"Bagaimana ini Pak? Itu ibunya Bapak yang manggil ya?" Lily seketika bangkit dan melilitkan bed cover untuk menutupi tubuh polosnya. Dia tidak sadar, saat menarik bed cover itu dari tempat tidur maka tubuh polos Heru terpampang lebar di depan matanya.
Selebar wajah Lily seketika memerah hingga ke telinga-telinganya. Heru yang melihat Lily salah tingkah, menjadi makin ingin mengerjainya. Dia sengaja membuat pose yang semakin memperlihatkan sisi kemaskulinannya pada Lily.
"Pak, itunya ditutupin dulu dong. Malu ih!"
"Malu sama siapa? 'Kan tidak ada orang di sini?" Heru semakin geli melihat Lily yang semakin terlihat serba salah. Lily melihat ke segala arah kecuali kearahnya.
"Saya bukan orang rupanya?" Lily menyahut kesal.
"Ah, sama kamu ngapain malu, perempuan. Kamu 'kan sudah pernah melihatnya. Merasakannya berkali-kali pun sudah 'kan?" Heru menjungkitkan satu alisnya ke atas.
Masyaallahhh!Setelah menutup telepon dari Heru, Lily melihat ada 24 missed call dari Axel. 21 dari Bang Gultom dan 30 kali dari Om Texas dan Arkan bergantian.Drtttt... drttt... drttt..."Ha--halo Bang Gultom-""Aih mak jang. Yang lama kalinya kau angkat telepon kau itu Butet. Abang sama kakak kau ini udah pun mau mati jegang di sini kau bikin. Kalok bisa nya Abang nyetir ini kapal terbang kecik punya kakak kau, udah pun ke sana Abang sekarang ini, Butet!"Lily hanya bisa nyengir mendengar omelan Bang Gultomnya."Jadi kekmananya sekarang keadaan kau? Nggak ap-apa 'kan? Aih udah ma-nah... nah ini, kau cakap sendiri lah sama kakak kau. Udah pun macam orang pesong dia kutengok. Bolak balek nelepon mondar mandir, maju mundur, sampek hampir saja ikutan digali sama Excavator proyek. Karena kakak kau itu nggak mau minggir-minggir waktu menggali reruntuhan bebatuan." 
Ini adalah kali kedua Lily menginjakkan kaki di tempat ini. Tempat yang menguarkan aroma hormon testoteron di segala sudut, yang langsung membuatnya mual seketika. Mens talking terdengar di mana-mana. Pembicaraan mereka tidak jauh-jauh dari hal-hal yang berbau cabul. Membahas tentang jagoan mereka, seks, wanita dan politik tentu saja.Namun khusus hari ini, sepertinya mereka semua sepakat untuk membuang segala perbedaan prinsip mereka demi hobby dan jagoan mereka."Adek pengennya siapa yang menang?" tanya Axel sembari memindai pria-pria perkasa yang akan melindungi adiknya. Saat ini ia duduk di samping Lily. Walau ia bertanya pada Lily, namun pandangannya tetap ia fokuskan pada pada petarung. Saat ini sebagian dari mereka sedang melakukan warming up dan gerakan-gerakan kecil. Sebagian lagi melemaskan otot atau sekedar memutar-mutar persendian agar lebih lentur dan siap tempur.Aha! Capoeira rupanya. A
PLAK!"Memalukan! Adek membuat Kakak kehilangan muka, di mata petarung-petarung yang sudah kakak persiapkan dengan matang. Kakak melakukan ini semua demi masa depanmu. Tapi kalau kelakuan Adek memang seperti ini, buat apa Kakak capek-capek membuat laga untuk Adek? Mereka bertarung hidup mati cuma untuk mendapatkan perempuan rusak sepertimu. Kakak malu, Dek. Malu!"Axel mengacak-acak rambutnya sendiri. Ia adalah type laki-laki yang tidak akan menjilat ludahnya sendiri. Ia sudah berjanji akan memberikan adik yang ia bangga-banggakan kemurniannya pada pemenang laga, yang ia buat sendiri juga. Tetapi ternyata adiknya itu malah hamil!Ia terpaksa membubarkan pertarungan. Padahal masih menyisakan Badai dan Bima sebagai challenger. Axel merasa kepalanya seakan-akan mau pecah. Ia merasa gagal sebagai seorang kakak."Siapa ayah bayi itu?" tanya Axel gusar.Lily bergeming. Kalau ia m
"Gambarnya bagus ya, Kan? Lily pengen deh bisa menggambar sebagus itu. Ajarin Lily dong, Kan?" "Sabtu depan deh ya, kalau gue nginep sini lagi. Soalnya papa udah BBM nih, mau jemput sebentar lagi. Gue mandi dulu ya? Lo beresin nih semua kanvas dan cat-cat kita. Ntar aunty Aimee ngomel-ngomel lagi kalau ruangan ini kayak kapal pecah." "Kamu penghianat!" "Kamu salah besar. Bukan saya yang berkhianat, tetapi kamu! Kamu adalah manusia paling serakah yang pernah saya kenal di muka bumi ini!" Astaghfirullahaladzimmm! Lily terduduk diranjang dengan sekujur tubuh gemetaran. Ia bermimpi rupanya. Ruangan itu, Lily mulai mengingatnya sedikit-sedikit. Ruangan itu adalah tempat favoritnya dan Arkan saat belajar melukis. Di tempat itu juga, ia mendengar suara-suara pertengkaran. Tapi masalahnya, itu rumah siapa? Dan yang bertengkar dengan orang tuanya itu siapa
Lily sedang mencuci piring-piring kotor bekas makan Heru di wastafel, saat tiba-tiba saja sepasang lengan kekar berbulu memeluk pinggangnya dari belakang. Bukan itu saja, Lily pun mulai merinding saat merasakan hidung Heru mulai ndusel-ndusel ceruk lehernya. Sepertinya selain dada, leher adalah spot favoritnya."Awas, Pak. Gerah saya dipeluk-peluk begini. Kalau pengen banget peluk-pelukan kayak teletubbies, ntar saya telponin Mbak Raline mau?Dijamin deh bukan cuma peluk-pelukan yang Bapak dapet, plus kuda-kudaan bersuara ah ih uh juga pasti di kasih. Mau?!!""Mau. Mau kamu maksudnya, Perempuan."Dan kali ini, tangannya mulai meremas-remas gemas bongkahan dada montok Lily yang semakin membesar akibat kehamilannya. Lily meringis saat jemari Heru memutar-mutar ujung dadanya yang sedikit lecet karena ulah nakal Heru."Aduh! Sakit, Pak. Lecet itu!" Lily menepis tangan Heru yang masih saja berusaha mengger
Heru tersenyum penuh kepuasan dan kebuasan, ditengah-tengah wajahnya yang babak belur dan nyaris tak berbentuk. Akhirnya si gadis mesum itu akan menjadi miliknya juga. Di sampingnya Bima, yang wajahnya juga tidak kalah hancur, menatap penuh permohonan maaf tanpa kata pada Axel atas ketidakmampuannya untuk mengalahkan Heru. Teman sekaligus clientnya itu memang sangat mumpuni. Bima dengan sikap kesatria harus mengakuinya.Bahkan setelah babak belur karena baru saja bertarung dengan Badai, Heru ternyata masih sanggup untuk mengkanvaskannya di ring tadi dalam ronde ke 5. Heru memang benar-benar Hercules gila. Mungkin cocoknya ia diadu saja dengan Khabib Nurmagomedov yang baru saja mengalahkan Conor McGregor di UFC kemarin.Dia bahkan hanya meminta jeda waktu lima belas menit untuk mengobati luka-lukanya, setelah mengalahkan Badai. Heru pun langsung menghadapinya saat itu juga.Memang Heru yang meminta pada Axel untuk menggab
Saya terima nikah dan kawinnya Liberty Delacroix Adam binti Pierre Delacroix Adam, dengan mas kawin 500 gram emas dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!" Heru dengan suara tegas dan lantang mengucapkan ijab kabul dalam satu tarikan nafas."Bagaimana saksi? Sah?" tanya pak penghulu."Sahhh!" Koor dari para saksi, dan semua tamu undang yang menjadi saksi menjawab dengan suara lantang.Alhamdullilahhh!Lily mencium punggung tangan Heru sebagai tanda baktinya kepada suami, yang dibalas oleh Heru dengan kecupan singkat di keningnya. Dari sudut mata Lily melirik Axel berkali-kali mengepalkan tangannya. Kakaknya masih tampak tidak rela bahwa dirinya telah dimiliki oleh orang lain. Wajah Bang Gultomnya pun kurang lebih sama. Hanya saja Bang Gultom lebih piawai dalam menutupi perasaannya.Ijab kabulnya kali ini dilakukan di rumah Heru. Dan bukan dilakukan di rumah mempelai perempuan s
"Ya mau pulanglah Mas Heru. Masa mau main bola pakai baju beginian? Ribet dong ntar larinya?" Lily menjawab ketus sembari menunjuk kebaya putih gading berpayetnya."Satu langkah lagi kamu berjalan mengikuti semua antek-antek kakakmu itu, saya pastikan, hari ini juga Bang Gultom tersayangmu itu akan menghabiskan sisa umurnya di penjara. Faham Istriku?!!"Heru mengucapkan kata istriku dengan nada ditekan dalam. Ia seolah-olah ingin menegaskan statusnya yang sekarang telah menjadi suaminya. Lily tertegun. Ia dilema."Adek, ayo cepat jalannya. Semakin lama Kakak di sini, semakin muak saja Kakak rasanya." Axel menghampiri Lily yang menghentikan langkahnya tiba-tiba. Axel bermaksud menggandeng tangan adiknya agar bisa berjalan lebih cepat. Lily masih membisu dengan pikiran kalut. Sementara Heru menatapnya tajam seolah-olah berkata ; selangkah lagi, maka habislah nasib orang yang sangat kamu sayang."A--Ade