Ketika Maria masih sibuk dengan pemikirannya, pintu ruangan terbuka.
"Jika kau meninggalkanku seperti ini lebih baik aku pulang merawat kebunku Jake," ucap Maria malas tanpa menoleh. Dia memejamkan matanya erat, masih sibuk memutar kursi itu.
"Ehhemm," suara seorang lelaki yang tidak Maria kenal menggema di ruangan itu. Maria segera berbalik dan membuka matanya, betapa kagetnya dia melihat seorang pria paruh baya menatapnya tajam.
"Maaf, anda siapa?" tanya Maria sopan, dia merapikan penampilannya yang sedikit berantakan.
"Kau yang siapa? Kenapa ada di ruangan anakku," ucap lelaki paruh baya itu.
Maria yang mendengar itu langsung berdiri kaget. Anak? Jadi lelaki yang ada di depannya ini adalah ayah Jake? Oh sungguh, Maria ingin menenggelam
Jake keluar sambil membanting pintu mobil, dia langsung masuk ke dalam meninggalkan Maria yang masih memikirkan tentangnya.Maria yang melihat itu langsung mengejar Jake. "Kau ini kenapa? Kenapa tiba-tiba marah tak jelas," gerutunya.Jake mengabaikan Maria, dia tetap berjalan dengan langkah cepat menuju kamarnya. Ketika dia sampai, dia membanting pintu itu dan menguncinya."Jake, apa yang terjadi," Maria menggedor-gedor pintu itu sambil berteriak memanggil Jake."Dasar sialan, aku tak tahu apa masalahmu jika kau tak bercerita denganku," ucap Maria geram, dia menendang pintu kamar Jake dan berlalu dari sana. Sesekali dia menoleh, berharap Jake membukakan pintu untuknya. Tapi ternyata nihil, Maria mendengus dan masuk ke dalam kamarnya. Dia ikut-ikutan sensi karena tingkah Jake."Apa yang terjadi? Dia bahkan tak ingin berbicara denganku," ucap Maria pada dirinya sendiri.Maria mengusap wajahnya kasar lalu naik ke ranjangnya. Dia merebahkan tubu
Pagi ini Jake dikejutkan dengan keberadaan Maria di ranjangnya. Kemarin dia mengingat jika dia mengunci kamarnya, bagaimana bisa wanita itu masuk ke dalam.Jake mengabaikan hal itu, dia yang mendapat kenyamanan dari pelukan Maria membuat dia tambah mengeratkan pelukannya. Kepalanya digesek-gesekan pada dada Maria."Jake," Maria meracau, dia merasa geli dengan apa yang dilakukan Jake."Apa yang kau lakukan di sini semalam Maria, apa kau memperkosaku?" tanya Jake yang membuat Maria membulatkan bola matanya.Maria menoleh ke bawah, melihat Jake yang menciumi dadanya yang hanya tertutupi bra itu."Jangan bicara sembarangan Jake, dan cepatlah bangun." ucap Maria."Aku masih ingin seperti ini, tubuhku masih panas," eluh Jake.Maria segera menempelkan tangannya pada dahi dan leher Jake, tapi kenyataannya suhu tubuh lelaki itu terlihat normal."Kau berbohong," Maria memandang Jake dengan cemberut. "Lepaskan aku, aku ingin bangun." 
Lucas menggeram marah, dia melemparkan asal-asalan pada foto yang baru saja dilihatnya. Sungguh, entah kenapa melihat foto itu membuat dirinya menjadi sedih memikirkan wanita itu.Pagi ini dia merasa buruk akibat berita trending yang ada di televisi. Dia melihat jika Maria kembali bersama dengan Jaccob. Bukannya dia menyuruh wanita itu untuk menjadi penggoda? Tapi kenapa bisa mereka malah kembali bersama. Saat ini Lucas tak bisa menghubungi Maria karena semua kontak akses dengan Maria sepertinya diblokir oleh Jake.Sekarang berita yang lainnya datang kepadanya. Seorang bawahannya tiba-tiba datang ke ruangannya membawa sebuah amplop coklat yang ditemukannya di halaman kantornya.Surat itu ditujukan padanya, meskipun tidak ada nama pengirim di sana. Ketika Lucas mulai membuka amplop tersebut, tiba-tiba hatinya berdenyut dengan rasa nyeri. Di sana, di foto itu dia melihat Sera yang terlihat menyedihkan. Tubuhnya kurus dengan banyak noda darah di tubuhnya. Wan
"Iii....ni," Maria menatap ragu pada ayah Jake, dia ingin berbicara jika dia pernah bertemu dengan wanita itu, bahkan dia juga mengenalnya."Ada apa Maria? Kenapa kau terkejut seperti itu?" tanya Rikard yang melihat Maria dengan curiga."Sebenarnya....sebenarnya...""Apa yang kalian lakukan di sini."Ucapan itu membuat Maria tak melanjutkan lagi perkataannya. Dia menoleh, melihat Jake yang berjalan ke arahnya. Jake sudah tampak rapi malam ini dengan setelan kaos dan celana pendeknya."Jake," Maria gugup, dia melirik ke arah ayah Jake yang dengan cepat menyembunyikan foto tersebut."Aku menunggu kalian untuk makan malam, ternyata kalian ada di sini." ucap Jake."Ya, kami saling berbincang tadi," ucap Rikard dengan tenang."Baiklah, Atne sudah menyiapkan makanan. Ayo kita makan," ucap Jake yang menggandeng Maria masuk ke dalam.Rikard diam sejenak, dia masih melihat punggung
Maria pulang dengan perasaan nyaman. Dia mengetahui sebuah rahasia besar kehidupan Jake. Dia ingin segera memberitahukannya pada Jake.Ketika Maria masuk ke dalam rumah, rumah masih terlihat sepi. Dia yakin jika Jake belum pulang dari kantornya. Maria segera bergerak ke kamarnya, merebahkan dirinya sejenak dan sibuk dengan pemikirannya.Setelah lama berdiam diri, Maria bangun dari ranjang. Dia melirik jam yang ada di atas nakas, merasa hari masih sore dia memutuskan untuk mandi saja. Dia ingin menemui ayah Jake untuk membicarakan hal ini."Nona kau mau ke mana?" tanya Marlon yang berpapasan dengan Maria di halaman."Hei Marlon, aku akan pergi ke rumah ayah Jake. Tenang saja, aku sudah bilang pada tuanmu yang menyebalkan itu."Marlon yang mendengar itu hanya meringis, dia membuka pintu mobil, membiarkan Maria masuk lalu menutupnya. Setelah itu mobil melaju meninggalkan rumah.Hanya butuh waktu setengah jam akhirnya Maria sampai di sana. Dia m
Maria baru saja selesai mandi lagi, dia menoleh ketika mendapati handphonenya berbunyi. Sebuah pesan masuk, dari ayah Rikard.Maria tersenyum dan segera membuka pesan itu. Di sana tertulis 'Siapkan makan malam istimewa, aku akan pulang membawa separuh jiwaku yang hilang'. Dia tak habis pikir, ayah Jake ternyata bisa romantis juga."Siapa yang membuatmu tersenyum seperti itu?" tanya Jake yang baru saja keluar dari kamar mandi. Dia hanya berbalut dengan sebuah handuk di pinggang, memperlihatkan otot-otot perutnya yang seksi. Apalagi dengan sisa air yang menetes di tubuhnya."Ayah, dia bilang akan ada makan malam istimewa." jawab Maria."Memangnya ke mana ayah pergi?" Jake mendekati Maria, mengecup singkat pipi wanita itu sebelum beranjak menuju lemari mengambil sebuah baju."Entahlah, dia hanya bilang ada urusan tadi."Jake menoleh ke arah Maria, menyerngit heran dengan ucapan Maria. Jake tahu jika ayahnya itu tak suka keluar rumah jika bukan
Hari sudah pagi ketika Maria membuka matanya, dia melirik ke samping, dan tak mendapati Jake ada di sana. Hatinya menjadi berdenyut mengingat bagaimana Jake begitu membenci ibunya, apa yang harus dilakukannya untuk membuat Jake mau mendengar sebentar saja penjelasan ibunya?Maria bangun perlahan, dia membasuh wajahnya dan keluar dari kamarnya. Dia berjalan ke samping, menuju kamar Jake. Tapi ketika dia masuk, dia tidak menemukan Jake, Maria menjadi sedih karena hal itu.Tak ingin memikirkannya, akhirnya dia kembali ke kamarnya dan membersihkan dirinya. Mungkin dengan ke kantor dia akan menjadi sibuk dan lupa dengan hal ini."Nona, anda tak sarapan dulu?" tanya Rose yang melihat Maria melewatinya begitu saja."Nanti saja Rose, aku bisa sarapan di kantor," ucap Maria lesu, dia berjalan meninggalkan Rose menuju depan.Tapi seketika dia menyerngit heran, melihat mobil Jake ada di depan. Jika mobilnya ada di sini? Di mana dia sekarang?Mari
Suasana di dalam mobil itu menjadi sedikit hening, setelah Trevor mengatakan hal itu. Maria tak menjawab, dia segera memakai handsfree mendengarkan sebuah lagu untuk menutupi dirinya yang sedang kesal.Sedangkan Edward sempat curi-curi pandang dengan Maria lewat kaca spion yang terpasang di tengah mobil ini. Tania yang tak tahu apa-apa memilih diam.Hampir 3 jam mereka sampai di lokasi. Jalan ke sini memang sangat-sangat asri. Banyak pohon yang menjulang tinggi membuat suasana bertambah adem. Mobil yang ditumpangi Trevor masuk ke sebuah hunian villa, di sana sudah ada teman-temannya yang sudah sampai terlebih dulu."Maria, hei bangun kita sudah sampai," ucap Tania sambil mengguncang tubuh Maria. Setelah melihat Maria membuka matanya, Tania segera turun dari mobil.Maria memandangi sekitar, dia seperti mengumpulkan nyawanya yang baru saja terbangun dari tidurnya. Setelahnya dia membuka pintu mobil, dia tampak meregangkan otot-ototnya yang terasa sangat kak