DIVISI ALISA CANTIK – (9)
Alisa: udah paham kan? @Adinda @Haiqal @Raina
Alisa: sekarang chat kating yang kalian dapatin yaHaiqal: asiapppp
Raina: otw chatt
Adinda: HUHUHUHUHUHUH KENAPA DAPAT KAK RADIT:(
Alisa: udah gapapa dia udah tau bakal ada yang ngechat dari divisi kita
Adinda: mau tuker:(
Alisa: gapapa dindaaa dia baik kok
Adinda: aaaa takuttt:(
Alisa: coba chat duluuuu ntar kalo dia galakin lo, baru kasi tau gue
Adinda: oke deh:(
BISMILLAH DEH SEMOGA BISA LANGSUNG SELESAI, GUE GAMAU CHATAN LAMA LAMA ANJIR.
Lalu Adinda mengetik dengan cepat, lalu menarik nafas dan
KLIK!!!!!!
Adinda: Malam kak, maaf mengganggu waktunya, saya Adinda dari fakultas FISIP HI’20. Saya bisa minta waktu kakak selamanya?
Raditya: ha
Raditya: selamanya?Adinda langsung membenarkan posisinya menjadi duduk dengan tegap, lalu ia membaca kembali pesan yang dikirimkan Raditya, dahinya mengerut, “Ha? Selamanya?"
Lalu Adinda membaca ulang pesannya yang ia kirimkan untuk Raditya, "EHHH HAHHH GOBLOOOOOO ADUH BODOHHHHH ADINDA ANJIR ANJIR ANJIR MALU BANGET NYETTTTTT ASTAGFIRULLAHHHHH!!!!!!!!!”
Adinda: Eh maaf kak…. Maksud saya sebentar….
Adinda: Autocorrect:(Raditya: besok temuin gua depan aula teknik
Raditya: abisin dah waktu guaRaditya: sebentar boleh kokRaditya: kalo selamanyaRaditya: hmRaditya: boleh banget lahANJIIIIIIIIIIIIIRRRR MAU TARO DIMANA MUKA GUEEEEEEEEEEEEEEEE?????
Lalu beberapa menit kemudian ponsel Adinda berbunyi, menandakan ada pesan masuk ke ponselnya. Adinda melihat dari pop-up notifikasinya.
Dari Haiqal.
Haiqal: *Send a picture*
Haiqal: he adinde ini buat elu yeHaiqal: lu ngapain kak RaditSontak, mata Adinda melotot ketika melihat nama Radit yang disebut oleh Haiqal, lalu kemudian ia membuka foto yang dikirimkan oleh Haiqal.
“Selamanya. Hahahaha, lucu.Makasih ya udah jadi moodbooster gua malam ini.”
HAH APA SIH WOIIIII KAYAKNYA GUE MAU PINDAH KAMPUS AJA DAHHHHHH
Author Note: Hi guys! Ini aku ambil latar di sebuah kampus negeri ternama dan fakultas FISIP dan lebih spesifiknya; jurusannya Ilmu Hubungan Internasional. Tapi aku nggak mengambil fokus perihal kampusnya kok! Ini lebih fokus ke antarkarakter aja! Selamat membacaa!
MOODBOARD -[Adinda & Raditya]"I told you, my predictions were right. But why you mad at me? Please, let go of her hand now." - Jeira Adinda Praditya."My fault is never being able to leave her to be with you. I'm so sorry, because I love you and her. I'm sorry, I can't leave her." - Altair Raditya Rasyid.[Sarabella & Adinda]"Let go of him. I cannot see his happy face whenever he's around you." - Sarabella Lazuardi."Oh, you think, he can be happy with you? Wake up, you're not even his girlfriend. You can't tell me." - Jeira Adinda Praditya.[Adinda & Ezarion]"I want you to fight for me, but seems you don't have any idea to love me." - Jeira Adinda Praditya."We used to had a meaningful conversations, I kinda miss that. But I stopped it, because you didn't miss it too." -Ezarion Sabian Pratama.PLAYLIS
Hari ini adalah hari kamis, tentu saja gedung FISIP menjadi ramai yang paling ramai, melebihi ketika adanya kegiatan belajar.Ada yang sibuk membersihkan parkiran, ada yang sibuk mengecat bagian depan gedung FISIP dengan warna yang lebih terang karena warna dindingnya sudah memudar, dan ada juga yang sedang berkumpul sembari memakan seblak Teh Maya. Ada juga yang bernyanyi ria sembari bermain gitar dengan wajah bahagia.Nah, kebetulan tugas Raditya hari ini hanya memperhatikan pekerjaan adik tingkatnya saja, maka dari itu ia sengaja datang terlambat.Sesampainya di parkiran FISIP, ia langsung memarkirkan motornya dan terukir senyuman jahil ketika melihat adik tingkatnya sedang membersihkan area parkiran.“Wedew, tiap hari kayak gini dong kalo bisa. Gantiin babeh,” ledek Raditya setelah membuka helmnya dan memamerkan senyuman manisnya.“Elu aje bang, kaga mau gua,” sahut salah satu pemuda yang bernama Hafidz yang tiga tahun d
Adinda tersenyum malu-malu jika mengingat kejadian beberapa waktu lalu, kalau menurut teman-temannya, sih, itu kategori momen uwu ya.Tapi, memang jika sudah bertemu sama yang bersangkutan... langsung merasa awkward, deg degan, malu, panik, semuanya jadi satu.Gak ada uwu uwunya.Ia masih kepikiran dengan ajakan Raditya untuk belanja keperluan divisi masing-masing bersama. Bukan masalah takut ada gosip, tetapi ia masih sangat malu untuk bertemu, apalagi berbicara, dan sekarang ia akan berbelanja bersama Raditya? Benar-benar tidak ada di pikirannya.Walaupun memang wakil ketua divisi Adinda, Hanica, sudah menyuruh Adinda untuk pergi dengan Raditya, tetapi tetap saja masih malu.“Tadi senyum senyum, terus sekarang panik kayak lagi dipaksa beli risoles mayo orang danusan. He, lo itu kenapa?” Tanya Hanica yang diam diam memperhatikan adik tingkatnya yang satu ini.“Lagi jatuh cinta kaliiii,” celetuk Gibr
Setelah rapat divisinya selesai, Adinda, Misha, Haiqal, Hatta, Gibran, Irsyad, Ayana, Hanica, dan Alisa pun segera membereskan barang barangnya untuk ditaruh di loker kampus.“Raina ke mana?” Tanya Hatta pada Adinda.“Sakit, kayaknya sih,” jawab Adinda, “Dia kemarin beli seblak Teh Maya level sepuluh anjir, sok banget kan. Padahal udah gue ingetin, jangan sampe pedes banget, dia aja makan bon cabe level 1 udah nangis kepedesan.”Hatta terkekeh, “Namanya juga anak batu. Oh ya, lu jadi beli barang yang kita butuhin kan? Ama siapa dah lu? Sama kak Hanica?”Adinda jadi terdiam mendengar pertanyaan Hatta, “Um, Ta, gue mau nanya bentar deh.”“Ya, silahkan, mau nanya apa?” Tanya Hatta sembari menaikkan satu alisnya, “Catatannya belom dikasi sama kak Alisa?”Adinda menggeleng, “Udah kok, udah dikasih sama kak Alisa, tapi gue bukan mau nanya itu.”&
Ketika sedang berbincang membicarakan Hanica serta anggota divisi masing-masing, tak lama ponsel Raditya berdering, ia merogoh kantung celananya untuk mengambil ponselnya tersebut. Adinda mendongak dan agak melirik ke layar ponsel Raditya.Yah gak keliatan, batin Adinda.Adinda langsung mengalihkan pandangannya ke arah kanan yang terdapat lemari berisi barang-barang gemas, ia takut akan ketahuan oleh Raditya jika sedang mengintip layar ponselnya.“Eh Din, gua angkat telfon dulu ya,” ucap Raditya lalu berjalan keluar dan meninggalkan Adinda tanpa menunggu jawaban dari gadis itu.Adinda mengangguk dan menoleh ke arah pemuda itu, tetapi garis wajahnya langsung berubah ketika melihat Raditya yang sudah di luar toko, “Elah, ambil langkahnya cepet banget,” ucapnya gusar.Apa itu dari dia ya? batin Adinda.Namun, Adinda tak ambil pusing, ia langsung mengeluarkan ponselnya, lalu membuka aplikasi
Binar menghembuskan nafasnya dengan kasar, melihat kondisi tangan dan kaki Raditya yang cukup parah.Ia memandang wajah Raditya yang sedang menahan rasa sakit ketika diobati oleh Jocelyn.Binar mengedarkan pandangannya dan melihat Adinda yang sedang di pojokan, makan cireng bersama Misha.Binar mengambil dari kotak P3K, lalu melemparkannya ke depan Misha dan Adinda yang tentu saja membuat keduanya terkejut dan Adinda menjatuhkan cirengnya.“WEH ANJIR NGAJAK RIBUT LOOOOOOO????” Seru Adinda mengomel pada Binar, “CIRENG GUEEEEEEEEE!!!”“Dah nih ambil lagi,” ucap Misha pada Adinda dengan nada lembut.“Lo emang abis darimana? Kok gatau Radit luka?” Tanya Binar yang membuat Adinda mendelik.“Mau gue ceritain?" Tanya Adinda menawarkan pada Binar.Binar mengangguk dan tanpa sadar pun, Misha ikut mengangguk."Jadi tuh, gue kan belanja barang divisi berdua sama dia, nah terus p
Hari Jumat “Pagi adik adik bobrokku,” sapa Erintya kepada Misha dan Adinda yang baru bangun.“Makan apa, ya, yang enak dimakan pagi-pagi gini?” tanya Jocelyn lalu membuka kulkas rumah Misha, “WOW ini kulkas rumah apa kulkas supermarket jir? Lengkap amat dah,” ucap Jocelyn menoleh ke Misha.“Abisin dah, kak, sebelum semua makanan expired,” jawab Misha santai lalu menyender di bahu Erintya dan terlelap lagi.“Bikin kwetiaw aja gak, sih, kak? Ada banyak itu,” saran Adinda ketika melihat tumpukan kwetiau dalam kulkas.“NAH BOLEH BANGET! Cepet bikin, Din, sebelum kwetiawnya jadi basi,” ujar Misha yang masih memejamkan matanya.“Oke deh,” ucap Jocelyn lalu mengambil 4 bungkus kwetiaw dan menaruhnya di meja. Melirik Adinda dan tersenyum miring, “Gue denger denger elo
“Enak gaaaaak?” Tanya Adinda sembari menggoyangkan lengan kanan Raditya setelah mencicipi cupcake buatannya, “Enak, 'kan? Enak, 'kan? Jelas lah enak, bikinnya lama, sampai satu jam, tuh, nunggunya, dimasak dengan cinta.” “Hm, biasa aja, ah, kayak cupcake di pasar depan kampus,” jawab Raditya dengan wajah sok serius. “Huft, sabar Adinda, sabar, karena orang penyabar akan mendapat pacar yang tampan rupawan,” ucap Adinda lalu menaruh beberapa cupcake ke dalam tempat makan. Raditya tersenyum tipis lalu mengambil lagi cupcake milik Adinda, kemudian membuka kertas yang menempel. “Bilangnya biasa aja, tapi ambil jatah orang!” Omel Adinda meskipun tak berniat mengambil cupcakenya dari tangan Raditya. Tetapi, muncullah niat untuk menjahili kakak tingkatnya yang tinggi menjulang ini, dengan cepat, tangannya mencolek krim sisaan di mangkuk dan menyolek pipi Raditya, “AHAHAHAHAHHAHAHA ASTAGFIRULLAAAAAH AHAHAHHAAH–” “KAK RADITYA AMPUN AAAAA JANGAN
Sekarang Adinda sudah pulang ke rumahnya bersama Raditya, Jevano berbohong pada Ezarion, karena nyatanya, Ayah mereka memang pulang setiap hari. “Padahal aku bisa langsung ke kampus,” sahut Adinda menatap Raditya yang sedang duduk di sebelahnya. “Gapapa, istirahat aja dulu,” jawab Raditya, membalas tatapan Adinda. Adinda menyenderkan kepalanya di senderan sofa, “Aku kalau tidur harus 2 jam lebih.” “Iya gapapa aku tungguin.” “Jangan, aku gabisa tidur kalau ada yang nungguin,” jawab Adinda dengan nada polos. Raditya tersenyum jahil, “Kamu kode minta dikelonin?” “GAK GITU????” Omel Adinda menyadari jika kalimatnya disalahartikan oleh Raditya. “Maksudnya, kakak balik aja langsung ke kampus. Aku sendirian gapapa,” jelas Adinda, membuat Raditya menggelengkan kepala. Raditya mengusap kepala Adinda, “Tadi aku disuruh temenin kamu, jadinya aku harus temenin kamu. Udah sana tidur, apa mau aku kelonin beneran?” Adi
“Enak gaaaaak?” Tanya Adinda sembari menggoyangkan lengan kanan Raditya setelah mencicipi cupcake buatannya, “Enak, 'kan? Enak, 'kan? Jelas lah enak, bikinnya lama, sampai satu jam, tuh, nunggunya, dimasak dengan cinta.” “Hm, biasa aja, ah, kayak cupcake di pasar depan kampus,” jawab Raditya dengan wajah sok serius. “Huft, sabar Adinda, sabar, karena orang penyabar akan mendapat pacar yang tampan rupawan,” ucap Adinda lalu menaruh beberapa cupcake ke dalam tempat makan. Raditya tersenyum tipis lalu mengambil lagi cupcake milik Adinda, kemudian membuka kertas yang menempel. “Bilangnya biasa aja, tapi ambil jatah orang!” Omel Adinda meskipun tak berniat mengambil cupcakenya dari tangan Raditya. Tetapi, muncullah niat untuk menjahili kakak tingkatnya yang tinggi menjulang ini, dengan cepat, tangannya mencolek krim sisaan di mangkuk dan menyolek pipi Raditya, “AHAHAHAHAHHAHAHA ASTAGFIRULLAAAAAH AHAHAHHAAH–” “KAK RADITYA AMPUN AAAAA JANGAN
Hari Jumat “Pagi adik adik bobrokku,” sapa Erintya kepada Misha dan Adinda yang baru bangun.“Makan apa, ya, yang enak dimakan pagi-pagi gini?” tanya Jocelyn lalu membuka kulkas rumah Misha, “WOW ini kulkas rumah apa kulkas supermarket jir? Lengkap amat dah,” ucap Jocelyn menoleh ke Misha.“Abisin dah, kak, sebelum semua makanan expired,” jawab Misha santai lalu menyender di bahu Erintya dan terlelap lagi.“Bikin kwetiaw aja gak, sih, kak? Ada banyak itu,” saran Adinda ketika melihat tumpukan kwetiau dalam kulkas.“NAH BOLEH BANGET! Cepet bikin, Din, sebelum kwetiawnya jadi basi,” ujar Misha yang masih memejamkan matanya.“Oke deh,” ucap Jocelyn lalu mengambil 4 bungkus kwetiaw dan menaruhnya di meja. Melirik Adinda dan tersenyum miring, “Gue denger denger elo
Binar menghembuskan nafasnya dengan kasar, melihat kondisi tangan dan kaki Raditya yang cukup parah.Ia memandang wajah Raditya yang sedang menahan rasa sakit ketika diobati oleh Jocelyn.Binar mengedarkan pandangannya dan melihat Adinda yang sedang di pojokan, makan cireng bersama Misha.Binar mengambil dari kotak P3K, lalu melemparkannya ke depan Misha dan Adinda yang tentu saja membuat keduanya terkejut dan Adinda menjatuhkan cirengnya.“WEH ANJIR NGAJAK RIBUT LOOOOOOO????” Seru Adinda mengomel pada Binar, “CIRENG GUEEEEEEEEE!!!”“Dah nih ambil lagi,” ucap Misha pada Adinda dengan nada lembut.“Lo emang abis darimana? Kok gatau Radit luka?” Tanya Binar yang membuat Adinda mendelik.“Mau gue ceritain?" Tanya Adinda menawarkan pada Binar.Binar mengangguk dan tanpa sadar pun, Misha ikut mengangguk."Jadi tuh, gue kan belanja barang divisi berdua sama dia, nah terus p
Ketika sedang berbincang membicarakan Hanica serta anggota divisi masing-masing, tak lama ponsel Raditya berdering, ia merogoh kantung celananya untuk mengambil ponselnya tersebut. Adinda mendongak dan agak melirik ke layar ponsel Raditya.Yah gak keliatan, batin Adinda.Adinda langsung mengalihkan pandangannya ke arah kanan yang terdapat lemari berisi barang-barang gemas, ia takut akan ketahuan oleh Raditya jika sedang mengintip layar ponselnya.“Eh Din, gua angkat telfon dulu ya,” ucap Raditya lalu berjalan keluar dan meninggalkan Adinda tanpa menunggu jawaban dari gadis itu.Adinda mengangguk dan menoleh ke arah pemuda itu, tetapi garis wajahnya langsung berubah ketika melihat Raditya yang sudah di luar toko, “Elah, ambil langkahnya cepet banget,” ucapnya gusar.Apa itu dari dia ya? batin Adinda.Namun, Adinda tak ambil pusing, ia langsung mengeluarkan ponselnya, lalu membuka aplikasi
Setelah rapat divisinya selesai, Adinda, Misha, Haiqal, Hatta, Gibran, Irsyad, Ayana, Hanica, dan Alisa pun segera membereskan barang barangnya untuk ditaruh di loker kampus.“Raina ke mana?” Tanya Hatta pada Adinda.“Sakit, kayaknya sih,” jawab Adinda, “Dia kemarin beli seblak Teh Maya level sepuluh anjir, sok banget kan. Padahal udah gue ingetin, jangan sampe pedes banget, dia aja makan bon cabe level 1 udah nangis kepedesan.”Hatta terkekeh, “Namanya juga anak batu. Oh ya, lu jadi beli barang yang kita butuhin kan? Ama siapa dah lu? Sama kak Hanica?”Adinda jadi terdiam mendengar pertanyaan Hatta, “Um, Ta, gue mau nanya bentar deh.”“Ya, silahkan, mau nanya apa?” Tanya Hatta sembari menaikkan satu alisnya, “Catatannya belom dikasi sama kak Alisa?”Adinda menggeleng, “Udah kok, udah dikasih sama kak Alisa, tapi gue bukan mau nanya itu.”&
Adinda tersenyum malu-malu jika mengingat kejadian beberapa waktu lalu, kalau menurut teman-temannya, sih, itu kategori momen uwu ya.Tapi, memang jika sudah bertemu sama yang bersangkutan... langsung merasa awkward, deg degan, malu, panik, semuanya jadi satu.Gak ada uwu uwunya.Ia masih kepikiran dengan ajakan Raditya untuk belanja keperluan divisi masing-masing bersama. Bukan masalah takut ada gosip, tetapi ia masih sangat malu untuk bertemu, apalagi berbicara, dan sekarang ia akan berbelanja bersama Raditya? Benar-benar tidak ada di pikirannya.Walaupun memang wakil ketua divisi Adinda, Hanica, sudah menyuruh Adinda untuk pergi dengan Raditya, tetapi tetap saja masih malu.“Tadi senyum senyum, terus sekarang panik kayak lagi dipaksa beli risoles mayo orang danusan. He, lo itu kenapa?” Tanya Hanica yang diam diam memperhatikan adik tingkatnya yang satu ini.“Lagi jatuh cinta kaliiii,” celetuk Gibr
Hari ini adalah hari kamis, tentu saja gedung FISIP menjadi ramai yang paling ramai, melebihi ketika adanya kegiatan belajar.Ada yang sibuk membersihkan parkiran, ada yang sibuk mengecat bagian depan gedung FISIP dengan warna yang lebih terang karena warna dindingnya sudah memudar, dan ada juga yang sedang berkumpul sembari memakan seblak Teh Maya. Ada juga yang bernyanyi ria sembari bermain gitar dengan wajah bahagia.Nah, kebetulan tugas Raditya hari ini hanya memperhatikan pekerjaan adik tingkatnya saja, maka dari itu ia sengaja datang terlambat.Sesampainya di parkiran FISIP, ia langsung memarkirkan motornya dan terukir senyuman jahil ketika melihat adik tingkatnya sedang membersihkan area parkiran.“Wedew, tiap hari kayak gini dong kalo bisa. Gantiin babeh,” ledek Raditya setelah membuka helmnya dan memamerkan senyuman manisnya.“Elu aje bang, kaga mau gua,” sahut salah satu pemuda yang bernama Hafidz yang tiga tahun d
MOODBOARD -[Adinda & Raditya]"I told you, my predictions were right. But why you mad at me? Please, let go of her hand now." - Jeira Adinda Praditya."My fault is never being able to leave her to be with you. I'm so sorry, because I love you and her. I'm sorry, I can't leave her." - Altair Raditya Rasyid.[Sarabella & Adinda]"Let go of him. I cannot see his happy face whenever he's around you." - Sarabella Lazuardi."Oh, you think, he can be happy with you? Wake up, you're not even his girlfriend. You can't tell me." - Jeira Adinda Praditya.[Adinda & Ezarion]"I want you to fight for me, but seems you don't have any idea to love me." - Jeira Adinda Praditya."We used to had a meaningful conversations, I kinda miss that. But I stopped it, because you didn't miss it too." -Ezarion Sabian Pratama.PLAYLIS