Semenjak datang ke kantin pada jam istirahat ini, Isha dan Risna duduk makan siang bersama. Namun setiap kali berbincang, Isha melihat Risna tidak memberikan respon yang cepat. Gadis di depannya itu seperti melamun dan banyak pikiran. Bahkan beberapa kali Isha memergoki Risna menatap ke arah belakang mereka duduk dengan pandangan terluka.“Ris? Kayaknya sejak tadi kamu risau?” tanya Isha.Risna yang terkejut karena tak menyangka akan diperhatikan sedemikian intens oleh Isha jadi menggeleng dengan senyum sedikit gugup.“Tak ada,” jawab Risna berbohong.Lalu Isha menoleh ke belakang, ke arah Risna menatap berkali-kali tadi. Dan entah mengapa hati Isha sedikit berdesir ketika di sana dia melihat Malik dan Bayu yang sedang makan bersama. Isha juga melihat mereka berbincang dengan akrab, bahkan keduanya tertawa riang. Terlihat sangat dekat.Seketika Isha kembali mengalihkan pandangannya dengan raut wajah tak sedap. Jantungnya berdebar tiba-tiba, bahkan wajahnya memerah.‘Dasar laki-laki me
Bugh!!Rendra yang mengepalkan tangannya memukul Malik tepat di hidungnya, membuat Malik tersungkur dengan mata yang berkunang-kunang dan rasa pengar di hidungnya. Malik bangkit dan meraba hidungnya yang terasa basah. Jeritan pengunjung lain membuat malik sadar bahwa dia sudah berdarah, sementara di depannya, Rendra tersenyum sinis menatapnya.Malik mengusap darah yang mengalir di hidungnya dengan punggung tangannya. Para pengunjung kantin ribut hendak melerai. Para gadis yang kebetulan sedang berada di tempat itu terlihat gemuruh dan menjerit ngeri.Belum lagi ada yang melerai, Malik yang sejak tadi sudah geram dan mengepalkan tangannya, kini tiba-tiba dia maju dan membalas Rendra dengan pukulan yang sama bahkan sepertinya lebih keras dari pukulan yang diberikannya pada Malik.“Hei! Apa-apaan ini?” gertak Heri dan Doni melotot pada Malik.Malik hanya tersenyum
Beberapa saat sebelumnya ….Jam pelajaran terakhir adalah saat paling resah bagi Isha setelah perkelahian di kantin tadi. Dia tak nyaman sama sekali. Meskipun dia tidak dipanggil untuk menghadap ke ruang konseling, akan tetapi Isha jelas merasa bahwa dialah penyebab utama perkelahian itu.“Ada berita nggak di grup kalian?” bisik Isha pada Risna.Tentu saja Isha harus sedikit berbisik karena pelajaran sedang berlangsung. Meskipun mereka kali ini hanya menyalin, akan tetapi jelas bukan saat yang tepat untuk mengobrolkan masalah tadi.Risna menoleh, menatap Isha lalu menggeleng.“Coba buka ponselmu, Ris,” pinta Isha dengan gelisah.Risna yang tahu kekhawatiran Isha akhirnya membuka ponselnya, terutama ke grup chat yang berisi gadis-gadis penggemar Malik.“Astaga!” gumam Risna dengan terkejut.
“Waalaikumsalam,” jawab Aminah yang kemudian menjabat tangan Malik yang mendekat padanya.“Ada tamu rupanya,” ujar Malik menatap Isha sekilas.Isha lantas tersenyum canggung.“Iya, ini tadi Isha nyariin kamu. Eh, kenapa pakai masker?” tanya Aminah heran.Malik dan Isha bertatapan mata dengan sama terkejutnya. Malik berharap bahwa Isha tidak menceritakan apapun pada ibunya mengenai peristiwa tadi. Gelengan kecil Isha cukup membuat Malik lega.“Udara panas berdebu, Bu. Lagian musim pandemi juga, kan?” ujar Malik beralasan.“Oh, iya. Memang sedang tidak sehat cuaca dunia belakangan ini,” sahut Aminah dengan lugunya.“Isha ke sini mau ada kepentingan?” tanya Malik menatap Isha yang sejak tadi duduk dengan canggung.Nada bicara Malik masih ramah, seola
“Terima kasih sudah mau bicara empat masa sama aku, Bang. Semoga Abang tidak ada berantem lagi di sekolah, apapun penyebabnya,” ujar Isha ketika mengantar Malik kembali ke rumahnya.Malik tersenyum manis dan mengangguk. Dan Isha tahu, senyum itu hanya sebuah kamuflase untuk menutupi keresahan hatinya.“Kamu juga belajar yang baik.” Hanya itu pesan yang diberikan oleh Malik.“Oke, aku pulang dulu,” pamit Isha dengan berat hati.Malik mengangguk dengan pesan pasaran, “Ya. Hati-hati di jalan.”Isha mengangguk dan melarikan motornya untuk pulang. Mengendarai motornya dengan kecepatan rendah, hati Isha resah.“Bagaimana, Sha?” tanya Rosminah begitu melihat Isha pulang dengan wajah sedikit masam.“Apanya yang bagaimana, Bu?” tanya Isha yang langsung menuju ke
Entah mengapa Isha merasa sangat terganggu dengan dugaan Risna bahwa dia cemburu atas kedekatan Malik dengan Bayu. Padahal jelas-jelas mereka tidak memiliki hubungan khusus selain hanya teman. Itupun jika mereka masih bisa berteman karena nyatanya Malik memang menjauhi dirinya. Namun konyolnya, Isha semakin lama semakin ingin tahu semua hal mengenai Malik.Untung saja ada Risna yang meski awalnya dia naksir Malik, akan tetapi belakangan dia memutuskan untuk mengagumi saja, tak hendak meraih laki-laki itu untuk menjadi kekasih hatinya karena rintangan yang harus dihadapinya terlalu berat jika dia nekat menerjang untuk mendekati Malik secara intens.“Kabarnya kak Malik dan Bayu benar-benar jadian, Sha,” kata Risna dengan suara pelan setengah putus asa ketika pagi tadi dia membaca kabar di grup chatnya.Spontan Isha menatap Risna.“Nggak heran. Bukannya mereka memang selalu
Liburan kenaikan kelas sudah hampir usai. Selama liburan ini, Isha memilih untuk liburan di rumah kakek dan neneknya di lain kota. Isha ingin menyegarkan isi kepalanya yang belakangan mulai penuh sesak dengan masalah pribadinya sendiri.Minggu terakhir Malik menjalani sekolahnya, Isha sudah jarang bertemu dengan lelaki itu. Dia hanya tahu sedikit mengenai Malik dari Risna yang mendapat kabar dari Andi. Karena entah bagaimana awalnya, Andi dan Risna menjadi dekat satu sama lain.Apalagi ketika akhirnya Malik ujian kelulusan, yang membuatnya tidak lagi berangkat ke sekolah, Isha sudah tak pernah melihatnya lagi. Meskipun mereka satu kampung, akan tetapi Isha yang jarang keluar dan Malik yang juga tak pernah lagi datang ke rumahnya membuat mereka benar-benar jauh satu sama lain.Dan tiga hari menjelang masuk sekolah kembali, Isha baru pulang ke rumah.“Ini apaan, Bu?” tanya Isha ketika melih
Waktu terus berlalu dan Malik begitu menikmati masa perkuliahannya. Tak terasa sudah dua tahun Malik kuliah. Hampir setiap hari Bayu berkirim pesan padanya, namun Malik cukup tahu diri dengan perbedaan mereka. Sehingga hubungan mereka hanya jalan di tempat, tidak beranjak dari teman biasa menuju ke pertemanan yang lebih dekat. Tidak.Bukan karena Bayu tidak cantik, karena nyatanya banyak laki-laki di sekolah yang menaruh hati padanya. Sementara untuk ukuran kecerdasan jalas Bayu memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Namun Malik tak ingin menabur luka di atas hati Bayu dengan menjalin hubungan sementara hatinya tidak ada rasa cinta untuk Bayu.Ya, alasan utama Malik menghindari pernyataan cinta yang seringkali diisyaratkan Bayu adalah karena Malik tidak mencintai gadis itu. Dan yang paling konyol adalah saat Malik menyadari bahwa ternyata dia tak bisa mengenyahkan Isha dari hatinya.“Hei, Mal? Liburan semeste