Share

You'Re My Lovely, Brother!
You'Re My Lovely, Brother!
Penulis: Erin Damayanti

Club' Malam

Penulis: Erin Damayanti
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-18 12:53:27

Ruang cukup besar dipenuhi para penikmat dunia yang sedang berjoget penuh gairah diiringi dentuman musik DJ menjadi fenomena zaman. Lekuk tubuh para wanita seksi disana membuat air liur para pria bercucuran. Bau alkohol yang menyeruak di sepanjang indera penciuman sudah seperti bau surga.

Satu diantara para penikmat dunia fana itu adalah Christine Alesya. Perempuan muda bertubuh tinggi semampai dengan lekuk tubuh sempurna. Matanya yang selalu menarik perhatian. Sedikit sayu dengan eye shadow berwarna dark yang menarik perhatian siapa saja yang meliriknya.

Wajah Alesya benar-benar cantik. Hidung mancung nan mata lentiknya akan membuat siapapun yang melihatnya terpesona.

"Dia anakku. Kau bisa pakai dia semalam dengan harga terjangkau"

Seorang wanita berpenampilan seksi bermake up tebal disertai ciri khas yang memakai lipstik merah cabai sedang berbincang dengan seorang pria berkepala plontos yang terus memperhatikan Alesya berdansa.

"Berapa yang kau minta?" Ujar pria itu menatap Grace, yang baru saja menawarkan anak didiknya pada seorang pria hidung belang kaya raya.

"300 juta pertama untukmu. Itu sudah diskon. Harga normal dua kali lipatnya dari itu" Grace menyesap rokok dalam jemarinya lalu menghembuskannya santai.

Pria itu tertawa kecil. "Harga anak kecil itu terlalu tinggi. Kau hanya sedang mengerjaiku saja".

Grace menatap lelaki hidung belang yang nampak sudah begitu bergairah melihat Alesya terus-terusan tersebut. Sudut bibirnya terangkat, ia tahu Alesya tidak pernah gagal menarik perhatian pelanggan.

"Untuk barang sebagus Alesya, aku kira harga segitu terlalu murah. Tidak masalah kalau kau tidak mau, masih banyak yang rela menggelontorkan harta kekayaannya demi menikmati tubuh anak kecil itu semalaman" Grace hendak bangkit dan meninggalkan pria tak diketahui namanya itu. Namun, lengannya ditahan sampai ia kembali duduk di tempatnya semula.

"Baiklah. Aku akan mengambil penawaran darimu." Ucapan pria itu sukses membuat senyum Grace terbit. "Siapkan perempuan itu sekarang juga. Aku tidak tahan melihat tubuhnya". Pria itu bangkit dan segera pergi menuju kamar yang telah disediakan untuk disewakan disana.

Sedangkan, Grace menarik Alesya yang sudah terlanjur mabuk hingga terus bergoyang tanpa .

"Alesya, ayo ikut aku!" Lengan Grace menarik pergelangan tangan Alesya. Perempuan bersurai hitam sepunggung itu menurut. Sebenarnya, Grace tidak perlu melakukannya sendiri. Ia memiliki anak buah yang bisa langsung mengerti dengan sekali perintah, hanya saja Grace tidak pernah merasa sesayang itu pada anak-anaknya kecuali pada Alesya.

"Kenapa, Mam? Ada yang mau memakaiku lagi? Ah, sepertinya aku sudah sangat lelah malam ini" keluh Alesya sudah kepalang lemas.

"Sudah jangan banyak bicara. Cepat bersihkan dirimu dan pergilah ke kamar ini." Wanita setengah baya yang berpakaian minim itu memberikan kartu kunci kamar nomor 113 pada Alesya. Alesya menerimanya dan menatap sayu benda itu. Setiap malam, harus ia habiskan untuk memuaskan birahi para pria hidung belang. Meski telah resmi menjadi wanita malam, tetap saja Alesya merasa kosong.

"Baik, Mam"

______

Tubuh jenjang dan putih mulusnya sudah berbalut lingerie. Persis, pakaian itu hanya menutup bagian-bagian terpenting tubuhnya saja, tidak dengan yang lainnya. Wajah Alesya itu cantik dan manis sekali. Ia memiliki mata indah dan senyuman menawan. Tetapi, semenjak lima tahun lalu senyum itu telah hilang, berganti dengan ulasan bibir yang terpaksa ia tunjukkan.

Alesya berjalan menapaki koridor menuju kamar tujuan. Tidak ada gairah, setelah membersihkan diri untuk tujuan melayani laki-laki lagi, Alesya hanya membuat dirinya merasa sedang bekerja. Oleh karenanya, suka atau tidak suka ia harus tetap melakukannya.

Alesya berjalan dengan tatapan kosong. Seperti inikah akhir dari hidup seorang anak kecil yang mendambakan kehidupan sukses di usia mudanya. Sekolah, berteman dengan teman-teman sebayanya, bekerja, menikah dan punya keluarga bahagia bersama seseorang yang ia cinta, kandas saat ia dipaksa menjadi wanita malam oleh Grace yang ia sebut 'Mami'.

Alesya dijadikan penebus hutang orang tuanya di kampung. Ancaman yang di tebar Grace pada ibu dan ayahnya membuat Alesya mau tak mau harus bersedia dipekerjakan oleh wanita kejam tersebut.

Brugh!

"Aw!"

Alesya memegangi bahunya, sedikit kebas saat bertumbuk keras dengan tubuh seorang pria yang tak jauh berbeda sedikit lebih tinggi darinya.

Shit!

Tampan sekali pria itu. Sepertinya, pria itu juga adalah pria baik-baik. Meski merasa tertarik, Alesya memilih mengabaikan. Tidak ada gunanya menanggapi orang yang tak memberi keuntungan padanya, kan? Sekedar suka, mungkin iya. Lihat saja perawakannya masih muda, macho dan argh! Ganteng. Alesya mengumpat.

"Maaf, sepertinya saya menyakiti bahu Anda, Nona. Lihatlah, merah" pria itu menunjuk bahu telanjang Alesya yang sedikit memerah. Suaranya lugas, berat namun sangat maskulin. Alesya meneguk ludah kasar. Ia sudah lebih dulu membersihkan diri, sehingga sedang tidak dalam keadaan mabuk. Jadi, ia sangat sadar akan apa yang tengah dilihatnya sekarang. Seperti pangeran, yang berada di club malam?

"Ah, tidak masalah. Kau terlalu berlebihan"

"Hm, maaf, boleh aku berpendapat tentang pakaianmu" kata pria itu hati-hati. Alesya kembali menghentikan langkah.

Alesya melihat sekujur tubuhnya. Tidak perlu mengizinkan untuk mengetahui pendapatnya tentang pakaian yang dikenakannya. Sepertinya, Alesya sudah mengetahuinya.

"Ya, tentu" Alesya menatap malas, ia sama sekali tidak menatap pria itu dengan sorot antusias lagi. Ia tahu akan seperti apa isi perkataannya. Paling setelah ini Alesya akan mendengus dan meninggalkan pria itu. Terlalu banyak orang yang berpendapat rendah tentang dirinya.

"Kau cantik sekali. Pakaianmu juga indah. Tapi, tubuhmu terlalu berharga untuk dinikmati tatapan kotor pria disini" ucapnya membuat Alesya seketika terdiam. Apakah pria ini sedang mengejeknya atau benar-benar tulus memujinya.

"Namaku Zen Alensky. Panggil saja Zen. Aku sedang mencari ayahku disini. Dia terlalu banyak bermain wanita sampai ibuku dibuat sakit olehnya." ucap pria bernama Zen itu gelontoran mengungkap maksud dan tujuannya berada di tempat ini. Ya, mungkin saja wanita ini bisa sedikit membantu, pikirnya.

Alesya mengulas senyum tipis. Zen Alensky. Laki-laki ini sangat menarik. Sepertinya dia pria yang jujur dan baik hati. Tapi, lagi-lagi rasa rendah diri lebih dulu menyerang Alesya.

"Siapa namanya, barangkali aku mengenalnya?" tanyanya.

"Namanya---" ucapan pria itu terhenti saat suara pintu terbuka membuatnya terinterupsi.

"Ya Tuhan, ternyata kau masih---"

Bariton serak seseorang terdengar muncul dari balik pintu, lalu pandangan keduanya bertemu. Dua pria di hadapannya saling menatap tajam.

"Zen?"

"Ayah bajingan!"

"Anak durhaka kau!"

Keduanya justru saling memaki. Alesya tidak mengerti, alisnya bertaut heran.

"Kalian..."

"Ini ayahku. Dia pria bajingan yang menelantarkan anak dan isterinya demi para wanita malam disini" kelakar Zen menatap kilat sang ayah.

Rupanya pria yang hendak bermain dengannya itu merupakan ayah dari pria satu ini.

Entah kebetulan atau tidak, tapi Alesya merasakan getaran hangat saat pertama kali menatap mata Zen. Namun, sesuatu yang tak ia perkirakan pula saat mengetahui kalau pria bernama Zen ini adalah putra dari pelanggannya.

"Pulanglah, bajingan. Mama gue nungguin Lo di rumah!" Maki Zen menarik lengan Frengky yang dibalas Bogeman oleh pria itu.

"Shit!" Zen mengusap ujung bibirnya dengan ibu jari. Matanya terlihat tajam menatap pria paruh baya bernama Frengky tersebut.

Tak jauh berbeda, pria yang mewariskan wajah tampannya pada Zen itu pun tampak emosi melihat perlakuan kasar Zen padanya.

Alesya yang menyaksikan kejadian itu pun sontak ketakutan. Ia mundur perlahan, menghindari keributan dua orang itu.

"Cukup! Cukup!" Pekik Alesya yang diabaikan dua orang yang sudah terlanjur diselimuti emosi itu.

Malam ini tidak dilewati dengan rasa sakit saat melayani pria-pria hidung belang di atas ranjang. Akan tetapi, rasa takut saat anak dan ayah itu hampir saling membunuh.

>>>>

Bab terkait

  • You'Re My Lovely, Brother!   Malam bersama Zen

    Karena permintaan Alesya, Zen terpaksa membawa wanita itu keluar. Awalnya Zen menolak. Pertama, ia sama sekali tidak mengenal Alesya. Kedua, ia tidak ingin dikira telah menyewa perempuan itu. Enak saja, dirinya adalah pria terpelajar, mana mungkin ia bermain-main dengan wanita malam di club ini.Alesya tidak lagi memakai lingerie, melainkan helaian kain dress yang masih tidak cukup membalut tubuh mulus nan jenjangnya. Panjang dres hitam itu bahkan tidak sampai menutupi lutut, hanya sebatas paha mulus wanita itu. Karena risih, Zen melepas jaketnya kemudian membalurkannya pada tubuh wanita itu. "Tubuhmu itu sangatlah indah, cobalah untuk menjaganya dari kucing-kucing liar disini" Pungkas Zen tanpa menatap ke arah Alesya. Wanita itu mendengarkan dengan sedikit malas, ia menarik helaian rambut yang jatuh ke wajahnya dengan jari jemarinya ke belakang telinga. Alesya berhutang budi pada Zen, karena pria itu telah menyelamatkannya dari pria tua yang haus dengan birahinya. Padahal, pria y

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-18
  • You'Re My Lovely, Brother!   Pria Misterius

    Zen menekan rem mobilnya. Ia menghentikan kuda besi mewah miliknya saat wanita disampingnya ini tak kunjung mengatakan letak kediamannya.Zen menatap tajam pada Alesya yang masih menatap lurus ke depan. Wanita dengan rambut cokelat lembutnya itu membalas tatapan Zen. "Kenapa berhenti?" tanya Alesya dengan nada pelan. "Mau sampai kapan aku membawa mobilku? Dimana rumahmu sebenarnya?" balas Zen. Sejak tadi ia bertanya perihal rumah tempat Alesya tinggal, namun wanita itu selalu berkata, "jalan saja, nanti juga kau akan tahu".Alesya tertawa pelan, ia lantas menjawab. "Aku tidak memiliki rumah" ucap wanita itu dengan sorot datar. Percayalah, saat ini pikiran dan perasaan Zen mulai banyak berspekulasi kacau. Rentetan pemikiran mulai mengganggu konsentrasinya. Jangan-jangan, wanita ini bukan manusia, pikir Zen. Zen bergidik ia lantas mengusir Alesya dari mobilnya. "Keluar kau! Keluar sekarang juga!" usir Zen dengan rasa takut yang mulai menggerayanginya. Berbeda dengan Zen, Alesya justr

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-18
  • You'Re My Lovely, Brother!   Sebuah Kompensasi

    Matahari menyingsing menembus jendela yang terbalut kain gorden putih tipis pada sebuah bangunan kecil terpencil yang jauh dari pemukiman itu. Alesya membuka matanya kemudian dengan cepat menutup dengan lengannya. "Ish, kenapa terik sekali" keluhnya. Hari itu memang langit lumayan terik, matahari meninggi semakin lama semakin panas. Alesya bergerak menyenderkan tubuhnya yang sudah kepalang pegal di tembok yang sudah rapuh tersebut. Alesya mulai mencerna yang terjadi padanya. Namun, kepalanya masing terasa kunang-kunang sehingga harus membuatnya memijit pelipis yang terasa cenat-cenut.Saat sudah lebih mendapatkan ingatannya, Alesya lantas menengok ke segala sisi. Alih-alih menemukan seseorang, ia justru hanya mendapatkan sebuah syal kecil berwarna hijau di sebelahnya."Aku bisa ingat, semalam itu Zen, 'kan?" gumam Alesya mempertanyakan ingatannya sendiri. Telunjuknya mengetuk-ngetuk dagunya memperkirakan.Ingatan Alesya perlahan kembali berangsur-angsur. Zen sebelumnya telah mengusir

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-18
  • You'Re My Lovely, Brother!   Kehidupan Baru Alesya Akan Dimulai

    Alesya menghambur diantara para penikmat dunia yang tengah sibuk berdansa dengan pasangan masing-masing. Alesya bergoyang erotis setelah menghabiskan satu gelas penuh Vodka disana. Malam ini, ia ingin menghabiskan malamnya dengan kesenangan saja. Sebelum keberadaannya benar-benar enyah dari tempat itu."Uuh.. menggiurkan sekali wanita ini" tutur seorang pria yang disambut riuhan orang-orang disana. Alesya tak perduli dengan desas-desus yang berkata iri pada tubuh indahnya. Ia juga masa bodoh dengan makian para wanita disana yang membuat para lelaki mereka beralih pandang padanya. "Dasar wanita kotor. Berhenti bergoyang seperti itu, aku tidak akan membiarkan pelangganku pergi lagi" ketus mereka yang terdengar sangat membenci Alesya. Padahal, Alesya hanya memutar pinggulnya sedikit. Namun, tak dipungkiri tubuh seksi nan wangi membuat indera siapapun terasa ingin memiliki Alesya.Alesya tertawa pelan, "kau pikir kau bukan wanita kotor, teman? Kau pun sama menjijikkannya dari aku, dasar

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-18
  • You'Re My Lovely, Brother!   Andai Kau Tahu Perasaanku ---- Alesya

    Sebuah awal kehidupan baru yang baru dimulai Alesya sebagai nyonya di keluarga Alensky. Di atas ranjang berukuran king size ia menatap langit-langit ruangan dengan sorot nanar. Alesya menggerakkan tubuhnya ke samping, memeluk guling di sisi tubuhnya dengan erat. Begitu erat sampai matanya terpejam kuat, beberapa tetes air bening menguar seiring dengan isak tangis yang kian terdengar. Dada Alesya sesak, hatinya berantakan."Alesya, kau kurang ajar!" kilas suara Zen mulai bolak-balik memenuhi gendang telinganya. Alesya serasa terus diserang dengan nada geram yang Zen ucapkan padanya sewaktu pria itu melihat dirinya masuk ke rumah megah tempat dimana keluarga Alensky tinggal.Alesya lelah, ia ingin kali ini saja ia benar-benar bisa menikmati pelayanan di rumah istana ini. Tubuh jenjangnya terbalut dress bermodel kaftan berwarna merah jambu. Rambutnya masih terurai berantakan, Alesya kemudian menghela napas cukup panjang.Wanita itu bangkit dan terduduk. Ia bersyukur karena semalam bisa

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-19
  • You'Re My Lovely, Brother!   Malam Yang Menyakitkan Untuk Alesya

    Frengky menyambar sabuknya, lalu pria itu pecutkan dengan tak berperasaan pada paha mulus Alesya. CUT!"AAA"CUTT!"AAAAA Tolong jangan sakiti aku... Hiks!" Semakin kencang pecutan yang diberikan Frengky padanya, membuat jeritan Alesya semakin kencang pula. Sampai ia berada di titik amat sakit namun ia letih untuk berteriak meminta ampunan pada Frengky yang terus menyiksanya. "Aku telah membelimu jutaan dollar, rasanya aneh kalau tidak berkesan untukmu, sayangku!" kata Frengky berujar gila. Berkesan apanya, menyakitkan iya. Frengky memang sudah gila, rutuk Alesya sepanjang malam padanya. Awalnya, Alesya diseret ke atas ranjang lantaran ia selalu mengelak saat Frengky mengajaknya untuk berhubungan. Frengky tidak terima karena ia sudah menggelontorkan banyak dana untuk membeli perempuan itu tapi justru ia mengecewakannya."Enak saja, Mami mu itu sudah kenyang dengan uangku. Masa aku tidak terpuaskan oleh peliharaannya" pria itu tergelak karena ucapannya sendiri. Apakah ia menganggap

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-20

Bab terbaru

  • You'Re My Lovely, Brother!   Malam Yang Menyakitkan Untuk Alesya

    Frengky menyambar sabuknya, lalu pria itu pecutkan dengan tak berperasaan pada paha mulus Alesya. CUT!"AAA"CUTT!"AAAAA Tolong jangan sakiti aku... Hiks!" Semakin kencang pecutan yang diberikan Frengky padanya, membuat jeritan Alesya semakin kencang pula. Sampai ia berada di titik amat sakit namun ia letih untuk berteriak meminta ampunan pada Frengky yang terus menyiksanya. "Aku telah membelimu jutaan dollar, rasanya aneh kalau tidak berkesan untukmu, sayangku!" kata Frengky berujar gila. Berkesan apanya, menyakitkan iya. Frengky memang sudah gila, rutuk Alesya sepanjang malam padanya. Awalnya, Alesya diseret ke atas ranjang lantaran ia selalu mengelak saat Frengky mengajaknya untuk berhubungan. Frengky tidak terima karena ia sudah menggelontorkan banyak dana untuk membeli perempuan itu tapi justru ia mengecewakannya."Enak saja, Mami mu itu sudah kenyang dengan uangku. Masa aku tidak terpuaskan oleh peliharaannya" pria itu tergelak karena ucapannya sendiri. Apakah ia menganggap

  • You'Re My Lovely, Brother!   Andai Kau Tahu Perasaanku ---- Alesya

    Sebuah awal kehidupan baru yang baru dimulai Alesya sebagai nyonya di keluarga Alensky. Di atas ranjang berukuran king size ia menatap langit-langit ruangan dengan sorot nanar. Alesya menggerakkan tubuhnya ke samping, memeluk guling di sisi tubuhnya dengan erat. Begitu erat sampai matanya terpejam kuat, beberapa tetes air bening menguar seiring dengan isak tangis yang kian terdengar. Dada Alesya sesak, hatinya berantakan."Alesya, kau kurang ajar!" kilas suara Zen mulai bolak-balik memenuhi gendang telinganya. Alesya serasa terus diserang dengan nada geram yang Zen ucapkan padanya sewaktu pria itu melihat dirinya masuk ke rumah megah tempat dimana keluarga Alensky tinggal.Alesya lelah, ia ingin kali ini saja ia benar-benar bisa menikmati pelayanan di rumah istana ini. Tubuh jenjangnya terbalut dress bermodel kaftan berwarna merah jambu. Rambutnya masih terurai berantakan, Alesya kemudian menghela napas cukup panjang.Wanita itu bangkit dan terduduk. Ia bersyukur karena semalam bisa

  • You'Re My Lovely, Brother!   Kehidupan Baru Alesya Akan Dimulai

    Alesya menghambur diantara para penikmat dunia yang tengah sibuk berdansa dengan pasangan masing-masing. Alesya bergoyang erotis setelah menghabiskan satu gelas penuh Vodka disana. Malam ini, ia ingin menghabiskan malamnya dengan kesenangan saja. Sebelum keberadaannya benar-benar enyah dari tempat itu."Uuh.. menggiurkan sekali wanita ini" tutur seorang pria yang disambut riuhan orang-orang disana. Alesya tak perduli dengan desas-desus yang berkata iri pada tubuh indahnya. Ia juga masa bodoh dengan makian para wanita disana yang membuat para lelaki mereka beralih pandang padanya. "Dasar wanita kotor. Berhenti bergoyang seperti itu, aku tidak akan membiarkan pelangganku pergi lagi" ketus mereka yang terdengar sangat membenci Alesya. Padahal, Alesya hanya memutar pinggulnya sedikit. Namun, tak dipungkiri tubuh seksi nan wangi membuat indera siapapun terasa ingin memiliki Alesya.Alesya tertawa pelan, "kau pikir kau bukan wanita kotor, teman? Kau pun sama menjijikkannya dari aku, dasar

  • You'Re My Lovely, Brother!   Sebuah Kompensasi

    Matahari menyingsing menembus jendela yang terbalut kain gorden putih tipis pada sebuah bangunan kecil terpencil yang jauh dari pemukiman itu. Alesya membuka matanya kemudian dengan cepat menutup dengan lengannya. "Ish, kenapa terik sekali" keluhnya. Hari itu memang langit lumayan terik, matahari meninggi semakin lama semakin panas. Alesya bergerak menyenderkan tubuhnya yang sudah kepalang pegal di tembok yang sudah rapuh tersebut. Alesya mulai mencerna yang terjadi padanya. Namun, kepalanya masing terasa kunang-kunang sehingga harus membuatnya memijit pelipis yang terasa cenat-cenut.Saat sudah lebih mendapatkan ingatannya, Alesya lantas menengok ke segala sisi. Alih-alih menemukan seseorang, ia justru hanya mendapatkan sebuah syal kecil berwarna hijau di sebelahnya."Aku bisa ingat, semalam itu Zen, 'kan?" gumam Alesya mempertanyakan ingatannya sendiri. Telunjuknya mengetuk-ngetuk dagunya memperkirakan.Ingatan Alesya perlahan kembali berangsur-angsur. Zen sebelumnya telah mengusir

  • You'Re My Lovely, Brother!   Pria Misterius

    Zen menekan rem mobilnya. Ia menghentikan kuda besi mewah miliknya saat wanita disampingnya ini tak kunjung mengatakan letak kediamannya.Zen menatap tajam pada Alesya yang masih menatap lurus ke depan. Wanita dengan rambut cokelat lembutnya itu membalas tatapan Zen. "Kenapa berhenti?" tanya Alesya dengan nada pelan. "Mau sampai kapan aku membawa mobilku? Dimana rumahmu sebenarnya?" balas Zen. Sejak tadi ia bertanya perihal rumah tempat Alesya tinggal, namun wanita itu selalu berkata, "jalan saja, nanti juga kau akan tahu".Alesya tertawa pelan, ia lantas menjawab. "Aku tidak memiliki rumah" ucap wanita itu dengan sorot datar. Percayalah, saat ini pikiran dan perasaan Zen mulai banyak berspekulasi kacau. Rentetan pemikiran mulai mengganggu konsentrasinya. Jangan-jangan, wanita ini bukan manusia, pikir Zen. Zen bergidik ia lantas mengusir Alesya dari mobilnya. "Keluar kau! Keluar sekarang juga!" usir Zen dengan rasa takut yang mulai menggerayanginya. Berbeda dengan Zen, Alesya justr

  • You'Re My Lovely, Brother!   Malam bersama Zen

    Karena permintaan Alesya, Zen terpaksa membawa wanita itu keluar. Awalnya Zen menolak. Pertama, ia sama sekali tidak mengenal Alesya. Kedua, ia tidak ingin dikira telah menyewa perempuan itu. Enak saja, dirinya adalah pria terpelajar, mana mungkin ia bermain-main dengan wanita malam di club ini.Alesya tidak lagi memakai lingerie, melainkan helaian kain dress yang masih tidak cukup membalut tubuh mulus nan jenjangnya. Panjang dres hitam itu bahkan tidak sampai menutupi lutut, hanya sebatas paha mulus wanita itu. Karena risih, Zen melepas jaketnya kemudian membalurkannya pada tubuh wanita itu. "Tubuhmu itu sangatlah indah, cobalah untuk menjaganya dari kucing-kucing liar disini" Pungkas Zen tanpa menatap ke arah Alesya. Wanita itu mendengarkan dengan sedikit malas, ia menarik helaian rambut yang jatuh ke wajahnya dengan jari jemarinya ke belakang telinga. Alesya berhutang budi pada Zen, karena pria itu telah menyelamatkannya dari pria tua yang haus dengan birahinya. Padahal, pria y

  • You'Re My Lovely, Brother!   Club' Malam

    Ruang cukup besar dipenuhi para penikmat dunia yang sedang berjoget penuh gairah diiringi dentuman musik DJ menjadi fenomena zaman. Lekuk tubuh para wanita seksi disana membuat air liur para pria bercucuran. Bau alkohol yang menyeruak di sepanjang indera penciuman sudah seperti bau surga. Satu diantara para penikmat dunia fana itu adalah Christine Alesya. Perempuan muda bertubuh tinggi semampai dengan lekuk tubuh sempurna. Matanya yang selalu menarik perhatian. Sedikit sayu dengan eye shadow berwarna dark yang menarik perhatian siapa saja yang meliriknya.Wajah Alesya benar-benar cantik. Hidung mancung nan mata lentiknya akan membuat siapapun yang melihatnya terpesona. "Dia anakku. Kau bisa pakai dia semalam dengan harga terjangkau" Seorang wanita berpenampilan seksi bermake up tebal disertai ciri khas yang memakai lipstik merah cabai sedang berbincang dengan seorang pria berkepala plontos yang terus memperhatikan Alesya berdansa. "Berapa yang kau minta?" Ujar pria itu menatap Gra

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status