertidur setelah acara makan malam kedua bersama ibunya, dan Nikel.

“Hallo?” Thalium menyadarkan Lawren di seberang sana.

“Jadi, gini, Kak. Semalem gue sama Nikel pulang duluan, karena ibu gue kecelakaan. Gue buru-buru, kirain gue, ibu kecelakaan parah, ternyata kegores pisau doang. Nah, terus gue ketiduran selepas makan kedua bareng ibu, lupa juga gak nelpon Selen. Gue kira tuh anak pulang ke rumah,” jelas Lawren.

“Gini aja deh, Kak. Gue ke sana sekarang, kita cari Selen sama-sama,” ucap Lawren menenangkan Thalium.

“Oke, gue tunggu.”

Kekhawatiran Thalium semakin meningkat, sahabat Selen pun tidak mengetahui keberadaan gadis itu. Memang, Thalium sangat menyayangi Selen layaknya adik kandung sendiri. Dia takut terjadi hal yang tak diinginkan pada Selen. Demi apa pun, Thalium sungguh mengkhawatirkannya.

                              °°°

“Ayo, kita temuin orang tua gue!” ajak Xenon berusaha tenang.

“Gue takut,” ucap Selen jujur.

“Nggak papa.” Xenon menggenggam tangan Selen erat. Mereka berjalan menuju ruang tamu, jantung mereka berpacu lebih cepat.

“Duduk!” perintah Seng—papah Xenon.

Xenon dan Selen pun duduk di sofa, seraya menunduk. Mereka merasa malu atas tindakan tak senonohnya. Seng dan Titanium memperhatikan mereka lekat. Sungguh, Titanium tak tega dengan gadis yang telah disetubuhi oleh putranya. Mau bagaimana pun ceritanya, atas dasar suka sama suka sekali pun, tetap saja putranya bersalah telah merenggut mahkota seorang perempuan.

“Jelaskan secara rinci kejadiannya!” Seng menatap Xenon dan Selen secara bergantian.

Xenon menceritakan semuanya secara detail, dari awal hingga akhirnya mereka melakukan hal itu. Sungguh, bukan sesuatu yang direncanakan memang, mereka sama-sama terjebak. Seng dan Titanium menyimak apa yang dijelaskan oleh putranya.

“Benar begitu, Nak?” tanya Titanium pada Selen, hal itu diangguki oleh Selen.

“Siapa namamu?” tanya Titanium.

“Selenium Rutherfordium,” jawab Selen seraya menunduk.

“Aku kenal orang tuamu dengan baik, Nak. Aku akan hubungi mereka sekarang untuk membahas pernikahan kalian.” Seng berujar tegas.

Selen dan Xenon bertatapan. “N-nikah?” tanya keduanya bersamaan.

Related chapters

  • Young Marriage   Jadi?

    "Kita harus cari ke mana?" tanya Thalium pada Lawren dan Nikel yang berada di hadapannya."Bentar, gue telepon Wolfram dulu," ucap Nikel. Lawren dan Thalium mengangguk.Mereka memperhatikan ponsel Nikel yang berdering, beberapa detik kemudian sapaan di seberang sana terdengar dengan sangat jelas."Yo, ada apa, Nik?" tanya Wolfram."Hallo, Fram. Lo tahu gak, Selen ke mana, kemaren pulangnya sama siapa? Soalnya dia nggak pulang ke rumah, nih. Kita-kita khawatir banget sama keadaan dia.""Selen? Nggak pulang? Gue tutup dulu teleponnya, nanti kalo ada info gue kabarin!"Tut ...Panggilan diputuskan secara sepihak, Lawren, Nikel, dan Thalium mengangguk pasrah. Mereka akhirnya duduk di taman, menunggu kabar dari Wolfram. Mereka percaya, Wolfram akan menghubunginya kembali.°°°Di sisi lain, Wolfram tengah panik. Dia takut Xenon berubah menjadi psikopat gila, sehingga melukai Selen. Mengingat sebegitu di

    Last Updated : 2021-06-23
  • Young Marriage   Beneran Nikah

    Empat hari telah berlalu, semenjak kejadian antara Xenon dan Selen. Tiga hari kemarin, mereka masih sekolah seperti biasanya. Hanya saja, mereka tidak bertemu satu sama lain.Kenapa demikian? Ya, Selen mati-matian menurunkan egonya untuk tidak mengganggu Xenon. Dikarenakan, terdapat dalam adat pernikahannya bahwa calon pengantian pria dan wanita tidak boleh bertemu beberapa hari. Hal itu sudah menjadi kebiasaan bagi keluarga mereka dan warga di sekitar sana.Xenon pun menjalani hari-harinya dengan latihan bersama anggota band Lantan, karena selain menjadi bagian band di sekolah, band Lantan juga kerap dipanggil ke acara-acara di luar sekolah. Xenon sebagai sang gitaris, sekaligus vokalis tentunya menjadi pemeran utama.Sementara Selen, selepas pulang sekolah dia ditemani Lawren dan Thalium di rumahnya untuk melakukan perawatan tubuh, dan lain-lain.Hari ini, adalah hari pernikahan mereka, tepat pada pukul 8 nanti ijab qobul akan dilaksan

    Last Updated : 2021-06-23
  • Young Marriage   Satu Rumah

    Xenon menurunkan Selen dari gendongannya. Selen tersenyum manis pada suaminya itu, sungguh hal yang paling ia idamkan dari dahulu menjadi kenyataan."Makasi, Mas suami," ucap Selen semanis mungkin."Jijik," sahut Xenon seraya berjalan ke kamar."Ih, nyebelin banget lo!" Selen sebal bukan main.Xenon menutup pintu kamarnya secara perlahan, sedangkan Selen bingung harus bertindak seperti apa. Apakah dia harus mengikuti Xenon ke dalam kamar, atau berdiam diri saja? Sungguh, bayangan semalam bersama Xenon menghantui pikirannya, ia bergidik ngeri."Gue tidur di mana, ya?" tanya Selen bingung."Lo mau terus-terusan berdiri di situ?" Suara itu mengagetkan Selen yang tengah kebingungan.Selen bergidik, lalu menoleh ke arah Xenon yang berada di depan pintu kamar, kedua tangannya dimasukan ke dalam saku celana. Kepalanya bersender pada tembok, seraya tersenyum smirk pada Selen."Terus, gue harus ke mana?" tanya Selen polos.

    Last Updated : 2021-06-25
  • Young Marriage   Janggal

    Kemacetan di jalanan Jakarta bukan semata-mata omong kosong belaka. Seorang pria duduk di kursi kemudi mobilnya, seraya mengacak rambutnya kasar.Hari ini, dia rela bolos sekolah untuk mengunjungi kafe Sianida. Sialnya, macet menghambat perjalanannya menuju kafe tersebut. Ya, dia adalah Wolfram yang sedang menjalankan tugas dari om-nya. Sebenarnya, dia bisa saja mengunjungi kafe di sore atau malam hari, tetapi rasa penasaran yang sudah menjalar membuatnya ingin lebih awal pergi ke sana."Shit, macetnya panjang bener," ucapnya frustasi.Sudah tiga puluh menit Wolfram terjebak kemacetan, ia lupa bahwa hari ini adalah hari Senin, di mana semua orang mulai beraktivitas kembali. Harusnya, Wolfram menunda keberangkatannya sekitar satu jam, agar kepadatan jalanan mulai berkurang. Sayangnya, ia salah memprediksi waktu."Kok, bisa ya, gue lupa kalo hari ini hari Senin." Wolfram mengacak rambutnya.Tin ... Tin ... Tin ....Suara klakson sa

    Last Updated : 2021-06-27
  • Young Marriage   Pelacur

    Sesampainya Lawren di kelas, dia begitu heran ketika melihat tas Selen yang telah berada di bangkunya. Sedangkan orang yang mempunyai tas itu tidak ada di kelas. Ke mana Selen pergi? Biasanya, jika Selen datang terlebih dahulu, dia akan menunggu hingga Lawren datang. Namun, saat ini gadis itu tidak ada di tempatnya."Heh, lo lihat Selen nggak?" tanya Lawren pada teman sekelasnya."Nggak tuh," jawab Si Cowok berkacamata."Oke, makasih, ya," ucap Lawren.Dia inisiatif untuk menelepon sahabatnya itu, tetapi tidak ada jawaban sama sekali. Hanya ada dering ponsel yang terdengar di telinganya."Di mana sih, tuh anak," gerutu Lawren.Lawren duduk di bangkunya, dia terus menelepon Selen berulang kali. Sungguh, perasaannya resah takut sesuatu terjadi pada sahabatnya. Sedetik kemudian, Lawren baru mengingat bahwa Selen telah menikah dengan Xenon.Lawren menepuk jidatnya. "Gue telepon Xenon, deh," gumamnya pelan, takut diketahui orang lain.

    Last Updated : 2021-07-07
  • Young Marriage   Pengecekan ulang

    Wolfram memasuki pekarangan rumah keluarga Seng, dia perlu menemui pria paruh baya itu untuk memperlihatkan hasil rekaman cctv yang terdapat di kafe Sianida.Pria itu turun dari mobil, tampak Seng berada di halaman rumah, sedang menunggu kedatangannya. Wolfram tersenyum pada Seng, lalu berjalan ke arahnya."Siang, Om," sapa Wolfram ramah."Siang, Wolf. Gimana hasilnya?" tanya Seng tanpa basa-basi.Wolfram segera duduk di bangku tepat di depan Seng, dia memberikan flashdisk pada Seng. Tampak pria paruh baya itu mengerutkan dahinya heran. Tidak mau berbelit-belit, Seng segera memasangkan flashdisk itu pada laptop di hadapannya.Seng mengamati rekaman cctv itu dengan jeli, dahinya berkerut mengenai hal itu. Wolfram sangat jelas melihat bahwa Seng tengah kebingungan."Di jam waktu kalian di sana, kenapa tidak ada?" tanya Seng."Justru itu, Om. Sepertinya memang sudah direncanakan, dan pelakunya tentu sangat pandai.""Om heran, apa

    Last Updated : 2021-07-19
  • Young Marriage   Video Clip

    Tepat satu minggu setelah pernikahan Xenon dan Selen, kini tepat hari di mana mereka akan melakukan syuting video clip bersama anak-anak band Lantan, Lawren, dan Nikel. Mereka telah berkumpul di sebuah taman yang tak jauh dari kawasan perumahan Nico dan Nicolas. Bagi yang belum tahu, Nico dan Nicolas itu kembar, di mana Nico adalah sang kakak dan Nicolas adiknya. Peralatan musik telah disiapkan, terlihat di sebelah kanan mereka terdapat gitar, piano, dan drum. Mereka tengah menunggu cameramen datang, sembari mencoba pakaian yang diberikan oleh costume designer. "Baju gue kegedean nggak, sih?" tanya Selen heboh seraya memutarbalikkan tubuhnya. "Nggak, Sel. Udah pas itu," jawab Lawren. "Cocok nggak?" tanya Selen lagi. "Cocok banget, Nona," sahut mereka yang ada di sana. Saking gregetnya dengan tingkah istri dari Xenon. Xenon secara tak sadar ikut mengucapkannya. Beberapa detik kemudian, dia bergidik ngeri atas tindakannya tersebu

    Last Updated : 2021-07-20
  • Young Marriage   Pengakuan

    6 bulan kemudian ....Pernikahan Selen dan Xenon akhirnya tepat 6 bulan, di mana mereka sedikit-sedikit mulai bisa membiasakan pernikahan mereka. Namun, sikap mereka tidak ada yang berubah selama ini. Xenon masih tetap dengan sikapnya, begitu pun dengan Selen.Beberapa masalah mulai berdatangan dalam pernikahan mereka. Seperti hari ini, Selen tengah menyembunyikan ketakutannya tatkala melihat senyuman Xenon. Entah kenapa, dia merasa senyuman Xenon sama persis seperti orang di masa lalunya. Sial, Selen baru menyadari hal itu, karena Xenon jarang sekali tersenyum."Nggak mungkin. Dia pasti orang yang beda," ucap Selen seraya menggeleng. Dia menatap cermin, mengusap wajahnga kasar."Lo mau sekolah atau nggak, hah?" Teriakan itu mampu membuat Selen terkejut. Dia segera mengubah ekspresi wajahnya, lalu ke luar dari kamar mandi."Sorry," cicit Selen.Xenon menarik tangan Selen secara kasar, Selen meringis akibat perlakuan suaminya itu. Merek

    Last Updated : 2021-07-21

Latest chapter

  • Young Marriage   Pengakuan

    6 bulan kemudian ....Pernikahan Selen dan Xenon akhirnya tepat 6 bulan, di mana mereka sedikit-sedikit mulai bisa membiasakan pernikahan mereka. Namun, sikap mereka tidak ada yang berubah selama ini. Xenon masih tetap dengan sikapnya, begitu pun dengan Selen.Beberapa masalah mulai berdatangan dalam pernikahan mereka. Seperti hari ini, Selen tengah menyembunyikan ketakutannya tatkala melihat senyuman Xenon. Entah kenapa, dia merasa senyuman Xenon sama persis seperti orang di masa lalunya. Sial, Selen baru menyadari hal itu, karena Xenon jarang sekali tersenyum."Nggak mungkin. Dia pasti orang yang beda," ucap Selen seraya menggeleng. Dia menatap cermin, mengusap wajahnga kasar."Lo mau sekolah atau nggak, hah?" Teriakan itu mampu membuat Selen terkejut. Dia segera mengubah ekspresi wajahnya, lalu ke luar dari kamar mandi."Sorry," cicit Selen.Xenon menarik tangan Selen secara kasar, Selen meringis akibat perlakuan suaminya itu. Merek

  • Young Marriage   Video Clip

    Tepat satu minggu setelah pernikahan Xenon dan Selen, kini tepat hari di mana mereka akan melakukan syuting video clip bersama anak-anak band Lantan, Lawren, dan Nikel. Mereka telah berkumpul di sebuah taman yang tak jauh dari kawasan perumahan Nico dan Nicolas. Bagi yang belum tahu, Nico dan Nicolas itu kembar, di mana Nico adalah sang kakak dan Nicolas adiknya. Peralatan musik telah disiapkan, terlihat di sebelah kanan mereka terdapat gitar, piano, dan drum. Mereka tengah menunggu cameramen datang, sembari mencoba pakaian yang diberikan oleh costume designer. "Baju gue kegedean nggak, sih?" tanya Selen heboh seraya memutarbalikkan tubuhnya. "Nggak, Sel. Udah pas itu," jawab Lawren. "Cocok nggak?" tanya Selen lagi. "Cocok banget, Nona," sahut mereka yang ada di sana. Saking gregetnya dengan tingkah istri dari Xenon. Xenon secara tak sadar ikut mengucapkannya. Beberapa detik kemudian, dia bergidik ngeri atas tindakannya tersebu

  • Young Marriage   Pengecekan ulang

    Wolfram memasuki pekarangan rumah keluarga Seng, dia perlu menemui pria paruh baya itu untuk memperlihatkan hasil rekaman cctv yang terdapat di kafe Sianida.Pria itu turun dari mobil, tampak Seng berada di halaman rumah, sedang menunggu kedatangannya. Wolfram tersenyum pada Seng, lalu berjalan ke arahnya."Siang, Om," sapa Wolfram ramah."Siang, Wolf. Gimana hasilnya?" tanya Seng tanpa basa-basi.Wolfram segera duduk di bangku tepat di depan Seng, dia memberikan flashdisk pada Seng. Tampak pria paruh baya itu mengerutkan dahinya heran. Tidak mau berbelit-belit, Seng segera memasangkan flashdisk itu pada laptop di hadapannya.Seng mengamati rekaman cctv itu dengan jeli, dahinya berkerut mengenai hal itu. Wolfram sangat jelas melihat bahwa Seng tengah kebingungan."Di jam waktu kalian di sana, kenapa tidak ada?" tanya Seng."Justru itu, Om. Sepertinya memang sudah direncanakan, dan pelakunya tentu sangat pandai.""Om heran, apa

  • Young Marriage   Pelacur

    Sesampainya Lawren di kelas, dia begitu heran ketika melihat tas Selen yang telah berada di bangkunya. Sedangkan orang yang mempunyai tas itu tidak ada di kelas. Ke mana Selen pergi? Biasanya, jika Selen datang terlebih dahulu, dia akan menunggu hingga Lawren datang. Namun, saat ini gadis itu tidak ada di tempatnya."Heh, lo lihat Selen nggak?" tanya Lawren pada teman sekelasnya."Nggak tuh," jawab Si Cowok berkacamata."Oke, makasih, ya," ucap Lawren.Dia inisiatif untuk menelepon sahabatnya itu, tetapi tidak ada jawaban sama sekali. Hanya ada dering ponsel yang terdengar di telinganya."Di mana sih, tuh anak," gerutu Lawren.Lawren duduk di bangkunya, dia terus menelepon Selen berulang kali. Sungguh, perasaannya resah takut sesuatu terjadi pada sahabatnya. Sedetik kemudian, Lawren baru mengingat bahwa Selen telah menikah dengan Xenon.Lawren menepuk jidatnya. "Gue telepon Xenon, deh," gumamnya pelan, takut diketahui orang lain.

  • Young Marriage   Janggal

    Kemacetan di jalanan Jakarta bukan semata-mata omong kosong belaka. Seorang pria duduk di kursi kemudi mobilnya, seraya mengacak rambutnya kasar.Hari ini, dia rela bolos sekolah untuk mengunjungi kafe Sianida. Sialnya, macet menghambat perjalanannya menuju kafe tersebut. Ya, dia adalah Wolfram yang sedang menjalankan tugas dari om-nya. Sebenarnya, dia bisa saja mengunjungi kafe di sore atau malam hari, tetapi rasa penasaran yang sudah menjalar membuatnya ingin lebih awal pergi ke sana."Shit, macetnya panjang bener," ucapnya frustasi.Sudah tiga puluh menit Wolfram terjebak kemacetan, ia lupa bahwa hari ini adalah hari Senin, di mana semua orang mulai beraktivitas kembali. Harusnya, Wolfram menunda keberangkatannya sekitar satu jam, agar kepadatan jalanan mulai berkurang. Sayangnya, ia salah memprediksi waktu."Kok, bisa ya, gue lupa kalo hari ini hari Senin." Wolfram mengacak rambutnya.Tin ... Tin ... Tin ....Suara klakson sa

  • Young Marriage   Satu Rumah

    Xenon menurunkan Selen dari gendongannya. Selen tersenyum manis pada suaminya itu, sungguh hal yang paling ia idamkan dari dahulu menjadi kenyataan."Makasi, Mas suami," ucap Selen semanis mungkin."Jijik," sahut Xenon seraya berjalan ke kamar."Ih, nyebelin banget lo!" Selen sebal bukan main.Xenon menutup pintu kamarnya secara perlahan, sedangkan Selen bingung harus bertindak seperti apa. Apakah dia harus mengikuti Xenon ke dalam kamar, atau berdiam diri saja? Sungguh, bayangan semalam bersama Xenon menghantui pikirannya, ia bergidik ngeri."Gue tidur di mana, ya?" tanya Selen bingung."Lo mau terus-terusan berdiri di situ?" Suara itu mengagetkan Selen yang tengah kebingungan.Selen bergidik, lalu menoleh ke arah Xenon yang berada di depan pintu kamar, kedua tangannya dimasukan ke dalam saku celana. Kepalanya bersender pada tembok, seraya tersenyum smirk pada Selen."Terus, gue harus ke mana?" tanya Selen polos.

  • Young Marriage   Beneran Nikah

    Empat hari telah berlalu, semenjak kejadian antara Xenon dan Selen. Tiga hari kemarin, mereka masih sekolah seperti biasanya. Hanya saja, mereka tidak bertemu satu sama lain.Kenapa demikian? Ya, Selen mati-matian menurunkan egonya untuk tidak mengganggu Xenon. Dikarenakan, terdapat dalam adat pernikahannya bahwa calon pengantian pria dan wanita tidak boleh bertemu beberapa hari. Hal itu sudah menjadi kebiasaan bagi keluarga mereka dan warga di sekitar sana.Xenon pun menjalani hari-harinya dengan latihan bersama anggota band Lantan, karena selain menjadi bagian band di sekolah, band Lantan juga kerap dipanggil ke acara-acara di luar sekolah. Xenon sebagai sang gitaris, sekaligus vokalis tentunya menjadi pemeran utama.Sementara Selen, selepas pulang sekolah dia ditemani Lawren dan Thalium di rumahnya untuk melakukan perawatan tubuh, dan lain-lain.Hari ini, adalah hari pernikahan mereka, tepat pada pukul 8 nanti ijab qobul akan dilaksan

  • Young Marriage   Jadi?

    "Kita harus cari ke mana?" tanya Thalium pada Lawren dan Nikel yang berada di hadapannya."Bentar, gue telepon Wolfram dulu," ucap Nikel. Lawren dan Thalium mengangguk.Mereka memperhatikan ponsel Nikel yang berdering, beberapa detik kemudian sapaan di seberang sana terdengar dengan sangat jelas."Yo, ada apa, Nik?" tanya Wolfram."Hallo, Fram. Lo tahu gak, Selen ke mana, kemaren pulangnya sama siapa? Soalnya dia nggak pulang ke rumah, nih. Kita-kita khawatir banget sama keadaan dia.""Selen? Nggak pulang? Gue tutup dulu teleponnya, nanti kalo ada info gue kabarin!"Tut ...Panggilan diputuskan secara sepihak, Lawren, Nikel, dan Thalium mengangguk pasrah. Mereka akhirnya duduk di taman, menunggu kabar dari Wolfram. Mereka percaya, Wolfram akan menghubunginya kembali.°°°Di sisi lain, Wolfram tengah panik. Dia takut Xenon berubah menjadi psikopat gila, sehingga melukai Selen. Mengingat sebegitu di

  • Young Marriage   Nikah?

    "Ya ampun, Ibu. Aku udah panik banget, lho, kirain kecelakaan gimana gitu. Ternyata cuman kegores sama pisau dikit doang, ya Allah." Lawren mengusap dadanya, ia harus sabar menghadapi ibunya yang terlalu dramatis."Lagian kamu, Ren, suka kebiasaan pulang malem terus. Ibu, tuh, khawatir. Anak gadis kok pulangnya nggak diatur. Kamu yang ngelakuin, tetangga tuh yang repot!" Racun—ibu Lawren mengoceh."Tetangga terus, tetangga aja tuh urusin. Apa-apa bahasnya tetangga, anak sendiri gak dibelain!" Lawren membalas ucapan ibunya."Jadi anak kelewat bobrok, ya, kamu. Ngomong sama orang tua kayak gitu, nggak sopan banget!""Lagian ibu, sih, in—""Gue pulang dulu, ya, Ren," ucap Nikel yang dari tadi menyimak perdebatan kedua orang itu. "Saya pamit, Tante," lanjut Nikel melirik ibu Lawren.Ibu dan anak itu saling menyenggol, tentu saja mereka lupa bahwa ada Nikel di sana. Karena, Nikel yang mengantar Lawren pulang. A

DMCA.com Protection Status