Share

Malam bersama Zen

last update Last Updated: 2022-06-18 13:25:46

Karena permintaan Alesya, Zen terpaksa membawa wanita itu keluar. Awalnya Zen menolak. Pertama, ia sama sekali tidak mengenal Alesya. Kedua, ia tidak ingin dikira telah menyewa perempuan itu. Enak saja, dirinya adalah pria terpelajar, mana mungkin ia bermain-main dengan wanita malam di club ini.

Alesya tidak lagi memakai lingerie, melainkan helaian kain dress yang masih tidak cukup membalut tubuh mulus nan jenjangnya. Panjang dres hitam itu bahkan tidak sampai menutupi lutut, hanya sebatas paha mulus wanita itu.

Karena risih, Zen melepas jaketnya kemudian membalurkannya pada tubuh wanita itu. "Tubuhmu itu sangatlah indah, cobalah untuk menjaganya dari kucing-kucing liar disini"

Pungkas Zen tanpa menatap ke arah Alesya.

Wanita itu mendengarkan dengan sedikit malas, ia menarik helaian rambut yang jatuh ke wajahnya dengan jari jemarinya ke belakang telinga.

Alesya berhutang budi pada Zen, karena pria itu telah menyelamatkannya dari pria tua yang haus dengan birahinya. Padahal, pria yang bernama Frengky itu pun bukan satu-satunya pria yang pernah ia layani. Sudah puluhan pria yang tidak terhitung usianya telah menikmati tubuh indah Alesya.

"Itu memang pekerjaanku, untuk apa aku menjaganya" elak Alesya melawan nasehat Zen, pria yang akhirnya berani menatap matanya. Sedetik, Alesya merasa terhipnotis dengan tatapan pria disampingnya itu. Tatapan Zen tajam, tapi menyejukkan. Alesya yang biasanya centil menggoda para pria, kini justru ia yang lebih dulu menghindari tatapan pria setampan Zen Alensky.

Dari tatapan Zen, Alesya bisa menangkap jawaban tak tersirat dari pria itu. Ia tahu ini memang bukan pekerjaan suci, tapi ia juga merasa buntu, tak bisa menghindari takdir juga, pikirnya.

"Kenapa kau memilih pekerjaan ini?" tanya Zen akhirnya. Tak bisa berbohong, ia pun sejujurnya cukup terpukau dengan kemolekan dan kecantikan yang dimiliki Alesya. Jika Alesya memposting dirinya di media sosial, Zen yakin akan banyak sekali yang iri pada kesempurnaan tubuh dan wajahnya.

Alesya membuang tatapannya dari Zen. Sepertinya, laki-laki itu bukan orang pertama yang bertanya hal yang serupa padanya.

"Kenapa kau diam?" perkataan Zen memecah keheningan, Alesya menatapnya lagi, kali ini dengan senyuman samar.

"Bagiku, orang-orang sepertimu hanya penasaran pada hidupku. Bukan peduli" tukasnya menohok Zen. Alesya memasang raut tak suka setelah mengatakannya.

"Kepedulian memang berawal dari rasa penasaran, 'kan?" ungkap Zen.

Pria itu kembali meluruskan pandangannya, mengundang decakan sebal dari perempuan cantik yang sedari tadi berusaha meredam getaran di dadanya yang bertalu cukup kuat mengganggu konsentrasinya.

Zen bangkit, kepala Alesya mengikuti arah pria itu berdiri. "Mau kemana?" tanya Alesya spontan, Zen menunduk menatap wanita yang masih duduk di tempatnya.

"Pulang. Kau mau tetap disini atau ku antar sekalian?" tanya Zen dingin. Ia paling anti untuk berada satu mobil dengan wanita yang tidak ia kenali, terlebih status pekerjaan wanita itu yang pasti akan mengundang gunjingan orang-orang. Akan tetapi, melihat Alesya yang sedang dalam keadaan kacau membuatnya khawatir juga.

Alesya mengulum senyum, setelahnya ia berdehem beberapa kali guna menghilangkan kecanggungannya pada lelaki baik hati ini.

"Kau tidak keberatan?" tanyanya memastikan.

Sebenarnya, ia sedikit ragu tapi semoga saja Zen akan berbalik hati mengantarnya pulang. Pulang? Bukankah dirinya tak pernah memiliki hunian, lalu kemana rumah yang ingin ia tuju?

Zen terdiam, lalu berkata, "Tentu saja aku keberatan. Hanya saja meninggalkanmu sendirian disini akan membuatku merasa jahat sekali. Kau ini perempuan, seharusnya berada di rumah dengan tenang.

Jika pun di luar seharusnya ada yang menemani, selain itu juga pakaianmu harus tertutup" ucap Zen panjang lebar, Alesya kembali mengembangkan senyumnya. Mungkinkah ia jatuh cinta pada pria yang baru dikenalnya ini?

"Baiklah, kalau begitu antarkan aku ke rumah"

Alesya bangkit, seperti anak-anak ia berjalan antusias mengikuti langkah Zen menuju kuda besinya.

Mobil mewah milik Zen melenggang meninggalkan jalanan malam yang kian sepi. Sesaat, Alesya cukup menikmati perjalanannya kali ini. Hampir setahun ini ia tidak pernah melihat indahnya kelap-kelip pada bangunan kota metropolitan pada malam hari seperti ini.

"Ku kira kau harus segera meninggalkan pekerjaan itu" cetus Zen tiba-tiba mengalihkan perhatian Alesya. Wajah yang semula tersenyum seketika hilang saat mendengar ucapan Zen.

"Bisa kah kau diam saja, dan jangan mengomentari hidupku, Tuan?" desis Alesya merasa tidak nyaman. Zen menatapnya santai kemudian mengalihkan tatapannya ke depan kemudi lagi.

"Oke, up to you," balas Zen. Ia sedikit menambah kecepatan mobilnya di jalanan yang cukup lengang tersebut.

_____

"Benar, Nyonya! Nona Alesya tadi pergi dengan seorang pria" lapor seorang pria berpakaian serba hitam yang merupakan satu dari sekian ajudan yang dimiliki Grace.

"Seharusnya dia berada di kamar 113 kan?" Grace terlihat geram, kenapa bisa anak dungu itu lolos dari pengawasan ketat disana. Tuan Frengky sudah membayarnya, barusan ia menghubungi Grace dan meminta uangnya dikembalikan.

"Betul, Nyonya. Tapi, karena ia pergi dengan seorang pria jadi saya pikir pria itu tengah menyewanya" kata sang anak buah dengan tatapan menunduk.

"Dasar bodoh!" maki Grace. Bahkan, tubuh pria di hadapannya sampai bergetar mendengar sentakan Grace yang sangat tajam.

Grace membanting gelas skoli di hadapannya. Beberapa orang tersentak melihat reaksi wanita itu, ia menyalakan selinting roko dengan korek gas kecil miliknya, kemudian menyesapnya. Grace melepaskan napas yang membuat asap rokok itu menguar bertebaran.

"Sialan, akhir-akhir ini, anak kecil itu mulai sering membangkang!" cerocosnya, sedangkan anak buah yang sedari tadi berdiri di hadapannya hanya tertunduk diam tak menanggapi amukan Grace.

"Awas saja kau Alesya, kau akan habis jika ku temukan nanti"

"Apa tugas saya selanjutnya, Nyonya?" tanya ajudannya lagi.

Grace hanya diam, ia hanya menampakkan raut misterius. Sepertinya, isi kepalanya telah penuh dengan rencana untuk si semut kecil itu.

"Perketat pengawasan, saya ingin saat anak itu kembali, segera sergap dan kurung dia di ruang biasa." Perintah Grace yang segera di balas anggukan patuh oleh anak buahnya.

"Anak itu harus lebih diberi pelajaran" desis Grace melempar lintingan rokok yang baru diisapnya lalu menginjaknya kesal.

Related chapters

  • You'Re My Lovely, Brother!   Pria Misterius

    Zen menekan rem mobilnya. Ia menghentikan kuda besi mewah miliknya saat wanita disampingnya ini tak kunjung mengatakan letak kediamannya.Zen menatap tajam pada Alesya yang masih menatap lurus ke depan. Wanita dengan rambut cokelat lembutnya itu membalas tatapan Zen. "Kenapa berhenti?" tanya Alesya dengan nada pelan. "Mau sampai kapan aku membawa mobilku? Dimana rumahmu sebenarnya?" balas Zen. Sejak tadi ia bertanya perihal rumah tempat Alesya tinggal, namun wanita itu selalu berkata, "jalan saja, nanti juga kau akan tahu".Alesya tertawa pelan, ia lantas menjawab. "Aku tidak memiliki rumah" ucap wanita itu dengan sorot datar. Percayalah, saat ini pikiran dan perasaan Zen mulai banyak berspekulasi kacau. Rentetan pemikiran mulai mengganggu konsentrasinya. Jangan-jangan, wanita ini bukan manusia, pikir Zen. Zen bergidik ia lantas mengusir Alesya dari mobilnya. "Keluar kau! Keluar sekarang juga!" usir Zen dengan rasa takut yang mulai menggerayanginya. Berbeda dengan Zen, Alesya justr

    Last Updated : 2022-06-18
  • You'Re My Lovely, Brother!   Sebuah Kompensasi

    Matahari menyingsing menembus jendela yang terbalut kain gorden putih tipis pada sebuah bangunan kecil terpencil yang jauh dari pemukiman itu. Alesya membuka matanya kemudian dengan cepat menutup dengan lengannya. "Ish, kenapa terik sekali" keluhnya. Hari itu memang langit lumayan terik, matahari meninggi semakin lama semakin panas. Alesya bergerak menyenderkan tubuhnya yang sudah kepalang pegal di tembok yang sudah rapuh tersebut. Alesya mulai mencerna yang terjadi padanya. Namun, kepalanya masing terasa kunang-kunang sehingga harus membuatnya memijit pelipis yang terasa cenat-cenut.Saat sudah lebih mendapatkan ingatannya, Alesya lantas menengok ke segala sisi. Alih-alih menemukan seseorang, ia justru hanya mendapatkan sebuah syal kecil berwarna hijau di sebelahnya."Aku bisa ingat, semalam itu Zen, 'kan?" gumam Alesya mempertanyakan ingatannya sendiri. Telunjuknya mengetuk-ngetuk dagunya memperkirakan.Ingatan Alesya perlahan kembali berangsur-angsur. Zen sebelumnya telah mengusir

    Last Updated : 2022-06-18
  • You'Re My Lovely, Brother!   Kehidupan Baru Alesya Akan Dimulai

    Alesya menghambur diantara para penikmat dunia yang tengah sibuk berdansa dengan pasangan masing-masing. Alesya bergoyang erotis setelah menghabiskan satu gelas penuh Vodka disana. Malam ini, ia ingin menghabiskan malamnya dengan kesenangan saja. Sebelum keberadaannya benar-benar enyah dari tempat itu."Uuh.. menggiurkan sekali wanita ini" tutur seorang pria yang disambut riuhan orang-orang disana. Alesya tak perduli dengan desas-desus yang berkata iri pada tubuh indahnya. Ia juga masa bodoh dengan makian para wanita disana yang membuat para lelaki mereka beralih pandang padanya. "Dasar wanita kotor. Berhenti bergoyang seperti itu, aku tidak akan membiarkan pelangganku pergi lagi" ketus mereka yang terdengar sangat membenci Alesya. Padahal, Alesya hanya memutar pinggulnya sedikit. Namun, tak dipungkiri tubuh seksi nan wangi membuat indera siapapun terasa ingin memiliki Alesya.Alesya tertawa pelan, "kau pikir kau bukan wanita kotor, teman? Kau pun sama menjijikkannya dari aku, dasar

    Last Updated : 2022-06-18
  • You'Re My Lovely, Brother!   Andai Kau Tahu Perasaanku ---- Alesya

    Sebuah awal kehidupan baru yang baru dimulai Alesya sebagai nyonya di keluarga Alensky. Di atas ranjang berukuran king size ia menatap langit-langit ruangan dengan sorot nanar. Alesya menggerakkan tubuhnya ke samping, memeluk guling di sisi tubuhnya dengan erat. Begitu erat sampai matanya terpejam kuat, beberapa tetes air bening menguar seiring dengan isak tangis yang kian terdengar. Dada Alesya sesak, hatinya berantakan."Alesya, kau kurang ajar!" kilas suara Zen mulai bolak-balik memenuhi gendang telinganya. Alesya serasa terus diserang dengan nada geram yang Zen ucapkan padanya sewaktu pria itu melihat dirinya masuk ke rumah megah tempat dimana keluarga Alensky tinggal.Alesya lelah, ia ingin kali ini saja ia benar-benar bisa menikmati pelayanan di rumah istana ini. Tubuh jenjangnya terbalut dress bermodel kaftan berwarna merah jambu. Rambutnya masih terurai berantakan, Alesya kemudian menghela napas cukup panjang.Wanita itu bangkit dan terduduk. Ia bersyukur karena semalam bisa

    Last Updated : 2022-08-19
  • You'Re My Lovely, Brother!   Malam Yang Menyakitkan Untuk Alesya

    Frengky menyambar sabuknya, lalu pria itu pecutkan dengan tak berperasaan pada paha mulus Alesya. CUT!"AAA"CUTT!"AAAAA Tolong jangan sakiti aku... Hiks!" Semakin kencang pecutan yang diberikan Frengky padanya, membuat jeritan Alesya semakin kencang pula. Sampai ia berada di titik amat sakit namun ia letih untuk berteriak meminta ampunan pada Frengky yang terus menyiksanya. "Aku telah membelimu jutaan dollar, rasanya aneh kalau tidak berkesan untukmu, sayangku!" kata Frengky berujar gila. Berkesan apanya, menyakitkan iya. Frengky memang sudah gila, rutuk Alesya sepanjang malam padanya. Awalnya, Alesya diseret ke atas ranjang lantaran ia selalu mengelak saat Frengky mengajaknya untuk berhubungan. Frengky tidak terima karena ia sudah menggelontorkan banyak dana untuk membeli perempuan itu tapi justru ia mengecewakannya."Enak saja, Mami mu itu sudah kenyang dengan uangku. Masa aku tidak terpuaskan oleh peliharaannya" pria itu tergelak karena ucapannya sendiri. Apakah ia menganggap

    Last Updated : 2022-08-20
  • You'Re My Lovely, Brother!   Club' Malam

    Ruang cukup besar dipenuhi para penikmat dunia yang sedang berjoget penuh gairah diiringi dentuman musik DJ menjadi fenomena zaman. Lekuk tubuh para wanita seksi disana membuat air liur para pria bercucuran. Bau alkohol yang menyeruak di sepanjang indera penciuman sudah seperti bau surga. Satu diantara para penikmat dunia fana itu adalah Christine Alesya. Perempuan muda bertubuh tinggi semampai dengan lekuk tubuh sempurna. Matanya yang selalu menarik perhatian. Sedikit sayu dengan eye shadow berwarna dark yang menarik perhatian siapa saja yang meliriknya.Wajah Alesya benar-benar cantik. Hidung mancung nan mata lentiknya akan membuat siapapun yang melihatnya terpesona. "Dia anakku. Kau bisa pakai dia semalam dengan harga terjangkau" Seorang wanita berpenampilan seksi bermake up tebal disertai ciri khas yang memakai lipstik merah cabai sedang berbincang dengan seorang pria berkepala plontos yang terus memperhatikan Alesya berdansa. "Berapa yang kau minta?" Ujar pria itu menatap Gra

    Last Updated : 2022-06-18

Latest chapter

  • You'Re My Lovely, Brother!   Malam Yang Menyakitkan Untuk Alesya

    Frengky menyambar sabuknya, lalu pria itu pecutkan dengan tak berperasaan pada paha mulus Alesya. CUT!"AAA"CUTT!"AAAAA Tolong jangan sakiti aku... Hiks!" Semakin kencang pecutan yang diberikan Frengky padanya, membuat jeritan Alesya semakin kencang pula. Sampai ia berada di titik amat sakit namun ia letih untuk berteriak meminta ampunan pada Frengky yang terus menyiksanya. "Aku telah membelimu jutaan dollar, rasanya aneh kalau tidak berkesan untukmu, sayangku!" kata Frengky berujar gila. Berkesan apanya, menyakitkan iya. Frengky memang sudah gila, rutuk Alesya sepanjang malam padanya. Awalnya, Alesya diseret ke atas ranjang lantaran ia selalu mengelak saat Frengky mengajaknya untuk berhubungan. Frengky tidak terima karena ia sudah menggelontorkan banyak dana untuk membeli perempuan itu tapi justru ia mengecewakannya."Enak saja, Mami mu itu sudah kenyang dengan uangku. Masa aku tidak terpuaskan oleh peliharaannya" pria itu tergelak karena ucapannya sendiri. Apakah ia menganggap

  • You'Re My Lovely, Brother!   Andai Kau Tahu Perasaanku ---- Alesya

    Sebuah awal kehidupan baru yang baru dimulai Alesya sebagai nyonya di keluarga Alensky. Di atas ranjang berukuran king size ia menatap langit-langit ruangan dengan sorot nanar. Alesya menggerakkan tubuhnya ke samping, memeluk guling di sisi tubuhnya dengan erat. Begitu erat sampai matanya terpejam kuat, beberapa tetes air bening menguar seiring dengan isak tangis yang kian terdengar. Dada Alesya sesak, hatinya berantakan."Alesya, kau kurang ajar!" kilas suara Zen mulai bolak-balik memenuhi gendang telinganya. Alesya serasa terus diserang dengan nada geram yang Zen ucapkan padanya sewaktu pria itu melihat dirinya masuk ke rumah megah tempat dimana keluarga Alensky tinggal.Alesya lelah, ia ingin kali ini saja ia benar-benar bisa menikmati pelayanan di rumah istana ini. Tubuh jenjangnya terbalut dress bermodel kaftan berwarna merah jambu. Rambutnya masih terurai berantakan, Alesya kemudian menghela napas cukup panjang.Wanita itu bangkit dan terduduk. Ia bersyukur karena semalam bisa

  • You'Re My Lovely, Brother!   Kehidupan Baru Alesya Akan Dimulai

    Alesya menghambur diantara para penikmat dunia yang tengah sibuk berdansa dengan pasangan masing-masing. Alesya bergoyang erotis setelah menghabiskan satu gelas penuh Vodka disana. Malam ini, ia ingin menghabiskan malamnya dengan kesenangan saja. Sebelum keberadaannya benar-benar enyah dari tempat itu."Uuh.. menggiurkan sekali wanita ini" tutur seorang pria yang disambut riuhan orang-orang disana. Alesya tak perduli dengan desas-desus yang berkata iri pada tubuh indahnya. Ia juga masa bodoh dengan makian para wanita disana yang membuat para lelaki mereka beralih pandang padanya. "Dasar wanita kotor. Berhenti bergoyang seperti itu, aku tidak akan membiarkan pelangganku pergi lagi" ketus mereka yang terdengar sangat membenci Alesya. Padahal, Alesya hanya memutar pinggulnya sedikit. Namun, tak dipungkiri tubuh seksi nan wangi membuat indera siapapun terasa ingin memiliki Alesya.Alesya tertawa pelan, "kau pikir kau bukan wanita kotor, teman? Kau pun sama menjijikkannya dari aku, dasar

  • You'Re My Lovely, Brother!   Sebuah Kompensasi

    Matahari menyingsing menembus jendela yang terbalut kain gorden putih tipis pada sebuah bangunan kecil terpencil yang jauh dari pemukiman itu. Alesya membuka matanya kemudian dengan cepat menutup dengan lengannya. "Ish, kenapa terik sekali" keluhnya. Hari itu memang langit lumayan terik, matahari meninggi semakin lama semakin panas. Alesya bergerak menyenderkan tubuhnya yang sudah kepalang pegal di tembok yang sudah rapuh tersebut. Alesya mulai mencerna yang terjadi padanya. Namun, kepalanya masing terasa kunang-kunang sehingga harus membuatnya memijit pelipis yang terasa cenat-cenut.Saat sudah lebih mendapatkan ingatannya, Alesya lantas menengok ke segala sisi. Alih-alih menemukan seseorang, ia justru hanya mendapatkan sebuah syal kecil berwarna hijau di sebelahnya."Aku bisa ingat, semalam itu Zen, 'kan?" gumam Alesya mempertanyakan ingatannya sendiri. Telunjuknya mengetuk-ngetuk dagunya memperkirakan.Ingatan Alesya perlahan kembali berangsur-angsur. Zen sebelumnya telah mengusir

  • You'Re My Lovely, Brother!   Pria Misterius

    Zen menekan rem mobilnya. Ia menghentikan kuda besi mewah miliknya saat wanita disampingnya ini tak kunjung mengatakan letak kediamannya.Zen menatap tajam pada Alesya yang masih menatap lurus ke depan. Wanita dengan rambut cokelat lembutnya itu membalas tatapan Zen. "Kenapa berhenti?" tanya Alesya dengan nada pelan. "Mau sampai kapan aku membawa mobilku? Dimana rumahmu sebenarnya?" balas Zen. Sejak tadi ia bertanya perihal rumah tempat Alesya tinggal, namun wanita itu selalu berkata, "jalan saja, nanti juga kau akan tahu".Alesya tertawa pelan, ia lantas menjawab. "Aku tidak memiliki rumah" ucap wanita itu dengan sorot datar. Percayalah, saat ini pikiran dan perasaan Zen mulai banyak berspekulasi kacau. Rentetan pemikiran mulai mengganggu konsentrasinya. Jangan-jangan, wanita ini bukan manusia, pikir Zen. Zen bergidik ia lantas mengusir Alesya dari mobilnya. "Keluar kau! Keluar sekarang juga!" usir Zen dengan rasa takut yang mulai menggerayanginya. Berbeda dengan Zen, Alesya justr

  • You'Re My Lovely, Brother!   Malam bersama Zen

    Karena permintaan Alesya, Zen terpaksa membawa wanita itu keluar. Awalnya Zen menolak. Pertama, ia sama sekali tidak mengenal Alesya. Kedua, ia tidak ingin dikira telah menyewa perempuan itu. Enak saja, dirinya adalah pria terpelajar, mana mungkin ia bermain-main dengan wanita malam di club ini.Alesya tidak lagi memakai lingerie, melainkan helaian kain dress yang masih tidak cukup membalut tubuh mulus nan jenjangnya. Panjang dres hitam itu bahkan tidak sampai menutupi lutut, hanya sebatas paha mulus wanita itu. Karena risih, Zen melepas jaketnya kemudian membalurkannya pada tubuh wanita itu. "Tubuhmu itu sangatlah indah, cobalah untuk menjaganya dari kucing-kucing liar disini" Pungkas Zen tanpa menatap ke arah Alesya. Wanita itu mendengarkan dengan sedikit malas, ia menarik helaian rambut yang jatuh ke wajahnya dengan jari jemarinya ke belakang telinga. Alesya berhutang budi pada Zen, karena pria itu telah menyelamatkannya dari pria tua yang haus dengan birahinya. Padahal, pria y

  • You'Re My Lovely, Brother!   Club' Malam

    Ruang cukup besar dipenuhi para penikmat dunia yang sedang berjoget penuh gairah diiringi dentuman musik DJ menjadi fenomena zaman. Lekuk tubuh para wanita seksi disana membuat air liur para pria bercucuran. Bau alkohol yang menyeruak di sepanjang indera penciuman sudah seperti bau surga. Satu diantara para penikmat dunia fana itu adalah Christine Alesya. Perempuan muda bertubuh tinggi semampai dengan lekuk tubuh sempurna. Matanya yang selalu menarik perhatian. Sedikit sayu dengan eye shadow berwarna dark yang menarik perhatian siapa saja yang meliriknya.Wajah Alesya benar-benar cantik. Hidung mancung nan mata lentiknya akan membuat siapapun yang melihatnya terpesona. "Dia anakku. Kau bisa pakai dia semalam dengan harga terjangkau" Seorang wanita berpenampilan seksi bermake up tebal disertai ciri khas yang memakai lipstik merah cabai sedang berbincang dengan seorang pria berkepala plontos yang terus memperhatikan Alesya berdansa. "Berapa yang kau minta?" Ujar pria itu menatap Gra

DMCA.com Protection Status